Meski Permainan Tertua di Dunia, Catur Digemari Tua dan Muda, Sayang Kalah Populer dari Sepakbola
Lama kelamaan majalah catur ini mulai kedodoran (akibat pembaca yang suka memfotokopi daripada membeli yang asli-padahal itu ilegal) dan mulai terbit
SRIPOKU.COM, JAKARTA - Catur adalah permainan otak.
Banyak berpikir namun sering dicap sebagai orang pemalas.
Karena mungkin bermain catur itu tidak bisa cepat.
Menghabiskan waktu sedikitnya setengah jam per satu kali main.
Artinya, jika berkali-kali main, berapa jam dihabiskan.
Hitung sendiri lah.
Terlepas dari itu, bermain catur itu mengasikkan.
Apalagi sambil ngudut dan mrnyeruput kopi hitam hangat.
Waaw sedapnya.
Baca juga: Legenda Catur Dunia Garry Kasparov, Usai Pensiun Kini Mengabdikan Diri Sebagai Penulis dan Politisi
Tak heran jika orang senang bermain catur.
Apalagi catur merupakan permainan mengandalkan pikiran dan strategi yang dimainkan oleh dua orang.
Catur adalah salah satu permainan papan tertua dan populer di dunia.
Potongan permainan ditemukan di Rusia, Cina, India, Asia Tengah, dan Pakistan.
Catur dirancang dan dibuat khusus.
Di mana buah catur dibuat bervariasi seperti kerajaan dengan diberi dua warna yang umumnya putih dan hitam.
Ada raja, menteri, gajah, kuda, benteng dan bidang (pion) atau prajurit.
Tahukah kamu sejarah dan perkembangan catur?
Dilansir Encyclopaedia Britannica (2015), catur sudah mulai ada pada abad ke-6 masehi.
Catur pertama kali muncul di India selama masa pemerintahan raja-raja Gupta.
Baca juga: Seorang Pengedar Narkoba di Lubuklinggau Ditangkap Saat Main Catur, Diduga Beli Barang dari Bengkulu
Pada abad ke-10, catur menyebar dari Asia ke Timur Tengah dan Eropa.
Catur dikenal sebagai permainan perang yang disebut chaturanga.
Chaturanga berasal dari Sansekerta untuk formasi pertempuran yang disebut dalam cerita Mahabarata.
Chaturanga berkembang di India pada abad ke-7 dan sebagai pendahulu awal permainan catur modern.
Karena memiliki dua fitur utama yang ditemukan dalam semua varian catur.
Kemudian bagian yang berbeda memiliki kekuatan yang berbeda dan kemenangan didasarkan pada one piece, raja catur modern.
Baca juga: Gairahkan Catur di Sumsel, 150 Pecatur Antusias Ikut Open Turnamen Catur Cepat G1 Percasi Palembang
Beberapa sejarawan mengatakan, chaturanga bermain dengan dadu persegi 64 kotak.
Secara bertahap berubah menjadi shatranj atau bentuk lama catur.
Permainan chaturanga ini juga merupakan pelopor dari permainan lainnya selain Catur.
Permainan tersebut populer di India utara, Pakistan, Afghanistan, dan negara bagian Asia Tengah pada 600 masehi.
Shatranj menyerupai chaturanga tapi menambahkan karya baru, yakni penasehat.
Permainan shatranj dapat dimenangkan dengan menghilangkan semua bagian lawan atau memastikan penangkapan raja.
Posisi awal pion dan ksatria tidak berubah.
Berkembang
Permainan tersebut kemudian berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah di dunia dengan karakteristik berbeda.
Di wilayah timur dibawa oleh peziarah Budha, pedagang jalur sutra hingga sampai ke China.
Pada abab ke-11, catur datang ke Jepang dan Korea.
Di Eropa catur datang melalui Persia pada kekaisaran Bizantium dan terus mengalami perkembangan.
Di Arab, catur menjadi permainan yang populer, bahkan diyakini sebagai favorit tiga khalifah.
Mulai dari Persia kemudian catur mulai dikenal di seluruh penjuru dunia dan terus mengalami perkembangan dari segi permainan.
Baca juga: Catur Perorangan Putri dan Beregu Sumsel Lolos PON, Target Raih Medali Emas
Sehingga lebih menarik dan lebih seru hingga menjadikan catur sebagai permainan rekreasi paling favorit di Persia.
Pada abab ke-10, umat Islam membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, Spanyol, dan sejumlah negara-negara eropa lainnya, seperti Belanda, Italia, Irlandia, dan Inggris.
Catur merupakan favorit Raja Henry I, Henry II, John, dan Richard I dari Inggris, Philip II dan Alfonso X dari Spanyol, dan dari Ivan IV dari Rusia.
Pada zaman tersebut sekitar abad ke-15 catur dikenal sebagai permainan kerajaan.
Permainan catur secara berkala sempat dilarang oleh raja dan pemimpin agama.
Pada 1252, Raja Louis IX melarang permainan di Perancis.
Dalam sejarah catur di Eropa telah banyak mengembangkan permainan catur.
Di mana membuat papan catur berwarna hitam dan putih yang sebelumnya kotak-kotak berwarna sama.
Kemudian dibuat peraturan bahwa pion boleh maju dua kotak pada langkah pertama dan menteri (ratu) boleh bergerak lebih leluasa baik maju ke depan maupun diagonal.
Baca juga: Tahukah Anda, Bermain Catur Dapat Menurunkan Berat Badan? Beberapa Atlet Kelas Atas Ini Buktinya
Perlahan catur mengalami perkembangan.
Dari nama, bentuk, serta peraturan permainannya.
Kesemuanya itu mewakili simbol perubahan peradaban.
Pada abad ke-15 peraturan dan teori catur mulai ditulis dalam sebuah buku yang bernama “Repeticion de amores y Arte de Ajedrez” yang ditulis oleh Luis Ramirez de Lucena.
Orang-orang yang mengembangkan catur didaratan Eropa diantaranya seperti Lucena, Pedro, Gooachinio Greco dan masih banyak lagi.
Catur masuk ke Nusantara atau Indonesia di bawah Kolonial Belanda yang menjajahnya.
Pada abad ke-19, perkembangan catur di Indonesia mulai terlihat.
Baca juga: Tim Olympiade Catur Indonesia, Mulai Mendapatkan Lawan yang Menantang dan Sepadan
Majalah Catur
Mengutip Kompasiana.Com, majalah catur tertua yang pertama kali terbit bernama ‘Madjalah Tjatur Indonesia (MTI) terbitan Persatuan Tjatur Seluruh Indonesia, Januari 1957, kemudian tidak diketahui apakah ada edisi selanjutnya.
Setelah itu, dari Februari 1962 terbit Madjalah Tjatur dan Bridge (MTB) terbitan P. Siregar yang bertahan hingga edisi April-Mei-Juni-Juli/Agustus- November/Desember 1962 (total 6 edisi).
Setelah menghilang lama sekali, baru pada Januari 1981 terbit Majalah Catur Nasional (MACAN) yang terbit selanjutnya pada edisi Februari-April-Mei-Juli- Agustus-September (total 7 edisi).
Setelah wafat cukup lama, kemudian pada 1994 terbit Majalah Catur Inside Chess yang merupakan saduran dari Majalah Catur luar negri dengan judul serupa kepunyaan GM Yasser Seirawan (USA).
Hanya saja majalah catur yang diterbitkan perusahaan alat berat ‘Enerpac’ di Roxy Mas (sekaligus sebagai sekolah catur pertama di Indonesia) ini menggunakan bahasa Indonesia.
Namun sampai beberapa edisi majalah catur ini masih memakai bahasa gado-gado; ada artikel yang masih belum sempat diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan ada pula yang sudah.
Kemudian majalah catur Inside Chess diIndonesiakan secara utuh menjadi ‘Intisari Catur’.
Mula-mula majalah catur ini terbit rutin dua minggu sekali dengan harga Rp 2500.
Lama kelamaan majalah catur ini mulai kedodoran (akibat pembaca yang suka memfotokopi daripada membeli yang asli-padahal itu ilegal) dan mulai terbit bulanan.
Harga mulai perlahan-lahan naik menjadi Rp 3500, inipun sebenarnya tidak mencukupi ongkos produksi, hanya karena kecintaan pemilik Enerpac yang ‘gila catur’ saja maka ngotot untuk terus menerbitkannya.
Harga edisi Indonesia ini konon hanya 10% dari harga majalah catur Inside Chess asli di luar negri, tapi sedihnya masih saja difotokopi.
Majalah ini mulai masuk ICU menjelang kejatuhan Soeharto pada Januari 1998.
Harga edisi terakhir majalah catur Intisari Catur menjadi Rp 4500, namun karena dolar membumbung tinggi setelah itu, dan banyak pembaca setia yang menghilang, akhirnya benar-benar lenyaplah majalah catur lokal ini.
Setelah melewati episode ‘Krismon’-krisis moneter, pada Juni 2002 ada institusi lain yang coba menerbitkan majalah catur yang dinamakan Majalah Catur Intelegensia dengan sponsor utamanya Universitas Gunadarma.
Majalah catur ini dibandrol dengan harga Rp 9800 namun periode terbitnya agak ‘longgar’.
Sepanjang tahun 2002 dari Juni hanya terbit 3 kali, dan edisi ke 4 terbit pada 2003, dan selama 2003 hanya terbit 4 edisi sampai edisi ke 7, kemudian pada tahun 2004 hanya terbit 3 edisi sampai edisi no 10, dan pada tahun 2005 edisi pamungkas terbit mengunjungi penggemar catur untuk terakhir kali.
https://www.kompas.com/skola/ read/2020/02/29/170000869/ catur-permainan-tertua-di- dunia