Pertama Injakan Kaki di Palembang, Terperanjat Baca Berita Hilangnya Replika Prasasti Talang Tuo
Lusi pun ingat orang mengatakan ketika datang ke Bumi Sriwijaya tidaklah lengkap jika tidak berkunjung ke Jembatan Ampera
Penulis: Abdul Hafiz | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Baru pertama kali menginjakkan kaki di Kota Palembang, mahasiswi doktoral pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung ini, terperanjat membaca berita hilangnya replika Prasasti Talang Tuo.
"Saya sangat terperanjat ketika Palembang heboh dengan berita kehilangan replika prasasti Talang Tuo. Ini sangat menyedihkan," ungkap Lusi Komala Sari kepada Sripoku.com di sela sesi foto di Restoran River Side dengan background Jembatan Ampera dan senja di Sungai Musi.
Karena sebagai orang yang menggeluti tentang bahasa, wanita berdarah minang kelahiran Batu Galeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat, 2 November 1985 ini pun berpikir betapa banyak kekayaan berupa nilai-nilai yang tersimpan di dalam prasasti itu
"Dana pasti akan ada tulisan-tulisan tertentu yang menceritakan sejarah peradaban umat manusia ketika prasasti itu dibuat. Nah ini sangat bernilai bagi kita. ," kata Lusi yang merupakan Dosen di UIN Suska Riau dan juga berprofesi sebagai peneliti.
Wanita berhijab yang memiliki tinggi badan 164 cm sangat menyayangkan hilangnya prasasti itu dan seharusnya kepada pihak-pihak terkait bisa meningkatkan keamanan dalam mempertahankan kekayaan nusantara.
"Kan ini termasuk situs sejarah yang seharusnya dilindungi. Mereka bawa ke negara mereka sampai terkadang para peneliti kita untuk meneliti itu harus meminjam dulu kepada Pemerintah Kolonial Holand untuk meneliti itu," ujar putri kedua dari 4 bersaudara buah kasih pasangan Muhammad Zel dan Yusda Dewi.
Lusi Komala Sari bercerita bahwa banyak mengkaji bahasa karena sangat tertarik dengan penelitian lingustik terapan. Untuk itulah saat ini sedang mendalami linguistik tentang retorika yang mengkaji tentang retorika presenter televisi Indonesia.
Lusi yang hobi traveling ini mengaku ketika pertama kali datang ke Palembang, dia melihat banyak kekayaaan linguistik di Indonesia.
"Itu yang seharusnya menjadi perhatian bagi para linguis di Indonesia, khususnya Palembang. Kenapa saya bilang begitu. Ketika saya bergaul dengan masyarakat Palembang, ternyata Bahasa Melayu yang mereka miliki itu memiliki kekayaan yang luar biasa," ujar wanita yang pernah menjadi presenter di Padang TV.
Ketika melakukan percakapan, dia melihat banyak perbedaan-perbedaan yang itu menarik untuk dikaji. Karena ada sedikit pergeseran makna dan memiliki makna yang terkadang ada diksi-diksi khusus yang enak didengar tidak bisa dialihbahasakan ke dalam Bahasa Melayu lain. Meskipun mereka berada di dalam rumpun bahasa Melayu juga.
Datang pertama kali ke Palembang, Lusi pun ingat orang mengatakan ketika datang ke Bumi Sriwijaya tidaklah lengkap rasanya jika tidak berkunjung ke Jembatan Ampera.
"Nah ketika saya ke sana waw is wonderful. Saya merasa berada di USA ketika saya melihat keindahan ikon dari Palembang ini. Saya mencoba mengambil foto It 's so amazing," ucap Lusi yang hobi membaca, travelling, modelling, swimming.
Ia juga mencoba kuliner seperti pempek yang menurutnya sangat menarik . Dia katakan tidak menyukai seafood tapi pempek yang memang diolah dengan ikan-ikan tertentu memiliki cita rasa tersendiri ketika menikmatinya.
Kemudian ada otak-otak juga. Ada sedikit perbedaan ketika dia mencoba untuk mengkomparasi dengan otak-otak yang berada di Jawa. Sangat berbeda dan ia bisa mengatakan ini otak-otaknya Sriwijaya.
"Saya menghabiskan satu kotak pempek itu berapa ya? Sekitar 5 pcs. Kemudian otak-otaknya saya makan sekitar 10 pcs," katanya.