Menangis Lihat Moeldoko Terus Dipojokkan, Ruhut Sitompul Akhirnya Bongkar Fakta Sebenarnya

Mantan Politisi Demokrat, Ruhut Sitompul  membuka cerita sebenarnya, soal Moeldoko akhirnya

Penulis: fadhila rahma | Editor: Yandi Triansyah
KOMPAS/HERU SRI KUMORO
Anggota DPR, Ruhut Sitompul, keluar dari Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, setelah diperiksa sebagai saksi atas kasus dugaan tindak pidana korupsi proyek pusat olahraga Hambalang dengan tersangka mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Rabu (12/3/14). 

SRIPOKU.COM - Mantan Politisi Demokrat, Ruhut Sitompul  membuka cerita sebenarnya, soal Moeldoko akhirnya menerima tawaran sebagai Ketum Demokrat.

Hal ini diungkapkan poltisi PDI Perjuangan itu di acara Mata Najwa tadi malam, Rabu (10/3/2021).

Ruhut awalnya mempertanyakan, soal kenapa Moeldoko sering dipojokkan pasca terpilih menjadi Ketua Umum Demokrat versi KLB di Deli Serdang beberapa waktu lalu.

Padahal kata dia, bukan keiinginan Moeldoko untuk menjadi Ketua Umum Demokrat.

"Saya objektif menilai. Kenapa sih pak Moeldoko terlalu dipojokkan ? Bagi kita kader Demokrat, saya (mantan kader) berterimakasih pada SBY yang ikut membesarkan saya," kata Ruhut.

Ruhut menjelaskan, awalnya tak ada niatan Moeldoko untuk  mengambil Demokrat.

"Saat kader mau menyelenggarakan KLB dan meminta Moeldoko menjadi Ketum, saya langsung telpon, tapi Moeldoko bilang masih mau fokus membantu pak Jokowi apalagi kita sekarang masih dilanda Pandemi," kata dia.

Namun Ruhut menegaskan kenapa akhirnya Moeldoko meneriwa tawaran itu.

Menurut dia, Moeldoko  diminta dan ditekan kader sehingga mau menerima tawaran itu.

Moeldoko Dinilai Sukarela

Pengamat Politik President University, Muhammad A.S Hikam mengatakan, apa yang berkembang saat ini publik tak bisa melihat apa yang telah dilakukan Moeldoko sebagai tekanan.

"Secara faktual, dari segi tampilan, pidato beliau, itu tampak bahwa masuk ke KLB Demokrat adalah sukarela," kata dia.

Menurut dia, secara hak politik tidak ada masalah langkah politik yang telah dilakukan oleh Moeldoko.

Namun secara etika, mungkin dipermasalahkan, dan sekarang yang sedang terjadi.

" Kalau ada tanggapan dari pak Ruhut, pak Darmizal itu menyakitkan pak Moeldoko, itu analisa lain. Dan kemudian dipakai alasan sekarang seolah olah dipaksa dan disakiti sehingga harus beraksi," kata dia.

Halaman
123
Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved