Kampung Al-Munawar Primadona Wisata Religi di Palembang, Terlihat Sepi di Masa Pandemi
Penerapan protokol kesehatan juga mengharuskan warga sekitar melakukan aktivitas di lingkungan kecilnya saja, seperti keluarga dan kerabat terdekat
Penulis: maya citra rosa | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kampung Arab Al-Munawar di Kelurahan 13 Ulu Kecamatan SU II Palembang merupakan salah satu destinasi wisata religius di Kota Palembang
Berbeda dalam kondisi normal, sudah lebih satu tahun selama pandemi Covid-19, kawasan wisata terlihat lengang , sepi pengunjung.
Konon rupanya kawasan ini sengaja ditutup oleh warga lingkungan dari kunjungan, karena khawatir akan adanya kasus penularan virus Corona.
Meskipun gerbang dibuka, namun tidak ada aktivitas kunjungan yang terjadi di bagian dalam perkampungan.
Diantara jejeran rumah-rumah hanya warga sekitar dan anak-anak yang beraktivitas. Berbanding terbalik dengan kondisi sebelum adanya pandemi.
Kawasan perkampungan yang didominasi oleh warga keturunan Arab ini masih sangat terjaga dari sisi bangunan maupun budaya.
Bangunan rumah bertingkat khas di Palembang masih terlihat, bahkan banyak rumah yang sudah berusia hampir 350 tahun.
Deretan rumah tua yang terbuat dari kayu ulin dan berlantai batu marmer khas Eropa, menambah daya tarik kampung ini menjadi cagar budaya.
Tidak hanya itu, dari sisi budaya, nuansa Islami sangat kental di perkampungan ini, wajah orang Timur Tengah bukan hal baru yang ada disini.
Bahkan pengajian, cawisan, shalawat dan tarian Zapin dan budaya lainnya biasa dimainkan di kawasan ini.
Budaya saling mengunjungi dalam bulan Suci Ramadhan juga masih kental dilakukan oleh warga sekitar.
Sejak setahun terakhir, warga sekitar lebih memilih banyak beribadah dari rumah, kegiatan sholat tarawih, berbuka bersama, cawisan dan lainnya jarang ditemui.
Penerapan protokol kesehatan juga mengharuskan warga sekitar melakukan aktivitas di lingkungan kecilnya saja, seperti keluarga dan kerabat terdekat, hingga pandemi berakhir.
Ketua RT 24, Ahmad Syech mengatakan penutupan kawasan wisata ini karena sebagian besar warga belum bersedia jika harus adanya keramaian di lingkungannya.
Hal ini karena sudah menjadi karakteristik warga Arab untuk tidak melakukan kegiatan yang terlalu berlebihan.