Mendikbud Nadiem Makarim Meminta Maaf ke PBNU

Nadiem menyampaikan, Kamus Sejarah Indonesia yang tidak memuat nama KH Hasyim Asy’ari itu disusun tahun 2017, atau saat Nadiem belum menjadi menteri 

Editor: aminuddin
Istimewa
Mendikbud Nadiem Makarim 

SRIPOKU.COM, JAKARTA - Ada pemandangan tak biasa pada hari Kamis (22/4).

Hari ini,  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengunjungi Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat.

Dalam kunjungan itu, Nadiem bertemu dengan Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, Sekjen PBNU KH Helmy Faishal Zaini, dan anak dari Presiden Abdurahman Wahid (Gus Dur), Yenny Wahid.

Ia tiba di lokasi pukul 14.37 WIB.

Nadiem mengatakan, kunjungannya ke PBNU untuk meluruskan polemik terkait tidak adanya nama tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari, dalam Kamus Sejarah Indonesia yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

"Pertama, kesempatan ini untuk bisa meluruskan isu ini, walaupun ini terjadi disusun dirancang sebelum saya menjadi menteri," ujar Nadiem, seperti dikutip Tribunnews.com, Kamis (22/4/2021).

Nadiem menyampaikan, Kamus Sejarah Indonesia yang tidak memuat nama KH Hasyim Asy’ari itu disusun tahun 2017, atau saat Nadiem belum menjadi menteri. 

Kendati demikian, Nadiem meminta maaf kepada PBNU.

Ia juga berjanji akan bertanggung jawab serta mengoreksi Kamus Sejarah Indonesia tersebut.

"Jadi ini akan segera kami koreksi dan kami mohon maaf dengan segala ketidaknyamanannya," ucap Nadiem.

Polemik Kamus Sejarah Indonesia tersebut awalnya disampaikan oleh Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda.

Huda meminta Kemendikbud untuk menarik sementara Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dan II dari peredaran karena dinilai memuat banyak kejanggalan.

Huda mengatakan, kejanggalan pada Kamus Sejarah Indonesia adalah tidak adanya keterangan terkait kiprah pendiri NU, Hasyim Asy'ari.

Padahal, Hasyim Asy'ari dikenal sebagai pahlawan nasional yang mendorong tercapainya kemerdekaan Indonesia.

Huda mengatakan, kejanggalan dalam kamus sejarah tersebut dapat berbahaya bagi pembentukan karakter peserta didik karena adanya disinformasi.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved