Teroris Jamaah Islamiyah
'Professor' JI Ungkap Sejak Agustus Diperintah Bikin Senjata Otomatis: Polisi Gelar Operasi Teroris
Berdasarkan keterangan polisi, Upik dipanggil dengan sebutan “profesor” karena ahli membuat bom dan senjata api rakitan, baik otomatis maupun manual.
Nanti disuplai alat yang bagus-bagus juga.
Dari beberpa perjalanan itu, kan Pak Karto ini yang paling aktif menyuruh pembuatan itu, dia bagian militer atau bagaimana aku kurang paham.
Terakhir ada pertemuan tanggal berapa lupa lagi saya, dengan Pak Chaedar 2016, itu disuruh ditutup bagian persenjataan, yang berbau militer disuruh hentikan.
Disitu terus terang karena aku yang punya ilmu di situ, yang punya kemauan, terus punya... apa ya..? ingin beramaliah buat senjata, aku sangat kecewa aslinya dulu.
Sudah itu, dari 2016 sudah macet itu pembuatan, nah di 2020 ini baru jalan lagi.
Itu pun kondisi alatnya seperti yang tertangkap itu kan enggak maksimal, tapi masih bisa.
2020 semenjak 4 bulan sebelum aku ditangkap itu.
Siapa yang memesan senjata rakitan buatan anda?
Itu sudah bukan dari pusat, tapi perseorangan.
Selama anda buron 14 tahun, siapa yang membiayai anda dan keluarga?
Kalau itu ada yang bersifat pribadi ada yang bersifat dari jemaah.
Masalahnya kalau yang bersifat pribadi ini seperti kita geser, kalau tidak ada duit, pakai duit saku karena dia beramaliah juga itu mencari pahala untuk menggeser saudaranya sendiri. Seperti itu.
Adapun yang sudah diluar kemampuannya, dia terpaksa mencari dana lewat Jamaah Islamiyah Pusat seperti itu yang saya ketahui.
Kalau dana itu, kalau sudah mapan sudah bisa cari maisah sendiri, bisa cari pekerjaan sendiri, itu malah kita yang memberika infak ke situ.
Tapi kalau selama belum bisa ya kita disuplai diberikan nafkah untuk anak istri.
Artikel ini telah tayang di Tribunjakarta.com dengan judul Penampakan Bungker Profesor Teroris Upik Lawanga, Terendam Air untuk Redam Suara Uji Peledak, https://jakarta.tribunnews.com/2020/12/20/penampakan-bungker-profesor-teroris-upik-lawanga-terendam-air-untuk-redam-suara-uji-peledak?page=all.
Editor: Wahyu Septiana