Berita Selebriti

Mengenal Atta Ul Karim, Penjual Karpet Langganan Artis Indonesia, Ternyata Lebih Kaya dari Artis

Bukan karpet biasa, karpet yang dijual Atta Ul Karim harganya bisa mencapai puluhan juta bahkan 1 miliyar.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Instagram /attaulkarim1
Atta Ul Karim dan Baim Wong 

SRIPOKU.COM - Sosok Atta Ul Karim mungkin masih asing terdengar ditelinga masyarakat.

Namun lain halnya dengan para artis ini, sosok ini menjadi idaman apalagi karya yang ditawarkannya bisa memperantik Rumah.

Ya, Atta Ul Karim adalah pengusaha muda yang menjual Karpet.

Bukan karpet biasa, karpet yang dijual Atta Ul Karim harganya bisa mencapai puluhan juta bahkan 1 miliyar.

Lantas siapa Atta Ul Karim ini? berikut profilnya.

Baca juga: Mengenal Farida Pasha, Artis Senior Pemeran Mak Lampir, di Kehidupan Asli Dikenal sebagai Mubaligah

Profil

Atta Lahir di Sargodha, Pakistan pada 18 April 1993.

Ayah dan Ibunya memberi nama Atta Ul Karim yang artinya memberi kemulyaan terhadap sesama.

Kemudian pada 10 November 2009

Atta Ul Karim meninggalkan Lahore dan pergi ke Jakarta menyusul Ayahandanya bernama Masood.

Pada 29 September 2014, Ibunda tercinta Kausar Parveen Malik Mas'ood Ahmad meninggal akibat penyakir kanker payudara di usia 47 tahun dan meninggalkan 4 orang anak termasuk Atta Ul Karim.

Lalu tepat pada 4 November 2018 Atta menikah dengan gadis pujaannya di Lahore.

Atta dan istri juga sudah dikaruniai anak yang bernama Noor Ui Ain pada 16 Februari 2020.

Melansir website resmi attaulkarim.com, Atta merupakan orang yang ambisius dalam dunia bisnis.

Melalui perkenalan pada masyarakat Indonesia agar semua khalayak negeri ini tau bahwa dia adalah tamu dari timur yang kini bukan lagi tamu tapi sebagai sahabat untuk masyarakat Indonesia.

Atta juga orangnya sangat Antusias jika berbicara debfab orang baru.

Atta juga orang yang memiliki banyak ide dan keinginan untuk diungkapkan, tetapi bussines yang menjadi tumpuan jejak ayahnya yang menjadikan Atta batasan untuk mengekspose idenya.

Atta Ul Karim dan Syekh Ali Jaber
Atta Ul Karim dan Syekh Ali Jaber (kolase/Instagram)

Hobi Fotography

Saat ini Atta memiliki hobi Fotography, karena menurutnya jika kenangan momen hanya tidak diabadikan bisa saja kenangan itu terlupakan.

Karena memori manusia itu terbatas dan salah satu caranya ialah memotret momen tersebut.

Bahkan Atta sampai ikut kursus di dijakarta di sekolah khusus photography di Kemang.

Hal itu juga disalurkan Atta melalui Youtube Channelnya.

Atta baru lho jadi Youtuberm yok bantu untuk subscribe dengan cara Klik Disini.

Baca juga: Baru Juga Menikah, Tabiat Asli Indah Permatasari Terbongkar, Arie Kriting: Ternyata Gak Bisa Masak!

Cerita Masa Kecil Atta

Atta adalah sosok pemuda yang ceria, kalau di Indonesia ada yang namanya sepak bola.

Lain Lagi olahraga favorit Atta yang bernama Cricket.

Sama halnya bola namun olahraga ini lebih terkenal di Inggris.

Sangking sukanya Atta dengan olah raga ini dan dia menganggumi sosok salah satu atlet cricket.

Ia meminta ayahnya untuk membelikan seragam idolanya tersebut.

Ayahnya dengan senag hati menurutinya, baju itu menjadi baju paling berharga baginya.

Bahkan saat peryaan idul fitri ia juga mengenakannya.

Tak hanya itum saat baju itu baru saja kering dari jemuran, Atta langsung memakainya.

Bisnis Karpet

Melansir Tribun Jakarta, Atta juga menceritakan bagaimana awalnya ia bisa terjun ke bisnis jual beli karpet di Indonesia.

Awalnya, kata Atta, dirinya diminta oleh sang ibu untuk membantu ayahnya berdagang karpet di Indonesia. Ia sempat sedih ketika harus meninggalkan kampung halaman di Pakistan untuk terbang ke Indonesia.

"Awalnya karena ibu suruh saya ke Indonesia bantu ayah saya usaha karpet. Kan kalau orang tua ditolong anaknya lebih semangat. Awalnya sedih karena tinggalin kampung halaman tapi gak apa apa, jadi banyak teman dan saudara di Indonesia," kata Atta dalam keterangannya, Senin (17/8/2020).

Pada 2009 ia datang ke Indonesia untuk melanjutkan usaha ayahnya berjualan karpet. Berkat keuletannya, ia dan keluarga berhasil membuka cabang di 27 kota besar Indonesia.

"Pertama kali saya ke Indonesia tahun 2009, saya mau melanjutkan usaha orang tua saya. Awalnya kita cuma punya satu toko ini, sekarang Alhamdulillah sudah ada di kota lain, ada 27 cabang," ujarnya.

Dikatakan Atta, karpet yang ia jual berasal dari berbagai negara di Timur Tengah. Harganya pun bervariasi dilihat dari motif hingga bahan baku karpet tersebut.

"Dari 7 negara, Pakistan, Turki, Iran, Afghanistan, Kazakhstan, masih banyak lagi," tuturnya.

"Karpet itu kan seperti barang seni ya. Jadi gak ada batasan harga, karena sama seperti lukisan. Ada aja lukisan yang satu juta ada aja yang satu miliar," tambahnya.

Dalam menjalankan usahanya, Atta selalu mengedepankan kejujuran dan kepuasan pelanggan. Dengan modal kejujuran dan kepuasan pelanggan itulah yang membuat usahanya bisa bertahan hingga saat ini.

"Kalau kompetitor saya ada 100 gak masalah, kenapa, karena saya pakai harga jujur dan harga terbaik. Kalau saya jual mahal orang gak bakal balik belanja lagi. Lebih baik kita jujur, orang balik lagi belanja dan akan dipromosikan dari mulut ke mulut," katanya.

"Alhamdulillah kita juga ada website resmi dan instagram. Bisa dilihat yang beli dari artis, pejabat, pengusaha karena itulah kunci sukses kita harus jujur," katanya lagi.

Bagi yang berminat silakan langsung aja DM Atta atau langsung datang ke Toko, Nama tokonya Al Bakat. atau klik websitenya Disini.

Oh iya, buat kalian yang langsung berkunjung ke Toko Atta, siap siap yah! kalian akan disajikan makanan dan minuman ala pakistan.

Baca juga: Tubuh Rion belum Teridentifikasi, Ayah dan Adik Penumpang SJ 182 Putuskan Bertahan di Jakarta

Kenapa Karpet Atta bisa mahal?

Menurut Atta Ul Karim, harga sebuah karpet dipengaruhi beberapa faktor.

Salah satunya bahan dan proses pengerjaannya.

"Misalnya karpet Iran dan Turki itu berbeda. Karpet Iran ada yang handmade pakai tangan, bahannya wool sama sutra. Ya itu yang bikin mahal, karena pakai tangan dan benangnya tipis, dalam satu inch ada 180 ikat disulam, belum lagi bahannya," kata Atta Ul Karim.

Soal harga, kata Atta, karpet layaknya barang seni yang tak memiliki batasan harga. "Ada lukisan yang satu juta, ada juga yang satu miliar. Jadi harga (karpet) ratusan juta sampai 1 miliar pun juga ada," ujar Atta.

Sementara menurut Atta, orang Indonesia lebih menyukai karpet dari Turki dan Iran. Dua karpet ini dikenal berkualitas baik, namun harga yang cukup bersahabat. Namun begitu, karpet dari Tukri dan Iran juga bukan berarti tidak ada yang mahal.

"Kalau karpet Iran memang bagus banget makanya harganya juga bagus (mahal). Tapi ada aja orang yang suka karpet handmade, dia nggak suka karpet buatan mesin. Karena suka karpet seni, jadi one and only," imbuh Atta.

"Motifnya cuma satu, karena bikinnya pakai tangan. Ada yang enam bulan baru jadi karpetnya (handmade), itu yang murah. Kalau yang bagus banget bisa empat tahun baru jadi (handmade)," katanya menambahkan.

Konsisten menjaga mutu dan kualitas, tak heran Al Barkat kini memiliki 27 cabang yang tersebar di kotak-kota besar di Indonesia. Hebatnya lagi, pelanggan mereka kebanyakan dari kalangan artis.

Perjalanan panjang Bisnisnya

Melansir laman Merah putih, AL-Barkat Oriental Rugs and Carpets atau lebih dikenal Al-Barkat Carpets menjadi salah satu toko karpet yang cukup terkenal di ibu kota.

Bukan hanya masyarakat biasa saja, banyak selebritis dan pejabat yang menjadi langganan di toko milik Atta Ul Karim, pria kelahiran Pakistan, 18 April 1993.

Namun, nama besar Al-Barkat Carpets tak serta merta muncul begitu saja. Berkat tangan dingin sang ayah, Malik Masood Ahmad, toko ini terus melebarkan sayapnya.

Atta mengatakan ketika ayahnya mengadu nasib di Jakarta tahun 1997, Al-Barkat Carpets hanya menempati dua ruko saja.

"Pak Malik Masood Ahmad buka pertama kali di Jalan Fatmawati ini nomor 28AA waktu itu cuma 2 ruko lalu pelan-pelan nambah. Orag sekarang kan liat enaknya kita, tapi kalau tanya ayah saya, waduh luar biasa berjuangnya. Istilahnya sampe berdarah-darah," ucap Atta

Atta menjelaskan, kejujuran sang ayah adalah kunci keberhasilan Al-Barkat Carpets. Malik lebih memilih memberikan harga normal.

Hal tersebut yang membuat orang banyak percaya dan menjadi pelanggan tetap di toko tersebut. Kejujuran ini pula yang menurun pada anak-anaknya, termasuk Atta.

Ketika pertama kali datang ke Jakarta, saat itu hanya ada 2 sampai 3 toko karpet saja. Persaingan pun belum seketat sekarang. Meski demikian, semakin banyaknya toko karpet tak membuat Malik patah semangat.

Bahkan hal ini menjadi salah satu peluang untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan.Saat ini Al-Barkat Carpets telah memiiki 27 cabang yang tersebar di 16 kota besar seperti Jakarta, Medan, Surabaya hingga Makassar.

Baca juga: Baru Diungkap Asisten, Firasat Syekh Ali Jaber, Soal Kehamilan Istrinya, Bikin Irfan Hakim Nangis

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved