KLHK Masih Ada Potensi Karhutla, Pemprov Sumsel Perpanjang Siaga Darurat Karhutla
Status siaga Karhutla Sumsel diperpanjang,karena masih ada potensi karhutla di sebagian wilayah Sumsel
Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Azwir Ahmad
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kendati saat ini sebagian wilayah Sumsel telah memasuki musim hujan, namun Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan kembali memperpanjang status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) hingga 30 November mendatang, Kamis (22/10/2020).
Perpanjangan status siaga karhutla bersandar pada penilaian Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bahwa potensi karhutla masih mungkin terjadi, karena masih adanya beberapa daerah di Bumi Sriwijaya yang belum memasuki musim hujan.
Kepala Bidang Penanganan Kedaruratan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel, Ansori mengatakan diperpanjangnya status siaga darurat karhutla telah ditandatangani oleh Gubernur Sumatra Selatan, Herman Deru.
Perpanjangan status siaga darurat karhutla diterbitkan lewat leputusan Gubernur Sumsel Nomor 573/KPTS/BPBD-SS/2020 per tanggal 19 Oktober 2020.
"Seharusnya status siaga berakhir pada akhir bulan Oktober. Perpanjangan ini sebagai upaya antisipasi karena Sumsel masih transisi dari musim kemarau ke hujan," ujarnya.
Ia menjelaskan, status siaga darurat tersebut merupakan tindak lanjut dari surat Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Di mana sebelumnya, KLHK melihat potensi dibeberapa daerah hujan belum merata sehingga masih ada kemungkinan terjadi kekeringan yang bisa menyebabkan kebakaran
" Tingkat kerawanan terjadi karhutla saat ini sudah rendah, hujan pun meluas sehingga lahan gambut sudah banyak yang basah," tegasnya.
Seperti diketahui, pada tahun 2020, dari bulan Januari hingga Oktober pihak BPBD mencatat ada penurunan jumlah Hotspot dan lahan terbakar di Sumsel, yang mencapai 50 persen dari tahun sebelumnya. Di mana tahun ini terdapat 1.124 kejadian bencana dengan luas lahan yang terbakar seluas 265,4 hektare (Ha).
Banyuasin menjadi wilayah yang lahannya terbakar terbesar tahun 2020 mencapai 101,68 ha. Disusul, Ogan Ilir 96,4 ha Muara Enim 5 ha, PALI 7 ha, Musi Banyuasin 2 ha, Ogan Komering Ilir 38,9 ha, OKU Timur 5,25 ha, Musi Rawas 4,22 ha, Palembang 5 ha.
Kepala Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran Hutan dan Lahan (PPIKHL) Wilayah Sumatera Ferdian Krisnanto menambahkan, kondisi rawa gambut di Sumsel sampai pertengahan Oktober masih terbilang rawan. Pasalnya tim yang setiap hari memantau masih menemukan spot kebakaran.
Berkaca dari tahun 2019 saat terjadi kekeringan dan kebakaran besar di Sumsel, KLHK mengambil sikap untuk tetap waspada. Menurutnya, tahun lalu kebakaran bahkan terjadi saat musim hujan tiba.
"Jadi kira waspada sampai awal tahun 2021, sebab di 2019 kebakaran justru terjadi November sampai Januari. Ini menjadi pembelajaran berharga supaya kita bisa mempertahankan sumsel bebas dari kebakaran dan asap," ungkap Ferdian. (Oca)