news
Oknum Tentara LGBT Bikin Kelompok 'Nyerempet' TNI, Ternyata Pentolannya Berpangkat Sersan
Oknum prajurit TNI yang terbukti berorientasi LGBT akan diproses hukum dan dipecat dari dinas militer
Politikus PDI Perjuangan itu menilai, isu LGBT di kalangan TNI cukup sensitif dan harus
dicarikan solusi sebaik-baiknya. Hal itu merupakan tugas dan tanggung jawab para
pimpinan TNI.
Berdasarkan pengalaman Hasanuddin, tugas pokok dan fungsi TNI memang menuntut
kerja sama kelompok serta dibutuhkan ikatan dan jiwa korsa yang tinggi.
Terutama, lanjut dia, ketika kelompok-kelompok itu bertugas di daerah khusus seperti daerah terpencil, di tenda, di hutan, di pesawat, di kapal tempur, bahkan di kapal selam yang membutuhkan homogenitas sifat dan karakter dalam rangka menjaga kohesi dan kebersamaan dalam melaksanakan tugasnya.
"Saya tidak bisa membayangkan kalau kemudian di kelompok kecil itu muncul LGBT yang dapat mengganggu homogenitas. Jadi sesungguhnya LGBT tidak cocok dan terlarang di lingkungan TNI," ucapnya.
Menurut Hasanuddin, di beberapa negara seperti Perancis misalnya, menerapkan
aturan sangat ketat terhadap kaum LGBT dan tidak diterima di lingkungan angkatan
perangnya. "Setahu saya di TNI pun sama, saat aeleksi awal sangat mendapat
perhatian serius," ujarnya.
Terpisah, Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Letjen TNI (Purn) Agus
Widjojo menyebut ada tiga hal yang perlu dilakukan para pimpinan TNI untuk
menghindarkan prajuritnya dari perilaku seks menyimpang.
Pertama, kata Agus, dari sisi penegakan hukum para pimpinan TNI perlu menyampaikan hal-hal aturan hukum yang memberatkan bagi pelaku LGBT.
Kedua, kata Agus, para pimpinan TNI perlu menyampaikan risiko dam konsekuensinya bagi mereka yang melanggar aturan hukum
tersebut.
Ketiga, lanjut Agus, adalah melakukan pembinaan moral dan keagamaan terkait perilaku LGBT.
"Itu akan menjadi substansi dan konten dari pembinaan terus menerus yang diberikan kepada para prajurit," kata Agus ketika dihubungi Tribunnews.com.
Namun demikian, kata dia, perlu disadari pula tidak ada kondisi apapun yang ideal
seolah tidak akan pernah ada kesalahan atau pelanggaran terkait hal itu.
Untuk itu menurutnya para pimpinan TNU perlu mengantisipasi langkah yang harus dilakukan jika pelanggaran tersebut betul-betul terjadi.
"Masalahnya bahwa bukan kita mengharapkan kondisi ideal tidak pernah ada persoalan. Tetapi kalau sampai muncul persoalan, maka respon kita bagaimana, itu mungkin yang menjadi penting," kata Agus.
Ia menilai perilaku LGBT yang dilakukan oleh oknum TNI tidak hanya akan
mempengaruhi kinerja mereka melainkan juga akan memiliki dampak sosial.