Breaking News

Asal Usul Munculnya Kebaya Hingga Jadi Busana Tradisional, Pakaiannya Para Selir dan Permaisuri Raja

Bagaimana sejarah munculnya kebaya? Pakaian yang dipakai oleh perempuan Indonesia setiap kali ada momen penting.

Editor: Refly Permana
(Istimewa via Tribun Solo dan Pemkot Solo)
Penampilan anggun Selvi Ananda pakai kebaya merah saat Gibran dilantik jadi Walikota Solo. 

SRIPOKU.COM - Di Indonesia, sejumlah provinsi dan daerah baru saja usai melakukan pelantikan kepala daerah.

Meski kondisi saat ini dilanda pandemi Covid-19, pelantikan tetap digelar tatap muka dengan mengedepankan protokol kesehatan.

Termasuk keluarga, masih diperbolehkan menyaksikan secara langsung proses pelantikan.

Kehadiran keluarga acapkali mengalihkan fokus masyarakat yang lebih tertarik memperhatikan mereka ketimbang sosok yang dilantik.

Satu nama yang cukup banyak diperbincangkan adalah Selvi Ananda.

Jangan Remehkan Manfaat Ikan Ini, Bisa Mencegah Penyakit Mematikan, Stroke Hingga Jantung Koroner

Wajar, lantaran suaminya adalah anak dari presiden RI Joko Widodo, Gibran Rakabuming.

Gibran baru saja dilantik menjadi Walikota Solo.

Menghadiri pelantikan suami, Selvi mengenakan kebaya berwarna merah dibalut dengan selendang berwarna cokelat.

Ia tampil cantik dan anggun.

Kebaya hampir dipakai oleh seluruh perempuan yang suaminya dilantik menjadi kepala daerah.

Lantas, bagaimana sejarah munculnya kebaya?

Dikutip dari wikipedia.com, kebaya sudah menjadi salah satu busana khas Indonesia, terutama untuk kalangan perempuan.

Kebaya sudah ada sejak jaman Kerajaan Majapahit.

Di awal mula keberadaannya, kebaya termasuk pakaian yang agak terbuka.

Namun, ketika budaya Islam mulai masuk Indoneisia, mulai ada perubahan karena dibuat lebih menutupi seluruh anggota tubuh.

Ramalan Zodiak Karier Besok, Minggu 28 Februari 2021: Libra Harus Teliti Menjalankan Tugas

Nama kebaya sebagai pakaian tertentu telah dicatat oleh Portugis saat mendarat di Indonesia.

Kebaya dikaitkan dengan jenis blus yang dikenakan oleh wanita Indonesia di abad ke-15 atau 16.

Sebelum tahun 1600, kebaya di pulau Jawa dianggap sebagai pakaian khusus yang hanya untuk dikenakan oleh keluarga kerajaan, bangsawan, dan priyayi pada era ketika petani pria dan banyak wanita berjalan bertelanjang dada di depan umum.

Kemudian, kebaya juga diadopsi oleh masyarakat umum, khususnya para petani wanita di Jawa.

Hingga hari ini di desa-desa pertanian di Jawa, para petani wanita masih menggunakan kebaya sederhana, khususnya di kalangan wanita tua.

Kebaya sehari-hari yang dikenakan oleh petani terbuat dari bahan sederhana dan dikancingkan dengan jarum sederhana atau peniti.

Mikhailia Tikha Alamsjah, saat menghadiri acara pelantikan suaminya Bupati Ogan Ilir, Jumat (26/2/2021) di Griya Agung Palembang
Mikhailia Tikha Alamsjah, saat menghadiri acara pelantikan suaminya Bupati Ogan Ilir, Jumat (26/2/2021) di Griya Agung Palembang (SRIPOKU.COM / Jati Purwanti)

Kebaya perlahan-lahan menyebar ke daerah-daerah tetangga melalui perdagangan, diplomasi, dan interaksi sosial ke Malaka, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kesultanan Sulu, dan Mindanao.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved