Alat Musik Tifa

Mengenal Lebih Dekat Alat Musik Tifa dari Maluku dan Papua, Terbikin dari Kayu Lenggua yang Kuat

Di Malin Anim, tifa dikenal dengan nama kandara, di Biak disebut sirep atau sandio, di Sentani disebut wachu, di Timenabuan tifa dinamai kalin kla

Editor: aminuddin
internet
alat musik tifa dari papua dan maluku 

SRIPOKU.COM, PAPUA – Tifa adalah alat musik tradisional yang berasal dari Indonesia bagian timur, yakni Papua dan Maluku.

Tifa biasanya dimainkan oleh para pria dewasa di sana dengan cara dipukul seperti gendang.

Tifa yang berasal dari Papua terbuat dari kayu lenggua yang terkenal kuat dan besar.

 
Kayu lenggua merupakan kayu khas daerah Papua yang dikenal memiliki kualitas nomor satu karena kayunya yang tebal dan kuat.

Dalam pembuatan tifa, pertama-tama kayu langgua dibentuk menyerupai tabung dan memiliki tinggi yang berbeda-beda sesuai jenis dan daerahnya.

Tifa kemudian dibuat berlubang pada bagian dalamnya agar dapat menghasilkan suara yang nyaring ketika ditabuh.

Pada salah satu sisi ujung tifa kemudian ditutup dengan kulit hewan rusa, namun di beberapa daerah ada juga yang menggunakan kulit biawak atau soa-soa yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.

Kulit tersebut kemudian dipanaskan supaya bisa ditarik kencang.

Semakin kering kulit binatang yang dijadikan penutup akan membuat suara tifa semakin nyaring dan kuat.

Berlian Entertainment Menggelar Konser Musik Sound for Plants Khusus Bagi Pecinta Aneka Ragam Flora

Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang sejarah tifa.

Sejarah tifa ini juga tidak lepas dari persepsi tiap-tiap daerah.

Namun versi yang paling terkenal adalah tifa yang berasal dari daerah Biak.

Konon di suatu daerah di Biak pernah hidup dua orang saudara laki-laki bernama Fraimun dan Sarenbeyar.

Fraimun memiliki arti perangkat perang yang gagangnya dapat membunuh, sedangkan Sarenbeyar berasal dari kata Saren dan Beyar.

Saren berarti busur, sedangkan Beyar berarti anak panah yang terpasang pada busur.

Pada suatu hari, kedua saudara ini pergi dari desanya, Maryendi karena saat itu desanya tengah tenggelam.

Mereka kemudian berpetualang hingga sampai di suatu daerah bernama Wampember di Biak Utara, merekapun menetap di sana.

Ketika tengah berburu pada malam hari, mereka menemukan pohon opsur.

Opsur memiliki arti sebagai pohon atau kayu yang mengeluarkan suara di tengah hutan.

Karena hari sudah malam, mereka memutuskan untuk pulang dan kembalu pada esok harinya.

Keesokannya mereka kembali ke pohon opsur yang ternyata ditinggali oleh lebah madu, soa-soa, serta biawak dan binatang-binatang kecil lainnya.

Karena penasaran, mereka pun memutuskan untuk menebang pohon opsur tersebut.

ereka kemudian mengeruk dan mengosongkan bagian tengah kayu tersebut menggunakan nibong sehingga kayu tersebut menyerupai pipa besar.

Bagian dalam kayu tersebut kemudian dibakar supaya tidak mudah lapuk.

Ketika hendak menutupi salah satu sisinya, mereka sempat berniat untuk memakai kulit paha sang kakak, namun karena rasa-rasanya akan sangat menyakitkan, mereka mengurungkan niat tersebut.

Setelah berunding, akhirnya mereka memutuskan menggunakan kulit soa-soa untuk menutup salah satu ujung kayu tadi.

Untuk menangkap soa-soa, mereka memanggil binatang tersebut dengan kalimat “Hei, napiri Bo” secara terus menerus.

Soa-soa tersebut akhirnya mengerti dan seolah-olah bersedia untuk menyerahkan dirinya.

Akhirnya kakak beradik itu berhasil menangkap soa-soa itu dan kemudian mengulitinya.

Tifa bagi Masyarakat Papua 

Di Papua, seperti di suku Asmat, Biak, Malin Anim, Sentani, Timenabuan, dan suku-suku lainnya, tifa sudah seperti identitas bagi mereka.

Di masing-masing suku, tifa juga memiliki nama yang berbeda-beda.

Di Malin Anim, tifa dikenal dengan nama kandara, di Biak disebut sirep atau sandio, di Sentani disebut wachu, di Timenabuan tifa dinamai kalin kla, sedangkan di Asmat, tifa dikenal dengan eme.

Di Papua, tifa juga menjadi alat musik yang wajib ada ketika ada acara-aca ritual adat.

Acara-acara adat ini kerap disandingkan dengan musik ritual, dengan tifa sebagai alat musik utamanya.

Musik-musik ritual tersebut memiliki irama yang sangat sakral, dan tifa memiliki peran penting untuk menentukan ritme dan menghasilkan tabuhan-tabuhan yang membuat ritual tersebut semakin kusyuk.

Tifa bagi Masyarakat Maluku 

Tifa bagi masyarakat Maluku juga tidak kalah penting.

Meski memiliki nama yang sama, namun bentuk tifa Papua dan Maluku memiliki bentuk yang berbeda.

Tifa yang berasal dari Papua memiliki pegangan di sampingnya dengan bentuk yang lebih ramping.

Sedangkan tifa yang berasal dari Maluku hanya berbentuk tabung tapa memiliki pegangan.

Di Maluku, tifa digunakan untuk mengiringi upacara-upacara adat, tarian tradisional, serta tarian perang.

Misalnya tari Cakalele yang menggambarkan suasana peperangan masyarakat Maluku zaman dulu.

Sama seperti di Papua, di masing-masing daerah di Maluku, tifa juga memiliki nama yang berbeda-beda.

Di Maluku bagian tengah, tifa disebut sebagai tihal atau tahito.

Tihal atau tahito ini memiliki bentuk seperti gendang yang bulat dan pendek.

Alat Musik Serune Kalee dari Aceh Mulai Digunakan Pada Masa Peperangan Aceh dengan Pihak Belanda

Pada bagian pinggir tihal terdapat anyaman tali rotan dengan beberapa kayu kecil yang disebut badeng.

Bagian sisi yang dipukul juga umumnya menggunakan kulit kambing sementara sisi lainnya dibiarkan terbuka.

Tihal atau tahito di Maluku bagian tengah biasanya dimainkan menggunakan tangan kosong, namun bisa juga menggunakan tongkat pemukul.

Tongkat pemukul ini biasanya terbuat dari pelepah pohon kelapa, rotan, atau pelepah dahan sagu yang panjangnya sekitar 60 sampai 100 cm.

Sementara di Maluku sebelah utara, tifa dibuat dari pohon sukun atau pohon eh dengan bentuk dan ukuran yang dibuat beragam.

Sedangkan di pulau Aru, tifa biasanya dikenal dengan nama Titir.

Jenis-jenis Tifa

Ada beberapa jenis alat musik tifa yang kerap dipakai diantaranya adalah tifa jekir, tifa jekir potong, tifa dasar, tifa potong, serta tifa bas.

Hal yang umumnya menjadi pembeda antara beberapa jenis tifa di atas ialah warna suara yang dihasilkan, sehingga sewaktu dimainkan secara bersamaan perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan bunyi dan iramanya masing-masing.

Alat musik tifa dari wilayah Maluku mempunyai nama lain tersendiri, seperti tihal atau tahito yang diterapkan di kawasan-kawasan Maluku Tengah.

Meski, di pulau Aru, tifa juga mempunyai nama lain yakni titir.

Jenis tifa ada yang berbentuk menyerupai drum dengan tongkat seperti yang diterapkan di Masjid.

Badan kerangkanya terbuat dari kayu yang dilapisi dengan rotan sebagai pengikatnya dan wujudnya berbeda-beda menurut tempat asalnya. 

 Sampai sekarang, alat musik tifa baik di Papua maupun di Maluku masih terus dijaga kelestariannya.

Hal ini dibuktikan dengan terus dimainkannya tifa dalam setiap acara-acara adat, tarian tradisional, serta berbagai pertunjukan musik.

Seiring perkembangan zaman, tifa juga tidak lepas dari sentuhan modernisasi.

Mengenal Lebih Dekat Sasando, Alat Musik Tradisional dari Kawasan Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur

Dibalik perkembangan zaman, ternyata ada satu musik asli tifa yang tidak tersentuh budaya luar dan mengalami modernisasi, yaitu tifa totobuang.

Tifa totobuang merupakan sebuah musik tifa yang dimainkan oleh masyarakat yang hidup di daerah mayoritas Kristen.

Pada sejumlah pertunjukan alat musik tradisional ini juga disandingkan dengan sawat, yang cuma bisa dimainkan oleh masyarakat yang hidup di wilayah mayoritas muslim.

Dalam memainkan tifa totobuang dibutuhkan beberapa alat musik yang berbeda-beda, sehingga untuk memainkannya dibutuhkan penyesuaian agar tercipta harmoni musik yang indah.

Meski demikian, musik ini tetap menggunakan tifa sebagai instrumen musik utamanya.

Adapun jenis-jenis tifa yang digunakan adalah tifa jekir, tifa potong, tifa bas, dan tifa dasar.

Alat musik tradisional lainnya yang juga digunakan adalah gong dengan ukuran besar dan totobuang.

Alat musik totobuang merupakan sebuah instrumen musik yang tersusun dari sejumlah gong-gong kecil yang diletakkan pada sebuah meja berlubang.

Sayangnya saat ini sudah sangat sulit untuk mendengarkan musik yang indah tersebut.

Tifa totobuang hanya dapat didengar pada acara-acara tertentu seperti upacara penyambutan tamu spesial, upacara-upacara adat, dan pertunjukan kesenian Maluku di dalam ataupun di luar negeri.

Para pemainnya pun biasanya pemain yang mendapatkan ajaran secara turun-temurun dari generasi-generasi sebelumnya. 

https://www.tribunnewswiki. com/2019/07/11/alat-musik-tifa  

Sumber: TribunnewsWiki
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved