KAMI
Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin Tak Gabung Partai Masyumi, Deklarator KAMI i
DUA tokoh KAMI, Gatot Nurmantyo dan Din Syamsuddin dipastikan tidak bergabung ke Partai Masyumi yang dideklarasikan pekan lalu. Mengapa?
SRIPOKU.COM -- Ketua Komite Eksekutif KAMI (Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia), Ahmad Yani mengatakan bahwa deklarator KAMI seperti Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo, tidak akan bergabung ke Partai Masyumi.
Penegasan itu disampaikanDin Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo kepada mantan anggota DPR RI Ahmad Yani. "Tidak, dipastikan Pak Din, Pak Din juga sudah mengatakan tidak (gabung Partai Masyumi) dan Pak Gatot juga tidak," kata Yani saat dihubungi Tribunnews di Jakarta, Senin (9/11).
Yani menjelaskan, apakah Din Syamsuddin dan Gatot Nurmantyo tetap tidak itu sampai masa yang akan datang.
Sekalipun keduanya bergabung ke Partai Masyumi yang dideklarasikan pekan lalu di Jakarta, menurut Yani, merupakan sikap individu dan tidak mewakili KAMI.
Yani mengakui beberapa dari deklarator KAMI, sudah bergabung dengan Partai Masyumi baru. Namun, ia tidak merinci siapa saja anggota KAMI yang bergabung.
"Dari hampir 200 orang deklarator KAMI, yang di Masyumi tidak sampai 0, sekian persennya," katanya.
Sejumlah tokoh mendirikan organisasi politik "partai" dan menggunakan nama Partai Masyumi di Jakarta, pekan lalu. Partai yang eksis di masa pemerintahan Orde Lama (Presiden Soekarno), dan sempat dibubarkan pada masa itu.
Pengamat Politik dari Indonesian Public Institute Karyono Wibowo mengatakan, para pendiri "Masyumi baru" sekarang (reborn), harus bisa mengemas ulang. Pengemasan ulang partai disesuai dengan kondisi kekinian.
Menurut dia kejayaan Masyumi pada masa lalu, belum tentu bisa dibawa pada masa sekarang ini.
Oleh karena itu perlu adanya rebranding partai.
"Membawa brand (merk) Masyumi dengan harapan mendapatkan dukungan para simpatisan Masyumi khsususnya umat Islam, tapi masa kejayaan masa lalu belum tentu terjadi sekarang karena situasinya berbeda," kata dia.
Perjuangan partai Masyumi menurut Karyono, cukup berat untuk dapat lolos ke Parlemen.
Apabila menyasar pemilih muslim, Partai Masyumi harus bersaing dengan partai-partai yang sudah lebih dulu hadir. Mulai dari PKB, PKS, PAN, dan lainnya.
"Partai Masyumi akan memperebutkan ceruk pasar yang sama dengan partai-partai yang sudah established, jadi sangat berat," kata dia.
Dikatakan, peta pemilih sejak 1955 sampai 2019, mayoritas pemilih partai partai nasionalis merupakan pemilih muslim, karena inheren dengan mayoritas warga Indonesia yang beragama Islam.