Kudeta Myanmar

Kudeta Myanmar, Polisi Tembaki Warganya Sendiri Hingga 18 Warga Tewas, Bikin PBB Langsung Bertindak

Kematian dilaporkan di beberapa kota termasuk Yangon, Dawei. dan Mandalay karena polisi menggunakan peluru tajam dan gas air mata.

Editor: Adrian Yunus

SRIPOKU.COM - Aparat keamanan di Myanmar menembaki para pengunjuk rasa menewaskan setidaknya 18 orang, menurut organisasi HAM PBB, menjadikan aksi protes hari Minggu (28/02) sebagai yang paling banyak memakan korban sejak kudeta militer pada 1 Februari.

Sementara itu, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri RI mengeluarkan 3 poin pernyataan atas perkembangan situasi di Myanmar

Pertama, Indonesia mengaku "sangat prihatin dengan meningkatnya kekerasan di Myanmar yang telah menyebabkan korban jiwa dan luka-luka."

 Kudeta Militer Myanmar Terus Memakan Korban, Jadi Peristiwa Paling Berdarah 7 Orang Tewas

MYANMAR Semakin Kacau, 1.000 Massa Beringas Pro Militer Serang Massa Anti Kudeta: Dibekali Parang

 Seorang Pria Dibunuh Ayam Peliharaannya Sendiri saat Sabung Ayam, Polisi Lakukan Penyelidikan!

Polisi Myanmar menangkap pendemo anti kudeta militer, Sabtu (27/2/2021).
Polisi Myanmar menangkap pendemo anti kudeta militer, Sabtu (27/2/2021). (AFP)

"Ucapan duka cita dan bela sungkawa yang mendalam kepada korban dan keluarganya," lanjut Kemlu RI di laman resminya.

Dalam pernyataan yang diterbitkan 28 Februari itu Indonesia juga menyerukan agar aparat keamanan tidak menggunakan kekerasan dan "menahan diri guna menghindari lebih banyak korban jatuh serta mencegah situasi tidak semakin memburuk," demikian Kemlu RI mengakhiri pernyataannya.

Kudeta Myanmar mencapai puncaknya. Bahkan disebut hari paling mematikan dari unjuk rasa anti-kudeta.

Dilansir dari BBC pada Senin (1/3/2021), polisi telah menembaki pengunjuk rasa di Myanmar yang menewaskan sedikitnya 18 orang.

Hal itu disampaikan kantor hak asasi manusia PBB.

Kematian dilaporkan di beberapa kota termasuk Yangon, Dawei. dan Mandalay karena polisi menggunakan peluru tajam dan gas air mata.

Seorang polisi (tengah) mengacungkan senapannya dalam bentrokan melawan massa yang ikut dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Naypyidaw, pada 9 Februari 2021.
Seorang polisi (tengah) mengacungkan senapannya dalam bentrokan melawan massa yang ikut dalam demonstrasi menentang kudeta militer Myanmar di Naypyidaw, pada 9 Februari 2021. (STR via AFP)

Bagaimana kronologisnya?

Polisi memulai aksi kekerasan pada hari Sabtu (27/2/2021).

Ini terjadi setelah berminggu-minggu protes damai menentang kudeta militer sejak 1 Februari 2021.

Para pemimpin pemerintah, termasuk Aung San Suu Kyi, digulingkan dan ditahan.

Dari media sosial pada hari Minggu menunjukkan pengunjuk rasa melarikan diri ketika polisi mengejar mereka.

Bahkan beberapa orang dibawa pergi dengan berlumuran darah.

Tindakan kekerasan polisi semakin menjadi-jadi pada hari Minggu (28/2/2021).

Polisi Myanmar menangkap seorang peserta demo anti kudeta militer, Jumat (12/2/2021)
Polisi Myanmar menangkap seorang peserta demo anti kudeta militer, Jumat (12/2/2021) (STR/AFP)

Jurnalis video BBC mengatakan bahwa beberapa orang di dekatnya tertembak. Membuat orang berlarian. 

Beberapa demonstran juga digiring pergi dengan mobil polisi. Namun orang-orang tidak mundur.

Kantor Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (HAM PBB) mengutuk kekerasan terhadap pengunjuk rasa.

Mereka mengatakan sedikitnya 18 orang telah tewas pada hari Minggu dan lebih dari 30 lainnya terluka.

"Rakyat Myanmar memiliki hak untuk berkumpul secara damai dan menuntut pemulihan demokrasi," kata juru bicara Ravina Shamdasani.

"Penggunaan kekerasan terhadap demonstran tidak pernah bisa dibenarkan di bawah norma hak asasi manusia internasional."

Aktivis dan pekerja medis mengatakan polisi menembakkan peluru, granat kejut dan gas air mata kepada para pengunjuk rasa.

Dimana Aung San Suu Kyi?

Tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi
Tokoh Myanmar Aung San Suu Kyi (kompas.com)

Pemimpin sipil Myanmar itu tidak terlihat di depan umum sejak dia ditahan di ibu kota Nay Pyi Taw saat kudeta dimulai.

Namun para pendukungnya dan banyak komunitas internasional menuntut pembebasannya dan pemulihan hasil pemilu November tahun lalu.

Suu Kyi dijadwalkan menghadapi persidangan pada hari Senin dengan tuduhan kecurangan dalam pemilihan dan melanggar aturan virus corona.

Kudeta militer ini sendiri telah dikecam secara luas di luar Myanmar. Bahkan Amerika Serikat (AS) juga mengecamnya.

Sumber : Intisari

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved