news

PENYEBAB Robohnya Jembatan Jerambah Gantung Akhirnya Terkuak, Kontraktor Bicara Hingga Mimpi Buaya

Jembatan Jerambah Gantung yang direncanakan dijadikan sebagai akses jalan penghubung, antara Kota

Editor: Wiedarto
KOMPAS.com/HERU DAHNUR
Jembatan senilai Rp 25,9 miliar lebih di Jerambah Gantung, Pangkalpinang ambruk saat proses pengerjaan, Jumat (16/10/2020) malam. 

SRIPOKU.COM, BANGKA - Penyebab ambruknya jembatan Jerambah Gantung yang sedang dalam pelaksanaan pekerjaanya akhirnya terungkap. Pihak pelaksana proyek mengungkapkan asal muasal robohnya jembatan tersebut.

Jembatan Jerambah Gantung yang direncanakan dijadikan sebagai akses jalan penghubung, antara Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka kini justru roboh dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Menanggapi robohnya jembatan tersebut, Kepala pelaksana kontraktor, Renold mengungkapkan penyebab dari robohnya jembatan yang terjadi pada Jumat (16/10/2020) pada pukul 19.00 tersebut.

"Ini adalah human eror jadi balok girder ini tergulingnya pada saat posisi balok girder sudah duduk di bantalan girder. Sehingga tergulingnya balok girder ini menimpa yang lain dan ini lah yang membuat dudukan per itu tertarik sehingga patah," ujar Renold, Sabtu (17/10/2020).
Atas kejadian tersebut pihaknya siap bertanggungjawab dan berkomitmen untuk dapat menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya berakhir pada 17 Desember 2020.

"Ini merupakan musibah juga buat kami, walaupun dengan kerugian kami tetap berkomitmen menyelesaikan pekerjaan ini. Untuk sementara kita akan kaji ulang pembangunan dan akan tetap kita lanjutkan. Kalau untuk konsep jembatan ini metodenya sama, dengan pekerjaan jembatan teluk bayur," jelasnya.

Sementara itu Kasi Intel Kejari Kota Pangkalpinang, Ryan Sumartha yang mendatangi lokasi robohnya jembatan mengungkapkan akan melakukan pengawalan terhadap proyek jembatan yang sudah menghabiskan anggaran sebesar Rp 25 Miliar.

"Sehubungan dengan kejadian semalam terdapat girder yang roboh, untuk pastinya kita masih menunggu analisa tim teknis. Namun untuk sementara ini, info dari pengawas lapangan atau PPTK lebih ke arah human eror.

Lanjutnya pihak Kejari Kota Pangkalpinang juga menegaskan kepada pihak pelaksana atau kontraktor, guna dapat menyelesaikan pembangunan jembatan jerambah gantung tersebut.

"Karena kegiatan ini belum berakhir atau 100% selesai, dari pihak pelaksana bertanggungjawab akan menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan apapun risiko di lapangan. Sementara kita hanya minta untuk bertanggung jawab, kalau indikasi masalah perencanaan gak ada karena ini murni human eror pemasangan dudukan girder tadi," ungkapnya.

Sejumlah Fakta

Insiden terjadi pada proyek Jerambah Gantung yang tengah dibangun Pangkalpinang, Jumat (16/10/2020) malam tadi. Beberapa bagian konstruksi proyek jembatan senilai Rp25 miliar yang tengah dikerjakan tiba-tiba roboh sekira pukul 19.00 WIB.

Detik-detik kejadian itu masih teringat jelas di benak Acep Kusnadi alias Cecep (24), pekerja proyek.

Kata dia, tiba-tiba saja terdengar gemuruh disertai goncangan yang cukup kuat.

Ia yang saat itu bersama empat rekannya tengah men-charge ponsel di atas konstruksi jembatan terperanjat.

Kelima-limanya langsung melompat terjun ke tanah.

Akibatnya sejumlah pekerja terluka termasuk Cecep dan seorang rekannya yang lain, Tomi (45).

Kaki Cecep keseleo.

Sementara jempol kaki Tomi luka sobek.

Para pekerja yang terluka telah diobati dan kembali ke kediaman masing-masing malam itu juga.

"Namun saat saya mengloncat, kaki saya membentur tanah sehingga mengalami keseleo. Saya dengan Tomi mengalami luka ringan, saya keseleo, dan dia mengatakan luka lecet," ujar Cecep, kepada Bangkapos.com, Jumat (16/10/2020) malam.

Cecep mengatakan, konstruksi jembatan yang roboh itu sebenarnya sudah tersambung.

Namun, ia tak tahu kenapa kemudian tiba-tiba roboh.

"Iya ada berbunyi, seperti ingin roboh. Kami langsung terjun beruntung tidak ada korban jiwa. Semuanya dalam keadaan selamat, hanya luka ringan," ucapnya.

Personel Reskrim Polres Pangkalpinang dan SPKT Polsek Taman Sari langsung mendatangi lokasi kejadian.

Bangkapos.com menurunkan tim yang juga melihat langsung lokasi kejadian.

Berikut tujuh fakta yang dirangkum bangkapos.com mengenai insiden proyek Jerambah Gantung senilai Rp25 Miliar ini:

1. Kesalahan teknis versi Kadis PU

Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang, Suparlan Dulaspar mengatakan, robohnya konstruksi proyek Jerambah Gantung adalah karena kesalahan teknis.

Ini ia sampaikan berdasarkan informasi awal yang diterimanya

Kata Suparlan, jembatan tak roboh seutuhnya, melainkan hanya balok yang ada di pinggiran konstruksi jembatan.

"Itu cuma balok bukan roboh seutuhnya, kebetulan yang kerja sedang istirahat jam delapan malam tadi, dan itu memang ada kesalahan teknis," ujar Suparlan kepada Bangkapos.com, Jumat (16/10/2020) malam.
tribunnews

Dia menyebutkan, balok itu memang baru dikerjakan dengan sistem sambung.

"Besok kami akan rapatkan, dan mencari treatmen nya baiknya seperti apa," sebutnya

2. Tarik perhatian masyarakat

Pantauan di lapangan, masyarakat berbondong-bondong datang melihat langsung kondisi terakhir konstruksi jembatan Jerambah Gantung yang roboh pada Jumat (16/10/2020) malam.

Lokasi kejadian sangat gelap.

Sementara para pekerja pembangunan jembatan terlihat sibuk untuk memagari atau menutupi jalan sementara di samping jembatan gantung.

Sekitar jembatan Jerambah Gantung dipasangi pagar dari papan dilarang melintas.

"Kami memagar ini supaya tidak ada yang melintas jalanan ini, jalanan ke kebun orang kalau rumah orang tidak ada," ujar Andi satu di antara pegawai yang memasang pagar kepada Bangkapos.com, Jumat malam (16/10/2020).

"Untung kejadiannya tidak siang atau pas jam kerja, kalau siang tidak tahu nasibnya," lanjutnya.

3. Suara gemuruh kayak bom

Sementara itu, menurut keterangan warga setempat, sebelum roboh mendengar suara gemuruh yang cukup keras.

"Iya saya mendengar suara gemuruh yang sangat keras sebelum roboh, sekali lihat jerambah roboh," terangnya.

"Bunyinya sangat keras, saking keras suara roboh sudah kayak bunyi boom berapa kali," lanjutnya.

4. Detail proyek jembatan Jerambah Gantung

Pembangunan jembatan Jerambah Gantung di Pangkalpinang dijadwalkan selesai pada 11 Desember 2020.

Informasi ini juga tertera pada papan proyek di sekitar jembatan.

NIlai proyek pembangunan Jembatan Air Kerabut atau biasa disebut Jembatan Gantung ini senilai Rp 25.980.529.000.

Panjang jembatan yang bakal dibangun adalah sepanjang 70 meter dan tingginya 8 meter.

Jembatan mulai dibangun sejak 22 April 2020.

Artinya hingga saat ini, jembatan tersebut memang masih dalam proses pengerjaan.

Pembangunan Jerambah Gantung menggunakan dana APBD Tahun Anggaran 2020.

Pembangunan dikerjakan PT Karya Mulia Nugraha seperti tercantum di papan proyek.

Jembatan ini merupakan jembatan penghubung antara Kelurahan Gantung Kota Pangkalpinang dengan Merawang Kabupaten Bangka.

5. Kisah Warga tentang Jerambah Gantung

Bangka Pos pernah mengangkat Jerambah Gantung pada suatu edisi liputan khusus beberapa waktu lalu.

Bujang (60) warga sekitar Jerambah pernah mengisahkan bagaimana ia menjalani hari hari saat jembatan belum dibangun.

"Kami sembilan beradik bersama orangtua tinggal di tepi sungai ini. Kami hidup dari hasil kebun dan menjualnya ke Pasar Pangkalpinang, jalan kaki," ungkap Bujang.

Menurutnya, dulu tempat di sekitar Jerambah Gantung Kecamatan Gabek, Kota Pangkalpinang itu hutan lebat yang jarang dilalui orang.

Sungai dengan lebar 70 meter dan dalam lebih dari 5 meter itu menjadi habitat beragam ikan termasuk buaya.

Sampai kini, hutan mangrove atau bakau menghiasi tepian sungai sehingga alam tetap asri.

Tampak pula sejumlah perahu nelayan bersandar di tepi sungai.

"Orang yang lewat Jerambah Gantung sangat jarang, orang-orang dari Balunijuk yang ke Pangkalpinang. Sekarang jembatan tidak ada lagi, mau dibangun jembatan baru," ujarnya.

Jembatan yang dimaksud adalah proyek pembangunan Jembatan Air Kerabut atau biasa disebut Jembatan Gantung senilai Rp 25 miliar sepanjang 70 meter dan tinggi 8 meter.

Lantaran pembangunan jembatan itulah, Bujang berharap keasrian alam di sekitarnya tetap terjaga.

Bujang khawatir, efek dari pembangunan jembatan tersebut akan membuat hutan mangrove tergerus dan terjadinya pendangkalan sungai.

"Sejak lama kami menjaga hutan bakau, sungai termasuk buaya di dalamnya. Jangan sampai nanti rusak karena pembangunan jembatan ini. Sekarang lebar sungai mulai berkurang, sekitar 50 meter saja," kata Bujang.

Bujang menyebutkan Jerambah Gantung tidak lagi berfungsi sekitar tahun 1987 silam dan sudah tiga kali berganti kabel baja.

Jerambah tersebut selebar 1,5 meter dan mampu dilewati menggunakan sepeda motor.

"Cuma dua tiang inilah yang masih tersisa, jangan dibuang. Sama saja menjaga keaslian alam di sini. Sempat tiang sisa Jerambah Gantung yang di sebelah Tuatunu dicopot, kami minta dipasang lagi, karena itu bukti sejarah," ujar Bujang.

Warga lain Tri (52) mengungkapkan, Sungai Jerambah Gantung memiliki kenangan bagi dia dan keluarganya.

Selain itu, selama mereka hidup di tempat itu, alam masih terjaga dengan baik.

"Tidak ada buaya mengganggu manusia di sungai ini. Kalau orang meninggal tenggelam memang ada tetapi bukan disambar buaya," ungkap Tri.

Tri menyebutkan ketinggian air sungai tergantung pasang dan surut laut yang masuk melalui mulut muara Sungai Baturusa.

Tampak dari atas, sungai yang membelah tepi Kota Pangkalpinang dari Selindung sampai Kampak itu begitu tenang.

Di dua sisinya masih tumbuh subur mangrove.

6. Ikon Kota Pangkalpinang

Ditemui terpisah, Wali Kota Pangkalpinang Maulan Aklil alias Molen mengatakan Jembatan Air Kerabut atau Jerambah Gantung akan dijadikan ikon baru di Kota Pangkalpinang.

Menurutnya, nanti tidak hanya sekadar jembatan saja tapi daerah di sekitarnya nanti akan lebih dikembangkan menjadi spot foto dan tempat bermain baru di Kota Pangkalpinang.

Jembatan tersebut ditargetkan akan selesai pada Desember nanti dan diresmikan pada 1 Januari 2021.

"Kita resmikan nanti tepat pada pergantian tahun 2021. Kita ingin masyarakat Kota Pangkalpinang tidak hanya bermain di tempat itu-itu saja tapi beralih ke tempat baru termasuk Jerambah Gantung," kata Molen.

Dia menyebutkan, hadirnya jembatan tersebut membuat perekonomian masyarakat semakin meningkat.

"Ditambah lagi dengan keberadaan aktivitas dari UBB, artinya aktivitas mereka dari Kabupaten Bangka ke Kota Pangkalpinang semakin dekat," ujarnya.

Dia menuturkan, jembatan itu nantinya akan dilengkapi dengan lampu hias hingga pembuatan taman di sekitarnya.

"Jadi untuk yang nanti diresmikan baru jembatannya dulu, akan mengikuti nanti penambahan lampu hias di dekat jembatan berikut spot tempat berfotonya," ungkapnya.

Dia berharap kehadiran jembatan itu nantinya dapat berfungsi dengan baik dan dapat membantu masyarakat untuk beraktivitas.

7. Tetap menyerupai jerambah 1938

Ditambahkan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kota Pangkalpinang Suparlan Dulaspar, desain Jembatan Gantung tetap menyerupai Jerambah Gantung buatan 1938 silam.

"Memang kalau desain jembatannya kita akan buat mirip-mirip seperti Jerambah Gantung yang lama. Tapi hanya aksesoris seperti tali-tali yang bergantung saja, kalau jembatamnya tetap menggunakan beton," kata Suparlan.

Biaya yang dikeluarkan untuk membangun jembatan sepanjang 70 meter itu senilai Rp 25.980.529.000.

Jembatan Gantung yang berlokasi di Kelurahan Jerambah Gantung dibangun sejak 22 April 2020 dan ditargetkan akan selesai pada Desember mendatang.

Jembatan yang dibangun dari APBD 2020 itu dikerjakan PT Karya Mulia Nugraha, untuk menghubungkan Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka terutama di bagian Desa Balunijuk.

"Kalau sekarang sudah kita perkirakan 40 persen pembangunan sudah berjalan. Jadi tanggal 23 Desember 2020, pembangunan semuanya harus tuntas, kira-kira November juga sudah selesai, tinggal perapian saja nanti," jelasnya.

Hadirnya Jembatan Jerambah Gantung memberikan manfaat bagi masyarakat dan warga sekitarnya.

Termasuk mahasiswa atau dosen UBB tidak perlu lagi menempuh waktu yang lama untuk pulang pergi kampus.

Adyos mahasiswa jurusan Akutansi UBB mengaku hadirnya jembatan dapat mempersingkat waktu perjalanan bila ingin berpergian ke Pangkalpinang.

"Kalau mempersingkat itu pasti. Untuk mahasiswa UBB atau orang dari Pangkalpinang ke Balunijuk tentu lebih cepat," ujar Adyos.

Menurutnya, sebagian besar mahasiswa yang berdomisili di Pangkalpinang sangat menanti jembatan ini.

Serupa diungkapkan Dosen Manajemen Sumberdaya Perairan UBB M Rizza Mufiandi.

"Kalau jadi, tentu mempersingkat waktu pulang pergi. Misal saya hitung dari rumah saya ke kampus bisa lebih singkat 10 menit," jelas Rizza.

Ia menyarankan dalam pembangunan jembatan lebih memperhatikan kualitas kontrol bahannya.

"Mungkin lebih kepada kualitas kontrol bahan dan struktur bangunan yang diperhatikan. Jangan sampai, baru satu bulan dipakai sudah rubuh," tutur Rizza.

8. Mimpi Buaya

Jembatan Gantung atau Jerambah Gantung tak asing lagi bagi warga Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama warga Kerabut dan warga Desa Balunijuk.

Bujang (60), warga setempat mengaku punya hubungan emosional erat pada lokasi di sekitar Jerambah Gantung tersebut.

Termasuk kearifan lokal yang dilakoni dia bersama keluarganya sejak 60 tahun lalu saat tinggal di sekitar lokasi ini.

"Namanya dulu Jerambah Gantung bukan Jembatan Gantung. Dibuatkan oleh Belanda tahun 1938 menggunakan seling baja dan kurang lebih lebarnya 1,5 meter," kata Bujang saat diwawancarai Wartawan Bangkapos.com , Andini Dwi Hasanah, bulan lalu, Rabu (9/9/2020).

Dia menyebutkan, dulu jembatan dipasangi papan untuk orang lewat menyeberangi sungai.

Jembatan tersebut sering bergoyang-goyang sebab tak memiliki penyangga di bawahnya.

"Kalau dulu Zaman Belanda jerambah itu digunakan untuk masang tiang listrik. Perdagangan dulunya dari Balunijuk ke Pangkalpinang mengandalkan jerambah ini," katanya.

Menurut Bujang, beragam jenis buaya menghuni sungai yang dikelilingi hutan bakau yang lebat tersebut.

Namun sejak pertama kali tinggal di daerah itu, Bujang belum pernah menemukan buaya menerkam manusia.

"Kalau yang tenggelam bisa jadi tidak bisa berenang. Kalau masalah buaya sampai sekarang belum pernah saya dengar menerkam manusia," katanya.

Sementara itu berhembus kabar, Sungai Jerambah Gantung juga kerap dipercayai masyarakat lokal dihuni buaya putih.

Hanya saja hal itu dibantah Bujang karena dia belum pernah melihatnya.

Yang jelas kata Bujang, ada dua jenis buaya yang pernah hadir dalam mimpinya.

Kedua buaya tersebut berjenis buaya kodok diberi nama Siti Aisyah dan buaya muara biasa bernama Nur.

Dalam mimpi, buaya itu mengadu padanya jika terjadi sesuatu hal di sungai.

Siti Aisyah dan Nur menurut Bujang merupakan buaya nyata yang sampai saat ini ada di Sungai Kerabut.

"Kadang kalau ada anak-anak yang mandi di sungai terus mereka merasa
terganggu, dua buaya itu suka datang ke mimpi. Kalau mandi di sungai tak masalah, asalkan jangan terlalu berisik," kata Bujang.

Setelah mimpi itulah, Bujang langsung memberitahu masyarakat sekitar untuk berhati-hati ketika mandi di sungai.

Artinya Bujang sangat berharap kelestarian sungai dan kawasan hutan sekitar harus tetap terjaga.

"Walaupun dibangun jembatan yang baru, sungai harus tetap kita jaga jangan sampai tercemar atau kotor.

Kawasan hutan di sini tidak boleh ditebang, kelestarian hutannya yang harus kita jaga," harap Bujang seraya menyebut, sikap bijak seperti ini sebagai upaya menghargai mahluk yang hidup di sungai.

"Kalau mereka merasa terganggu, sudah tandus, bakau juga tidak ada bisa jadi dia menyerang kita, seperti kita kalau rumah digusur rasanya seperti apa," tegas Bujang.

"Kalau mau bangun-bangun silakan, asalkan itu tadi, sungainya harus kita pelihara, pohon-pohon kita jaga, sungai harus tetap dijaga," tambahnya.

Beberapa waktu setelah kisah Bujang, Warga Kota Pangkalpinang, Jumat (16/10/2020) malam dihebohkan kabar robohnya Jerambah Gantung.

Jembatan atau Jerambah ini sendiri saat ini masih dalam proses pengerjaan dan dijadwalkan selesai bulan Desember mendatang.

Jembatan ini sendiri direncanakan jadi penghubung antara Pangkalpinang dan Desa Balunijuk Kecamatan Merawang Bangka.

( Bangkapos.com / Yuranda/ Andiri Dwi Hasanah /Widodo)
Halaman sebelumnya

Artikel ini telah tayang di bangkapos.com dengan judul PENYEBAB Robohnya Jembatan Jerambah Gantung Akhirnya Terkuak, Kontraktor Bicara Hingga Mimpi Buaya, https://bangka.tribunnews.com/2020/10/17/penyebab-robohnya-jembatan-jerambah-gantung-akhirnya-terkuak-kontraktor-bicara-hingga-mimpi-buaya?page=4.
Penulis: Teddy M (CC)
Editor: teddymalaka

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved