Calon Kapolri

SEMAKIN JELAS Calon Kapolri:Nama Komjen Paling Yunior Ini Hilang dari List, Boy Rafli Selangkah Lagi

Nama Kabareskrim Komjen Pol Listyo Prabowo tak ada lagi dalam daftar Calon Kapolri terbaru versi sejumlah pengamat.

Editor: Wiedarto
WARTA KOTA/BUDI SAM LAW MALAU
Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo menggelar konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (10/12/2020), terkait perkembangan penyidikan kasus penembaka 6 Laskar FPI. 

Polisi kelahiran Solok, Sumatra Barat, 28 Juni 1965 berpengalaman dalam bidang reserse. Sebelum menjadi Wakapolri ia menjabat Kapolda Metro Jaya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Review Ujang Komaruddin mengatakan Gatot Eddy merupakan satu dari tiga nama yang paling direkomendasikan untuk menjadi Kapolri.

Sementara itu, Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta memberikan gambaran keuntungan Komjen Pol Gatot menjadi Kapolri.

Dengan masa kerja masih tiga tahun dan sudah cukup senior.

“Pengalaman Komjen Pol Gatot Eddy perlu perhitungkan, pernah jabat Kapolda Metro Jaya sehingga paham soal situasi lapangan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (24/12).

2 Komjen Boy Rafli Amar

Karir Boy Rafli Amar mirip dengan Tito Karnavian yang melejit setelah menjabat Kapolda Papua.

Hal yang sama juga, Boy juga saat ini menduduki jabatan Kepala BNPT.

Perbedaannya, Boy banyak dikenal sebagai humas Polri.

Boy Rafli Amar lahir di Jakarta pada 25 Maret 1965 dari pasangan Minangkabau. Ayahnya berasal dari Solok sedangkan ibunya dari Koto Gadang, Agam, Sumatera Barat.

Ia adalah cucu dari sastrawan Indonesia, Aman Datuk Madjoindo. Boy menikah dengan Irawati dan telah dikaruniai dua orang anak.

Staf Pengajar Universitas Tarumanagara Dr Urbanisasi memprediksi Boy Rafli sangat layak untuk menjadi Kapolri.

Selain sosok humanis, ia juga memiliki kemampuan komunikasi ke segala lini.

“Hal ini merupakan modal sekaligus Prestasi Komjen Boy Rafly ketika Menjadi Kadiv Humas Polri,” kata Urbanisasi di Jakarta, Senin (21/12/2020).

Lebih lanjut Urbanisasi mengatakan salah satu prestasi terbaik Boy Rafli sebagai perwira polisi adalah ketika bertugas di Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror.

“Kasus Terorisme yang ditangani pak Boy termasuk kasus berskala besar dan jangkauannya internasional, beliau menangani kasus bom Bali,” ujar Urbanisasi.

Dalam menangani kasus Bom Bali, Boy banyak berhadapan dengan para pelakunya seperti Amrozi, Imam Samudra, Muklas, Ali Imron, Doktor Azhari, Nurdin M Top.

Bahkan, dengan Ustaz Abu Bakar Baa’syir, ketua pesantren Ngeruki Solo yang dulu membaiat orang-orang atau pelaku-pelaku bom Bali.

“Loyalitas pengabdian, profesionalisme dan integritas Boy Rafli tak diragukan lagi. Kredibilitas, kompetensi, mental dan moral sangat baik," ungkapnya.

"Lebih penting dan utama lagi, setia pada negara dan pimpinannya. hal ini sangat penting bagi presiden Jokowi menunjuk seorang pembantunya di samping profesionalisme,” lanjutnya.

3 Komjen Agus Andrianto

Pria lulusan Akpol 1989 ini diketahui berpengalaman dalam bidang reserse, sebelum jadi Kabaharkam ia menjabat Kapolda Sumut menggantikan Komjen Firli Bahuri, yang menjadi Ketua KPK.

Agus dilahirkan di Blora, Jawa Tengah, 16 Februari 1967. Dia selama ini sangat gencar mengkampanyekan penggunakan produk dalam negeri di institusi kepolisian.
Agus sangat terkenal ketika menjabat sebagai Direktur Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri pada 2016, tatkala menangani kasus penistaan agama yang melibatkan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

Lantas, siapa perkiraan kandidat yang akan jadi calon Kapolri?

Anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Golkar, Supriansa mengatakan, sejauh ini belum ada kandidat yang secara resmi dikirimkan Presiden ke DPR.

Melalui pesan Whatsapp, dia menyatakan, hasilnya baru akan bisa disimpulkan dari hasil fit and proper test oleh DPR.

Bagaimana dengan Komjen Listyo Prabowo?

Dilihat dari prestasinya, Komjen Listyo juga layak dengan posisi Kapolri.

Mantan Kapolda Banten yang kini menempati orang nomor 3 di tubuh Polri ini sangat kenal dengan Jokowi karena pernah menjadi ajudannya.

Bukan hanya itu, Listyo baru saja menggapai sukses yang tak dicapai calon kapolri lain, yakni menangkap buronan kelas kakap, Djoko Tjandra.

Namun sukses itu belakangan dipertanyakan karena mengorbankan sejumlah jendral, termasuk anak buahnya sendiri sehingga muncul kicauan dugaan keterlibatan Listyo sendiri.

Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo sendiri sudah merespons klaim terdakwa Irjen Napoleon Bonaparte, yang menyeret namanya dalam persidangan kasus dugaan penghapusan red notice Djoko Tjandra.

Listyo menyayangkan sekelas Napoleon yang jenderal bintang dua, mudah saja percaya dengan pengakuan oknum-oknum yang menyeret-nyeret seseorang untuk kepentingan pribadinya.

Seharusnya, kata Listyo, Napoleon mengonfirmasi untuk mencari kebenaran terkait klaim oknum tersebut kepada dirinya.

Pernyataan Napoleon sendiri juga tidak dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP).

"Kan dia jenderal bintang dua dan pejabat utama, seharusnya yang bersangkutan kroscek apakah betul TS (Tommy Sumardi) memang dapat restu dari saya."
"Agak aneh kalau ada orang yang membawa nama kita, dan orang itu langsung percaya begitu saja kalau mereka dekat dan mewakili orang itu," ujar Listyo kepada wartawan di Jakarta, Kamis (26/11/2020).

Menurut Sigit, pernyataan Napoleon dinilai hanya menyesatkan kebenaran yang ada.

Seharusnya, kata Listyo, yang bersangkutan fokus untuk menjawab substansi fakta-fakta konstruksi hukum yang ditemukan oleh penyidik Bareskrim Polri.

Tapi, hal itu tidak dilakukan oleh Napoleon.

"Pihak TS juga sudah membantah pengakuan dari NB."

"Kami meyakini majelis hakim pasti akan melihat fakta yang sesungguhnya, mana yang suatu kebenaran dan mana hal yang mengada-ada," tutur Listyo.

Selain itu, kata Listyo, penghapusan red notice juga bukan kewenangan dari Bareskrim Polri, melainkan memang ranah dari Divisi Hubungan Internasional (Div Hubinter) Polri.

Napoleon sendiri menjabat sebagai Kadiv Hubinter Polri.

"Bareskrim tidak punya kewenangan memerintah Kadiv Hubinter menghapus red notice."

"Karena yang mengajukan red notice Kejaksaan, alasan yang tidak masuk akal pernyataan itu," tegas Listyo.

Ada pun alasan lain tak masuknya Listyo Prabowo dalam bursa Kapolri karena usia dan angkatannya yang masih muda.

Listyo alumnu Akpol 91, lahir 5 Mei 69 (51 tahun). Yang artinya masa dinas 78 bulan lagi alias masa pensiun yg masih cukup lama, yakni hingga Mei 2027.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Ini Dia 3 Kandidat Calon Kapolri Rekomendasi Kompolnas dan Wanjakti, Siapa Paling Berpeluang?,

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Update, Tak Ada Lagi Nama Komjen Pol Listyo Prabowo dalam Daftar 3 Calon Kapolri Terbaru, Kok Bisa?, https://wartakota.tribunnews.com/2020/12/25/update-tak-ada-lagi-nama-komjen-pol-listyo-prabowo-dalam-daftar-3-calon-kapolri-terbaru-kok-bisa?page=all.

Editor: Wito Karyono

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved