Krisis Myanmar

Semakin Mencekam, Tiga Demonstran Tewas Ditembak di Kepala oleh Aparat Myanmar

Tiga warga Myanmar, Senin kemarin tewas ditembak secara brutal oleh aparat keamanan di Myanmar.

Editor: Sutrisman Dinah
(net/kolase/Twitter)
Kyal Sin "Angel" gadis berusiaa 19 tahun tewas dalam sebuah aksi menentang kudeta Myanmar. 

SRIPOKU.COM – Tiga warga Myanmar, Senin kemarin tewas ditembak secara brutal oleh aparat keamanan di Myanmar.

Jumlah korban tewas terus bertambah setelah aparat keamanan menghadapi demonstran anti-kudeta dan menolak pemerintahan junta militer Myanmar.

Aksi demonstran yang digelar berbagai lapisan warga di berbagai kota di Myanmar, sudah berlangsung sebulan. Aksi turun dan pemblokiran jalan raya ini telah menewaskan lebih dari 50 orang akibat tindakan keras aparat kepolisian dan militer.

Seperti dikutip Tribunnews.con dari Reuters, Selasa (09/03/2021), tiga demonstran tewas di Myanmar pada hari Senin itu, terjadi ketika aparat menggerebek lokasi aksi mogok.

Baca juga: Kudeta Myanmar, Polisi Tembaki Warganya Sendiri Hingga 18 Warga Tewas, Bikin PBB Langsung Bertindak

Baca juga: Profil Angel, Gadis 19 Tahun, Ahli Bela Diri yang Tewas Tertembak Saat Demo Protes Kudeta Myanmar

Menurut saksi mata, demonstran di seluruh negeri berusaha melumpuhkan perekonomian dengan aksi mogok menyusul akhir pekan penggerebekan dan penangkapan malam oleh aparat keamanan.

Toko-toko, pabrik, dan bank ditutup di kota utama Yangon, kota terbesar kedua di Myanmar.

Foto-foto yang di-posting di laman Facebook, menunjukkan mayat dua pria tergeletak di jalan di kota utara Myitkyina.

Saksi mata mengatakan, korban tewas itu merupakan peserta aksi protes ketika polisi menembakkan granat kejut dan gas air mata kearah demonstran. Beberapa orang kemudian terkena tembakan aparat dari bangunan di dekatnya.

Satu saksi mata yan membantu memindahkan mayat-mayat itu, seperti dikutip Reuters, dua orang ditembak di bagian kepala dan meninggal di tempat. Tiga orang lainnya terluka.

Baca juga: Pertemuan Joko Widodo-PM Malaysia Bahas Kudeta Myanmar Sambil Makan Rendang

"Betapa tidak manusiawi membunuh warga sipil yang tidak bersenjata," kata saksi pria berusia 20 tahun.

 "Kita harus memiliki hak kita untuk memprotes secara damai," katanya.

Belum diketahui  secara pasti, pasukan mana yang menembaki demonstran itu, meskipun polisi dan militer berada di tengah aksi protes,.

Di bagian lain, dikabarkan seorang tewas dan dua terluka selama aksi protes di kota Phyar Pon di Delta Irrawaddy, demikian sumber dari seorang aktivis politik dan media lokal.

Sampai sejauh ini, menurut data PBB, aparat kepolisian dan militer telah menewaskan lebih dari 50 orang untuk meredam aksi demonstrasi harian dan pemogokan terhadap kudeta sejak 1 Februari 2020.

Juru bicara militer tidak menanggapi tentang insiden terbaru yang menewaskan tiga demonstran, Senin kemarin. .

Begitupula Kepolisian di Myitkyina dan Phyar Pon, juga tidak menanggapi peristiwa ini.

Aksi kerumunan dan berdemonstrasi menentang kudeta berlangsunng di Yangon, Mandalay dan beberapa kota lainnya. Rangkaian peristiwa itu tersebar melalu rekaman video yang diposting di Facebook.

Demonstran di Dawei, kota pesisir di Selatan Myanmar, dilindungi oleh Persatuan Nasional Karen, sebuah kelompok bersenjata etnis yang terlibat dalam perang jangka panjang dengan militer.

Pengunjuk rasa melambaikan bendera yang dibuat dari htamain (sarung wanita) di beberapa tempat, dan menggantungnya di antrean di jalan untuk menandai Hari Perempuan Internasional sambil mengecam junta.

Berjalan di bawah sarung wanita secara tradisional dianggap sebagai nasib buruk bagi pria dan cenderung memperlambat gerak polisi dan militer.

Media negara mengatakan, pasukan keamanan menjaga dan memasuki rumah sakit dan universitas sebagai bagian dari upaya untuk menangkapi demonstran.

Dilaporkan, setidaknya sembilan serikat pekerja di berbagai sector, menyerukan "semua rakyat Myanmar" untuk menghentikan pekerjaan untuk melawan kudeta. Mereka menuntut pemulihan pemerintahan pemimpin defacto Aung San Suu Kyi.

Melawan Ketakutan

Serikat pekerja terus berusaha memperbesar dampak seruan "Gerakan Pembangkangan Sipil" yang sedang berlangsung. Mereka mengampanyekan agar pegawai negeri untuk memboikot bekerja di bawah pemerintahan militer.

Dampaknya dari seruan itu, di setiap tingkat infrastruktur nasional, dengan terjadi gangguan rumah sakit, kantor kementerian kosong, dan bank tidak dapat beroperasi.

Junta telah memperingatkan bahwa PNS "akan dipecat" dengan efek langsung Hari Senin jika mereka terus melawan.

Sampai kemarin, pusat perbelanjaan utama ditutup dan tidak ada pekerjaan yang terjadi di pabrik- pabrik.

Pemimpin protes Maung Saungkha melalui laman Facebook, mendesak perempuan untuk keluar guna  melawan kudeta.

Sementara Nay Chi, penyelenggara gerakan sarung, menggambarkan para wanita sebagai "revolusioner".

"Rakyat kita tidak bersenjata, tapi bijaksana. Mereka mencoba memerintah dengan ketakutan, tetapi kami akan melawan rasa takut itu," katanya seperti dikutip Reuters.

Dalam sebuah pernyataan hari Senin kemari, militer mengatakan menangkap 41 orang.

Sementara manajer kampanye resmi dan lokal dari Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi (NLD) Khin Maung Latt, meninggal dalam tahanan polisi pada hari Minggu lalu.

Ba Myo Thein, anggota parlemen yang digulingkan, mengatakan laporan memar di kepala dan tubuh Khin Maung Latt menimbulkan kecurigaan bahwa dia telah "disiksa keji".

Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik menunjukkan, hampir 1.800 warga Myanmar ditangkap dan ditahan di bawah pemerintahan junta pada Minggu lalu.****

Sumber: Tribunnews.com, judul lagi-3-demonstran-tewas-di-myanmar-toko-toko-dan-pabrik-ditutup

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved