Berita Religi
Benarkah Semua Pekerjaan Rumah Tangga Bukan Tugas Istri? Ini Hukumnya Jangan Terjebak 'Diperbudak'
Pasangan memiliki perannya masing-masing dalam hidup berumah tangga, lantas mengapa istri yang harus mengerjakan urusan rumah? Begini penjelasannya.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Mengapa istri yang harus mengerjakan semua urusan rumah? Begini penjelasan Buya Yahya.
Mahligai pernikahan yang menjadi pengikat antara dua insan merupakan gerbang pengantar kehidupan yang lebih penuh tantangan.
Pernikahan merupakan ibadah terlama yang menyatukan dua kepala manusia dan harus hidup bersama dalam menjalani rumah tangga.
Tak jarang kedua manusia yang memiliki pemikiran dan karakter yang berbeda antara laki-laki dan wanita ini memicu adanya konflik dan perdebatan.
Sehingga permasalahan rumah tangga pun bisa dipicu dari hal-hal kecil sekalipun.
Salah satunya tuga seorang istri yang dianggap harus mengerjakan semua urusan rumah tangga.
Sebagian orang menganggap bahwa ketika menjadi seorang istri tak ada bedanya dengan asisten rumah tangga alias diperbudak.
Bahkan seorang suami yang merasa yang harus mengerjakan pekerjaan rumah merupakan kewajiban seorang istri.
Padahal, ternyata semua pekerjaan dan urusan rumah tangga bukanlah tugas seorang istri.
Lantas, mengapa selama ini istri yang harus mengerjakan semua urusan rumah tangga jika bukan tugasnya?
Berikut hukum seorang istri mengerjakan urusan rumah tangga dibagikan Buya Yahya melalui kanal YouTube Al-Bahjah TV.
Baca juga: Apakah Istri yang Sudah Dicerai Dapat Warisan? Begini Penjelasan Buya Yahya Soal Istri Bayar Khulu

Pembahasan mengenai hukum seorang istri mengerjakan pekerjaan rumah tangga diawali dengan pertanyaan berikut ini.
"Prihal tugas seorang istri, ada seseorang yang baru menikah mungkin kaget karena sehari-harinya kok ternyata pekerjaan istri tuh beberes rumah, masak, nyuci, nyetrika, dia berpikir kok istri seperti asisten rumah tangga dan suaminya juga selalu menyuruh seperti itu, baiknya seperti apa sikap istri suaminya?," tanya seorang jemaah.
Dalam hal ini Buya Yahya pun membahas dari dua sisi yakni sisi hak dan kewajiban lalu masalah cinta dan kasih sayang.
"Kalau bicara tentang hak dan kewajiban kewajiban seorang istri dan apa hak seorang istri?,
Dan yang kedua cinta, kasih sayang dan keindahan, kalau sudah bicara masalah cinta itu hak dan kewajiban sudah lebur hampir nggak ada, sudah masuk wilayah lebih agung lagi makom cinta," terang Buya Yahya.
"Kalau anda masih bicara hak dan kewajiban anda rendah belum masuk wilayah cinta, dan belum menemukan keindahan, mengerjakan sesuatu berat semuanya tugas," tambahnya.
"Tapi kalau dengan cinta Masya Allah indah, tinggalkan wilayah menuntut, ayo masuk wilayah cinta," tutur Buya Yahya.
Baca juga: Bagaimana Taubatnya Istri yang Selingkuh hingga Melahirkan? Ini Caranya dan Tanda Diterima Taubatnya
Buya Yahya pun menerangkan kalau masuk wilayah hak sebagai istri ternyata sebenarnya tidak mengerjakan semua tugas rumah tangga.
"Kalau bicara masalah hak jangan kaget para bapak, nyuci baju bukan tugas istri, masak bukan tugas istri, menanak nasi bukan tugas istri, cuma keterlaluan kalau ada istri yang nggak mau nyucikan baju suaminya," tutur Buya Yahya.
"Kadang gini loh memang ada pemilahan, memang biarpun bukan pekerjaan istri bukan berarti istri harus lepas tangan, mana pengabdian? mana cinta? mana kasih sayang?," sambungnya.
"Anda saja bisa menolong tetangga nyuci baju, tetanggga melahirkan nggak ada yang nolong, kenapa tidak bisa mencuci baju suami, ada apa dengan hatimu? Makna keindahan di mana ini?," tambahnya.
Sementara Buya Yahya juga memberi pemahaman terhadap suami yang tidak pengertian terhadap istri, bukan berarti istri harus mengerjakan semuanya sebagai bentuk pengabdian, namun ada momen tertentu istri butuh bantuan.
"Cuma para suami hatimu di mana sudah istrimu hamil tua, punya anak dua kecil-kecil, suruh nyuci celanamu tebel-tebel gitu ya kasihan dong bantu dong," jelas Buya Yahya.
"Jadi yuk kita tolong-menolonglah, kalau bicara hak itu khawatir hidupnya nggak enak tuntut menuntut, bukan kerjaan saya kok, kalau sudah mulai begitu nanti suami pakai hukum fiqih, kata ustaz wajibnya seorang suami ngasih nafkah kepada istri dua genggam," tuturnya.
"Hidup main tuntut-tuntutan kok nggak enak bener, kan bahasa cinta adalah milikku milikmu, indah," tambahnya.
Sementara terkait masalah kewajiban, suami wajib mencari nafkah.
Dan istri bertugas untuk membantu suaminya meski bukan tugasnya, namun mengesampingkan hak lebih utama dan mendahulukan cinta di dalam rumah tangga.
"Bahkan suami adalah untuk menyelesaikan urusan rumah tangga dan dapur itu adalah suami, cuma mana kasih sayang seorang istri membantu suaminya, jangan semua dibebankan, dan jangan sekali-kali engkau merasa jadi budak pasanganmu, bahkan kata Imam Ali justru keindahan hidupmu adalah di saat engkau menjadikan budak pasanganmu, bukan mrasa diperbudak," jelasnya.
Buya Yahya pun memberikan nasihat agar setiap suami dan istri memiliki rasa untuk saling diperbudak agar berujung pada keindahan.
"Hey para suami jadilah engkau budak istrimu dan hey para istri jadilah budak untuk suamimu, maknanya apa semuanya punya kiat untuk berkhidmat kepada pasangannya, ujungnya adalah puncak keindahan, rebutan masak nanti, rebutan nyuci baju nanti, rebutan nyapu nanti kan indah," tukasnya.
Baca juga: Kenapa Sih Cerai Ada di Tangan Suami? Ini Jawaban Ustaz Khalid Basalamah, Antara Akal dan Perasaan
SUBSCRIBE US