Kabar Nusantara

ANALISA Media Asing: JIKA tak Ditangani Serius, Papua Bisa Lepas dari Indonesia, Ini Penyebabnya

Sampai sekarang kenyataannya banyak warga asli Papua yang menghadapi rasisme di luar Pulau Papua terutama dari warga Non-Papua di Indonesia.

Editor: Wiedarto
istimewa/tribun manado
ilustrasi KKB Papua 

SRIPOKU.COM, PAPUA--Riuhnya gerakan Black Lives Matter di AS telah menimbulkan keriuhan yang sama di seluruh Indonesia. Banyak warga Indonesia menyuarakan kepada Komunitas Kulit Hitam AS atas pembunuhan George Floyd, beberapa media blak-blakan mengabarkan isu persamaan derajat ras di Indonesia.

Sampai sekarang kenyataannya banyak warga asli Papua yang menghadapi rasisme di luar Pulau Papua terutama dari warga Non-Papua di Indonesia.

Rasisme ini telah dibahas di Modern Diplomacy, berikut adalah beberapa paparannya.

Menimbang Operasi Militer Di Papua

Teror KKB Papua, Pemkab Intan Jaya Sosong, Sudah 2 Bulan tak Ada yang Berani Ngantor

Warga asli Papua adalah keturunan dari Melanesia yang berkaitan erat dengan populasi negara-negara Pasifik seperti Fiji, Papua Nugini, Vanuatu dan Kepulauan Solomon.

Provinsi Papua secara teknisnya bukan bagian dari wilayah Indonesia jika melihat persamaan identitas atas warga Papua dan warga Indonesia lain.

Namun karena proses kolonialisasi yang merupakan ide Indonesia untuk membangun "Bangsa" yang terdiri dari semua wilayah yang dulunya dikolonisasi oleh Kerajaan Belanda, termasuk Pulau Papua, akhirnya Papua masuk ke Indonesia.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sriwijayapost di bawah ini:

Karena perbedaan budaya antara populasi Papua dan Indonesia lainnya inilah yang menyebabkan interaksi warga Indonesia dengan warga Papua begitu kecil.

Itulah sebabnya banyak berkembang pemikiran etnosentris terhadap komunitas yang berisi warga dengan kondisi fisik berbeda dan latar belakang berbeda dengan lainnya.

Sebagian besar kasus rasisme terhadap Komunitas Papua tidak secara sistematis dilaksanakan di bawah kebijakan negara atau undang-undang yang ada.

Namun hal itu menyebar secara sporadis dalam bentuk prasangka dan diskriminasi.

Kondisi sosial ini telah membentuk "atap kaca" yang mencegah warga asli Papua untuk berhasil di luar komunitasnya.

Contohnya adalah kasus di Yogyakarta, saat banyak murid Papua tidak mendapat akses akomodasi karena pemilik kos mendapat informasi berbagai stereotipe negatif mengenai komunitas masyarakat Papua.

Halaman
123
Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved