Dilema Brama Kumbara soal Bisnis Miras, Pemasukan Kas Negara Besar tapi Warga Perilaku Buruk
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka izin investasi untuk industri minuman keras (miras) atau beralkohol dari skala besar hingga kecil.
SRIPOKU.COM - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka izin investasi untuk industri minuman keras (miras) atau beralkohol dari skala besar hingga kecil.
Syaratnya, investasi hanya dilakukan di daerah tertentu.
Ketentuan ini tertuang di Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2021 tentang Bidang Usaha Penanaman Modal yang diteken kepala negara pada 2 Februari 2021.
Aturan itu merupakan turunan dari Undang-Undang (UU) Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Sementara persyaratan, untuk penanaman modal baru dapat dilakukan pada Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua dengan memperhatikan budaya dan kearifan setempat.
Bila penanaman modal dilakukan di luar daerah tersebut, maka harus mendapat ketetapan dari Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berdasarkan usulan gubernur.
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah ini mendapat beragam tanggapan pro kontra dari masyarakat.
Ustaz Yusuf Mansyur di akun instagramnya memposting serial drama Brama Kumbara.
Video yang berdurasi 3:25 menit bercerita perdebatan antara Brama Kumbara dan bawahannya, karena banyak pemabuk yang melakukan pembunuhan.
"wah ini serial drama favorit brama kumbara," tulis Uztaz Yusuf Mansyur, Selasa (2/3/2021).
"Selama melihat versi visualnya, yang seumuran pasti inget, hee heee. Kuping ampe nempel di radio," lanjutnya.
Saur Sepuh merupakan karya asli dari Niki Kosasih (almarhum) yang bercerita tentang perjalanan seorang pendekar sakti bernama Brama Kumbara yang kelak menjadi raja di salah satu kerajaan di wilayah selatan bernama Madangkara.
"Ini sekian kalinya pembunuhan dilakukan oleh pemabuk, saya ingin kalian melaporkan secara jujur dan lengkap," kata Brama Kumbara.
" Ampun gusti prabu, saya sendiri tidak tau kapan mulainya, tiba-tiba banyak sekali pemuda Madangkara
suka mabuk-mabukan,warung-warung tuak dan arak tumbuh menjamur, sementara kami tak bisa bertindak karena tak ada larangan berjualan minuman keras," jawab bawahan Brama Kumbara.
Namun, bawahan lainnya juga memberikan pandangan terhadap langkah yang diambil Prabu Brama Kumbara.
Menurut dia, pedagang dan pembeli tuak dan arak sebagai pemasok yang besar dalam penerimaan kas negara.
Sehingga dirinya meminta sang prabu untuk bijaksana.
Perdebatan pun muncul, pernyataan itu langsung disanggah oleh bawahan lainnya.
Menurut dia, pemasukan yang besar itu tak bisa membenahi kerusakan watak dan prilaku pemuda.
"Ada yang lebih penting dari sekedar pemasukan kas negara, yakni rusaknya prilaku pemuda pemuda kita," kata dia.
Pendapat itu pun diaminkan oleh sang prabu.
Karena menurut dia, citra buruk yang disebabkan pemuda pemuda yang suka mabuk, akan memberikan dampak buruk.
Sehingga para pedagang yang singgah ke tempat mereka berlahan akan lari.
Baca juga: Skandal Barcagate Terkuak, Para Petinggi Barcelona Diciduk: Sewa Buzzer Kritik Lionel Messi cs
Baca juga: Jirayut Mendadak Ungkit Masa Lalu 2 Tahun Lalu Sebelum Tenar, Keluguannya Audisi Disorot: Ga Nyangka