Berita Palembang

APA Itu Kerajinan Tali Meiwa, Disulap Jadi Sangkek, Tetap Eksis di Lorong Lama Plaju Palembang

lokasi sentra pengrajin tali Meiwa yang sudah menghasilkan ribuan Sangkek dari hasil anyaman tali Meiwa di Kota Palembang

Penulis: Rahmaliyah | Editor: Welly Hadinata
Sripoku.com/Rahmaliyah
Wakil Walikota Palembang, Fitrianti Agustinda saat melakukan kunjungan ke sentra pengrajin Tali Meiwa, di Lorong Lama, Plaju Palembang, Senin (1/3/2021) 

Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Gulungan tali Meiwa terhampar di depan teras rumah Warga Lorong Lama, Plaju, Senin (1/3/2021).

Ya ini merupakan lokasi sentra pengrajin tali Meiwa yang sudah menghasilkan ribuan Sangkek dari hasil anyaman tali Meiwa di Kota Palembang. 

Lokasinya persis berada di pinggir perairan sungai Musi. Mereka mayoritas adalah para ibu rumah tangga, yang mengisi keseharian mereka untuk mencari penghasilan melalui kecakapan gerakan tangan dalam menganyam tali Meiwa. 

Produk yang dihasilkan bukan hanya Sangkek sebagai tempat untuk meletakkan bahan belanjaan, tapi juga ada tikar, Sangkek bawang dan masih banyak lagi. 

Yus, salah seorang pengrajin tali Meiwa mengatakan, rutinitas menganyam tali Meiwa sudah dilakukan lebih dari 10 tahun lalu dan secara turun menurun.

Awal mulanya, ia diajarkan oleh warga bernama Ela yang menjadi pionir anyaman tali Meiwa di kawasan itu. 

"Belajar dulu dengan Yuk Ela tapi sekarang beliau sudah meninggal. Setelah bisa mulai menganyam sangkek sendiri untuk dijual lagi ke Pasar Plaju oleh Bapak (suami). Terkadang anak juga ikut bantu jualan," ujarnya. 

Untuk menyelesaikan satu Sangkek berukuran sedang, Yus hanya membutuhkan waktu 30-40 menit. Dalam sehari, sembari menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga ia mampu menganyam lima Sangkek.

"Kalau saat membuatnya tidak ada kendala, hanya saat sudah selesai menganyam ketika malam hari suka keram tangan," ujarnya. 

Untuk membuat Sangkek, tikar atau anyaman lainnya butuh satu gulung tali Meiwa berukuran 10 kg yang dibanderol Rp 200 ribuan. Hasilnya bisa untuk membuat puluhan Sangkek dan produk lain. 

Pengrajin biasa menjual satu Sangkek berukuran sedang dengan harga mulai dari Rp 20 ribuan dan untuk Sangkek ukuran kecil hanya Rp 10 ribu. "Ada juga tikar yang dibuat harganya Rp 150 ribu," katanya

Sementara itu, Wakil Walikota Palembang, Fitrianti Agustinda bangga dengan hasil anyaman pengrajin lokal Kota Palembang ini. Karena, kualitas yang dihasilkan para ibu rumah tangga itu terus meningkat dari tahun ke tahun. 

Hanya saja, pengrajin terkendala dengan pemasaran dan permodalan sehingga Pemkot pun berkomitmen untuk membantu masalah masyarakat tersebut. 

"Untuk pemasaran kita bisa menggandeng pasar modern/retail seperti transmart atau lainnya agar Sangkek hasil pengrajin lokal ini bisa dipasarkan disana. Karena kita tahu, sekarang pusat perbelanjaan juga telah mengurangi penggunaan kantong plastik belanja. Jadi kenapa tidak Sangkek ini bisa juga kita gunakan," katanya. 

Sedangkan soal permodalan, melalui Bank Palembang Pemkot menyediakan program pinjaman tanpa bunga dan tanpa agunan mulai dari Rp 3 juta untuk satu UMKM. Dengan syarat, menyertakan surat keterangan usaha dari RT setempat dan identitas diri berupa KK, KTP, dan Buku Nikah. 

"Nanti jika ditahap awal pinjaman Rp 3 juta lancar pembayarannya maka bisa naik lagi pengajuan pinjamannya," katanya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved