Banjir Kalsel

Greenpeace: Banjir Kalsel Karena Hutan Hujan di Kalsel Berganti Jadi Tambang Batubara

Dari berbagai kasus banjir di Indonesia, musibah banjir yang terjadi Kalimantan Selatan mendapat sorotan  Greenpeace melalui perwakilannya. 

Editor: Salman Rasyidin
Twitter
Penampakan udara banjir di Kalimantan Selatan. Greenpeace Indonesia menyebut lebih dari separuh hutan hujan di Kalsel berganti menjadi tambang batubara dan perkebunan 

SRIPOKU.COM— Dari berbagai kasus banjir di Indonesia, musibah banjir yang terjadi Kalimantan Selatan mendapat sorotan  Greenpeace melalui perwakilannya. 

Dalam temuan  Greenpeace banjir yang merata di Kalimantan Selatan karena lebih separuh hutan penahan hujan disana berubah jadi areal tambang batubara dan perkembunan.

Menurut  WARTAKOTALIVE.COM, banjir besar dan merata di hampir wilayah Provinsi Kalimantan Selatan mengejutkan masyarakat setempat. 

Masyarakat menyebut, banjir seperti itu baru kali ini terjadi sepanjang sejarah.

Banjir di Kalsel menyebabkan sejumlah orang meninggal dan ratusan ribu warga lainnya mengungsi akibat perkampungan  mereka terendam banjir.

Sejauh ini, Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNBP) menyampaikan terdapat tujuh kabupaten yang terdampak banjir di Kalimantan Selatan yakni Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjar Baru, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Balangan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, dan Kota Tanah Laut.

Sementara itu sejumlah organisasi pemerhati lingkungan hidup menyoroti banjir kali ini disebabkan oleh rusaknya ekologi di Kalsel akibat ulah manusia.

Greenpeace Indonesia melalui @GreenpeaceID menerangkan bahwa lebih dari separuh hutan hujan Kalimantan hilang dalam 50 tahun terakhir, berganti dengan perkebunan monokultur dan lubang tambang batubara.

"Kini meningkatnya suhu bumi yang disebabkan pembakaran batubara dan hilangnya hutan, membawa bencana Krisis Iklim ke tanah Borneo," tulis @GreenpeaceID pada Sabtu (16/1/2021).

Greenpeace Indonesia menyebut bahwa kerusakan ekologi yang belum juga menjadi perhatian serius pemerintah @jokowi, mengantar pada bencana yang kembali mengawali awal pergantian tahun.

"Banjir Kalsel di awal tahun ini bukanlah yang pertama terjadi, tapi justru menimbulkan dampak yang kian parah."

Greenpeace Indonesia juga menyoroti tingginya curah hujan yang dijadikan alasan utama atas banjir yang terjadi. 

Padahal, faktor yang tidak kalah penting yakni adanya kerusakan lingkungan yang telah terjadi.

"Tingginya curah hujan masih dijunjung sebagai faktor. Padahal, laju #krisisiklim yang terus diperparah oleh ketimpangan lingkungan hidup atas kepentingan lahan industri menjadi penyebab utama."

"Perlu selalu kita sadari bahwa keseimbangan ekologi bukan hanya perihal pelestarian lingkungan ataupun ekosistem alam di luar sana, tapi juga soal hajat hidup yang dekat dengan kita semua. Soal bencana yang semakin marak mengancam nyawa.

Halaman
1234
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved