Lima Puisi Anwar Putra Bayu
Lima Puisi Karya Anwar Putra Bayu, Penyair Kawakan Wong Kito Asal Kelahiran Medan, Sumatera Utara
Puisi dan cerita pendek penyair Anwar Putra Bayu sering mendapat sorotan di beberapa surat kabar dan sempat pula disorot dalam majalah sastra "Horison
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Anwar Putra Bayu dilahirkan di Medan, 14 Juni 1960.
Tulisan-tulisannya berupa cerpen, puisi, esai, artikel dan cerita anak-anak dimuat di beberapa surat kabar terbitan daerah dan pusat.
Mulai merintis tulisan lewat koran diawali pada tahun 1978 di SKH Waspada terbitan Medan.
Anwar Putra Bayu juga menulis naskah drama untuk panggung dan TVRI Stasiun Palembang.
Karya sastra lakon yang sudah ditulisnya adalah KURSU (Bisik-bisik di Parlemen), PATUNG, CAHAYA dan RUANG KOSONG, MIMIKRI.
Sedangkan karya drama WONG-WONG merupakan naskah terbaik Se-Sumsel pada festival teater BKTSS tahun 1987 di Lubuk Linggau.
• Bagaimana Cara Membaca Puisi yang Benar? Begini Jawaban Tepat Tentang Cara Membaca Puisi yang Benar
Pernah menyutradarai pementasan drama DOKTER GADUNGAN karya Mollier (1983), JAKA TARUB karya Akhudiat (1988), RADEN FATAH karya Robin Surawijaya (1988), LYSISTRATA karya Aristhopanes (1990), WONG-WONG (1988-1991), KURSI (1992) dan PATUNG (1993).
Menggelar workshop teater bersama Kedutaan Besar Perancis dan Alliance France de Palembang, Mei 1991.
Ia ikut sebagai penerjemah naskah "Le Coffee" karya J.J. Beliot dengan rekannya J.J. Polong dan Nathalia Durneau.
Diundang oleh Fakultas Sastra Universitas Indonesia sebagai calon penyaji dan peserta dalam Seminar Tradisi Lisan Nusantara, Desember 1993 Tim Jakarta.
Pernah menjabat redaktur budaya pada tabloid Mingguan Media Guru Sumsel, Pimred majalah bulletin budaya Dinamika.
• Tahajjud Cinta, Puisi Kecintaan kepada Al-Khalik Buah Karya Penyair dan Budayawan Emha Ainun Nadjib
Beberapa puisinya sudah dibukukan dalam antologi 10 Penyair Palembang (1989), antologi Orbit Poros Penyair Selatan (1992), dan antologi Rendezvous penyair bagian selatan (1992).
Puisi dan cerpennya sering mendapat sorotan di beberapa surat kabar dan sempat pula disorot dalam majalah sastra "Horison".
Kumpulan puisinya dalam buku yang ia tulis dan dicetak Yayasan Izma Media tahun 1994 silam dengan judul "Catatan Bagi Orang-orang Berzirah" telah menda pat tang gapan baik dari B. Yass, sastra wan angkatan 66:
• Di Talang Kami Terkenang, Puisi Karya Dheni Kurnia, Wartawan dan Penyair Terbaik dari Provinsi Riau
"Puisi Anwar Putra Bayu dalam buku ini didominasi oleh pandangan hidup yang berpihak dan berpegang pada harkat diri sebagai insan ciptaan Tuhan.
Pandangan hidup itu an sich suatu defensif, akan tetapi kehadirannya sebagai dasar tolak dalam puisi-puisinya menjadi nyala yang dinamis, merupakan semburan nyala protes terhadap kehidupan, lebih merasuk maknanya ketimbang yang disebut "bernafaskan Islam."
Juga dari Dr Tarech Rasyid, budayawan Sumsel, yang kini menjabat Rektor UIBA :
"Di dalam buku ini, Anwar Putra Bayu banyak menyodirkab sajak-sajak yang sarat dengan renungan "berbau" filosofis.
Agaknya, sajak-sajaknya yang banyak bernafaskan religius ini merupakan perkembangan dari pergaulan sang penyair.
Anwar Putra Bayu semakin matang dan dewasa.
Tidak ada lagi warna "kemarahan" dan "kejengkelan" seperti puisi-puisi yang sudah, kecuali renungan yang tenang, namun mendalam.
Kalaupun ada nada kemarahan dan kejengkelannya terhadap realitas yang dihadapinya, ia muncul dengan cara "bergumam" dan sublim."
• Membangun Rumah di Langit, Puisi Eksistensi Aku Karya Terbaik Penyair Lampung, Isbedy Setiawan ZS
Berikut lima puisi Anwar Putra Bayu yang layak dibaca dan direnungkan.
Puisi 1
Penjual Kembang
Oi. Rembulan bercahaya syahdu
kerdap-kerdip memoles bibir
dialah Siti Amtenar - Siti Zaitun
penjual kembang paling konyol
hidup dalam kotak-kotak para dalang
mencari cinta sejati
Jikalaulah sajak ini kata pengantar
untuk masa depan yang baik
jadikanlah dia sebahagian nasibmu
membeli kembangnya dengan halal
1987
Puisi 2
Doa Ibu Bagi Bocah
Ya, Tuhanku
manakala Engkau jadikan
anak dalam rahimku
bukalah matanya
untuk sebenar-benarnya terkelopak
dan lihatkan tentang musteri firman-Mu
supaya nanti mengerti
apa sujud itu
1988
Puisi 3
Bayang-bayang Mana
Bayang-bayang mana telah menjelaskan
pohon kembali kepada tunas-tunasnya
sedangkan akarnya begitu emoh
untuk saling berpisah dengan gemburnya tanah
yang lama telah menyatukan : lah lelucon apalagi!
1990
Puisi 4
Penyair
Kita sekadar angin
membawa pesan-pesan sesungguh-Nya
mencari segala ruang.
Oleh sebablah kita angin
maka ruang adalah persemedian
mengisi sesungguh-Nya.
1991
Puisi 5
Di Atas Sajadah
Ya Allah dengarlah
hari ini aku menghadap walikota
kepadanya aku ingin berkata :
"Rumahku tergusur sudah cuma-cuma"
Cuma itu
Ya Allah
kasih aku kekuatan
1991