Puasa Ramadhan 2021

Berapakah Jumlah Rakaat Tarawih yang Dikerjakan oleh Rasulullah? Begini Penjelasan Ustaz Abdul Somad

berapa rakaat tarawih yang dikerjakan oleh Rasulullah Sholallahu'alaihiwasallam? Berikut penjelasannya.

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Istimewa
Ilustrasi sholat tarawih 

SRIPOKU.COM - Sholat tarawih merupakan salah satu ibadah sunnah yang dikerjakan pada bulan Ramadhan.

Hukum pelaksanaan sholat tarawih yakni sunnah.

Artinya jika dikerjakan mendapatkan pahala, jika tidak ditunaikan maka tidak akan berdosa.

Sholat tarawih dilakukkan selepas sholat isya' dan secara berjamaah di masjid

Namun, ada pula yang melaksanakannya sendiri di rumah.

Kemudian pelaksanaannya sendiri tidak diwajibkan secara berjamaah di musala atau masjid, sehingga dalam kaitan pandemi COVID-19 jelas tidak berpengaruh terhadap kualitas ibadah.

Sholat tarawih biasanya dilengkapi dengan sholat witir.

Yakni setelah selesai menunaikan sholat tarawih maka ditambah 3 rakaat sholat witir.

Lantas, berapa rakaat tarawih yang dikerjakan oleh Rasulullah Sholallahu'alaihiwasallam?

Berikut ini penjelasan Ustaz Abdul Somad yang dikutip melalui buku Tanya Jawab Ustadz Abdul Somad - 30 Fatwa Seputar Ramadhan

Baca juga: Hukum Suntik Vaksin / Vitamin saat Puasa, Awas Jangan Sampai Ibadah Jadi Sia-sia, Ini Penjelasannya

Ramadhan 1442 Hijriyah
Ramadhan 1442 Hijriyah (SRIPOKU.COM/ANTON)

Berdasarkan Fatwa Syekh ‘Athiyyah Shaqar, berikut ini penjelasan lengkap mengenai jumlah rakaat dalam sholat tarawih.

Pertanyaan:

Apakah Rasulullah Saw melaksanakan shalat Tarawih dua puluh rakaat?

Jawaban:

Imam al-Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Aisyah ra:

Rasulullah Saw tidak pernah menambah, dalam bulan Ramadhan maupun di luar Ramadhan, lebih dari 
sebelas rakaat; Rasulullah Saw melaksanakan empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan 
lamanya, kemudian beliau melaksanakan empat rakaat, jangan engkau tanya tentang bagus dan 
lamanya, kemudian melaksanakan shalat tiga rakaat.

Ucapan Aisyah ra, “Melaksanakan shalat empar rakaat”, tidak menafikan bahwa Rasulullah Saw 
mengucapkan salam setelah dua rakaat, berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

“Shalat malam itu dua rakaat, dua rakaat”.

Dan ucapan Aisyah ra, “Melaksanakan shalat tiga rakaat”, maknanya Rasulullah Saw melaksanakan 
shalat Witir satu rakaat dan shalat Syaf’ dua rakaat.

Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Urwah dari Aisyah ra, ia berkata:

“Rasulullah Saw melaksanakan shalat malam sebelas rakaat, melaksanakan shalat witir satu rakaat daripadanya”.

Dalam beberapa jalur riwayat lain disebutkan:

“Rasulullah Saw mengucapkan salam setiap dua rakaat”.

Baca juga: Apakah Kumur-kumur Berpengaruh Terhadap Sah Tidaknya Puasa? Jangan Salah Kaprah Beginilah Hukumnya

Ibnu Hibban dan Ibnu Khuzaimah meriwayatkan dalam kitab Shahih mereka dari Jabir ra, bahwa Rasulullah Saw mengimami para shahabat shalat delapan rakaat dan shalat Witir.

Kemudian mereka menunggu Rasulullah Saw pada malam berikutnya, akan tetapi Rasulullah Saw tidak keluar menemui mereka.

Inilah yang shahih dari perbuatan Rasulullah Saw, tidak ada riwayat shahih lain selain ini.

Benar bahwa kaum muslimin melaksanakan shalat pada masa Umar, Utsman dan Ali sebanyak dua puluh rakaat, ini adalah pendapat jumhur Fuqaha’ (ahli Fiqh) dari kalangan Mazhab Hanafi, Hanbali dan Daud.

Imam at-Tirmidzi berkata, “Mayoritas ulama berpegang pada riwayat dari Umar, Ali dan lainnya dari kalangan shahabat bahwa mereka melaksanakan shalat Tarawih dua puluh rakaat.

Ini adalah pendapat Imam ats-Tsauri, Ibnu al-Mubarak dan Imam Syafi’i.

Demikian saya mendapati kaum muslimin di Mekah, mereka melaksanakan shalat Tarawih dua puluh rakaat”. 

Baca juga: HATI-HATI Lupa Baca Niat Puasa Ramadhan Bisa Sebabkan Puasa Tidak Sah, Harus Lakukan Hal Penting Ini

Menurut Imam Malik shalat Tarawih tiga puluh enam rakaat, selain Witir.

Imam az-Zarqani berkata dalam Syarh al-Mawahib al-Ladunniyyah, “Ibnu Hibban menyebutkan bahwa shalat Tarawih pada awalnya adalah sebelas rakaat, mereka melaksanakannya dengan bacaannya yang panjang.

Lalu kemudian mereka merasa berat, maka mereka meringankan bacaan dan menambah jumlah rakaat. 

Mereka melaksanakan dua puluh rakaat selain shalat Syaf’ dan Witir, dengan bacaan sedang.

Kemudian mereka meringankan bacaan dan menjadikan jumlah rakaat menjadi tiga puluh enam rakaat selain Syaf’ dan Witir.

Kemudian mereka melaksanakan shalat Tarawih seperti itu”.

Demikianlah, al-Hafizh Ibnu Hajar al-‘Asqalani berkata setelah menggabungkan beberapa riwayat, “Perbedaan tersebut berdasarkan kepada panjang dan pendeknya bacaan.

Jika bacaannya panjang, maka jumlah rakaat sedikit. Demikian juga sebaliknya”.

Demikian juga menurut Imam ad-Dawudi dan lainnya.

Kemudian al-Hafizh menyebutkan bahwa penduduk Madinah melaksanakan shalat Tarawih tiga puluh enam rakaat untuk menyamai penduduk Mekah.

Karena penduduk Mekah melaksanakan Thawaf tujuh putaran diantara dua waktu istirahat (pada shalat Tarawih).

Maka penduduk Madinah membuat empat rakaat sebagai pengganti tujuh putaran Thawaf tersebut.

Baca juga: Mengapa Menonton TV di Bulan Ramadhan Bisa Jadi Haram? Ternyata Begini Penjelasan Ustaz Abdul Somad

SUBSCRIBE US

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved