Kilas Balik
AHLI Forensik Merinding Lihat Jasad Mbah Maridjan: Maut di Kaki Gunung Merapi
Seperti diketahui, Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi ini meninggal dunia pada 26 Oktober 2010.
SRIPOKU.COM, JAKARTA--Dokter forensik, dr Hastry menceritakan detik-detik ia menemukan dan mengidentifikasi jenazah Mbah Maridjan. Seperti diketahui, Mbah Maridjan, sang juru kunci Gunung Merapi ini meninggal dunia pada 26 Oktober 2010.
Menjadi juru kunci, tugas Mbah Maridjan adalah memberi komando warga untuk mengungsi jika Gunung Merapi akan meletus.
Nahasnya, justru Mbah Maridjan sendiri yang jadi korban amukan letusan Gunung Merapi.
Setelah 10 tahun berlalu, kini sang dokter forensik blak-blakan ungkap kisahnya saat menemukan dan mengidentifikasi jenazah Mbah Maridjan.
Saat Gunung Merapi meletus tahun 2010 silam, dr Hastry mengaku langsung ditelpon untuk segera tiba di TKP.
Apalagi disebutkan semburan Gunung Merapi yang meletus ini hingga kota Magelang, Jawa Tengah.
Namun daerah dengan korban terbanyak akibat letusan Gunung Merapi berada di Yogyakarta.
"Begitu meletus, saya ditelpon bersama tim saya. Katanya semburan sama awan panasnya itu sampe kota Magelang dan Muntilan.
Kebetulan saya di Semarang, langsung ke Jogja," papar dr Hastry, dilansir TribunnewsBogor.com dari Youtube Denny Darko, Rabu (10/2/2021).
Diakui dr Hastry, saat mengevakuasi dan identifikasi jenazah, para dokter dan relawan harus memakai APD seperti APD Covid-19.
"Itu kayak Covid, kita harus lengkap pakai APD. Kalau enggak asapnya bisa masuk ke paru-paru kita, dan bahaya untuk pernafasan," ujar dr Hastry.
Lebih lanjut, dr Hastry ungkap detik-detik penemuan jenazah Mbah Maridjan yang ditemukan meninggal di rumahnya, sesaat setelah Gunung Merapi meletus.
Disebutkan dr Hastry, kondisi jasad sang juru kunci Gunung Merapi itu dalam keadaan meringkuk, bukan bersujud.
Diduga, saat Gunung Merapi meletus, Mbah Maridjan tengah tidur.
"Mbah Maridjan waktu itu posisinya sedang istrirahat," ungkap dr Hastry.