MANTAN Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Tolak Tawaran jadi Menhan yang Dijabat Prabowo Sekarang

Gatot juga mengaku Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) pernah menawarinya jabatan yang kini diemban Prabowo Subianto, yakni Menteri Pertahanan.

Editor: Fadhila Rahma
Kolase Sripoku.com
Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo, Panglima TNI 

SRIPOKU.COM - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mengaku sempat menolak tawaran menteri yang diberikan oleh Presiden Joko Widodo ( Jokowi ).

Saat itu dirinya mengaku jabatan yang ditawarkan adalah Menteri Pertahanan ( Menhan ).

Namun karena satu dan lain hal ia menolak menggantikan posisi  Ryamizard Ryacudu ketika itu.

 

Gatot Nurmantyo membantah dirinya mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan saat diundang dalam tayangan eTalk Show di TvOne, Kamis (20/8/2020).

Gatot juga mengaku Presiden Joko Widodo ( Jokowi )  pernah menawarinya jabatan yang kini diemban Prabowo Subianto, yakni Menteri Pertahanan.

 

Ramalan Bintang Sabtu 22 Agustus 2020: Ketegangan dan perbedaan pendapat membuat Gemini kesal

Mantan Pangkostrad itu menegaskan dirinya bersikap netral saat pilpres.

Awalnya hal itu disinggung presenter Wahyu Muryadi.

"Pada last minute kayaknya Anda menentukan sikap politiknya untuk berpihak kepada paslon capres nomor 02 (Prabowo-Sandiaga), betul ya?" tanya Wahyu Muradi.

Ia membantah kehadirannya dalam acara pasangan calon tersebut berarti dukungan.

"Saya datang ke sana kampanye enggak? Saya bicara kebangsaan itu," tegas Gatot Nurmantyo.

"Sampeyan 'kan milih 02 to? Diumumkan itu," tanya Wahyu lagi.

Saksikan Nurul Qomar Diborgol Meski Serahkan Diri ke Kantor Polisi, Derry Pilu: Dia Bukan Penjahat

MANTAN Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo Sakit Hati, Sebut Bahaya Proxy War Jadi Ancaman Bangsa!

"Kok bisa tahu? Di dalam bilik kok," jawab Gatot mengelak.

Wahyu lalu melontarkan sindiran sikap narasumbernya ini seolah menunjukkan keinginan menduduki jabatan menteri.

"Kayaknya masih pengen jadi menteri. Pengen jadi menteri enggak?" ungkit mantan Juru Bicara Kepresidenan Abdurrahman Wahid itu.

Gatot tidak menampik dirinya memang pernah ditawari jabatan menteri untuk menggantikan Ryamizard Ryacudu.

"Saya pernah ditawari, zamannya Pak Jokowi, menjadi Menteri Pertahanan menggantikan Pak Ryamizard," ungkap mantan Pangkostrad ini.

Meskipun mengapresiasi tawaran itu, Gatot menegaskan ia menolak.

"Saya nolak. Saya bilang, 'Tidak ada satu pun Panglima TNI bermimpi menjadi menteri pertahanan, tetapi sisa waktu saya di Panglima TNI saya akan menularkan tentang moral dan etika'," paparnya.

Deklarator KAMI itu mengungkapkan alasannya menolak jabatan tersebut.

Ia menjelaskan sebelumnya merasa selalu terkesan bertentangan dengan menteri pertahanan yang saat itu menjabat.

Gatot beralasan ada perintah yang sempat ia tentang dengan menteri pertahanan ketika itu.

"Selama ini di media seolah saya bermusuhan dengan menteri pertahanan karena saya diajak latihan di Laut China Selatan dengan tentara China, saya tidak mau," paparnya.

"Itu saya membela pemerintah, karena pemerintah mengatakan di Laut China Selatan harus kondusif. Kalau latihan 'kan enggak kondusif. Makanya kayak marah gitu, padahal enggak ada apa-apanya," jelas Gatot.

Oleh karena itu, ia merasa harus menolak tawaran Jokowi karena tidak ingin terkesan menginginkan jabatan.

"Kalau saya terima, seolah-olah kalau kamu ingin jabatan sogok atasanmu supaya atasanmu digantikan," ungkap Gatot.

Lihat videonya mulai dari awal:

Bergabung dengan KAMI

Mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengungkapkan alasannya sempat bungkam sebelum deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).

Dilansir TribunWow.com, hal itu ia sampaikan dalam tayangan Indonesia Lawyers Club (ILC) di tvOne, Selasa (18/8/2020).

Diketahui sejumlah tokoh menghadiri deklarasi yang diadakan di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat tersebut.

Dalam deklarasinya, KAMI menyampaikan delapan poin tuntutan terhadap pemerintah.

"Masukan-masukan ini adalah untuk menyelamatkan Indonesia," jelas Gatot Nurmantyo.

Ia menjelaskan awal pembentukan KAMI tidak mudah, bahkan untuk persoalan nama.

"Kami berdiskusi keras. Keras kalau kami berdiskusi. Untuk menjadi KAMI aja ada tiga bulan," ungkap dia.

Gatot menyinggung ia sempat bungkam lama sebelum deklarasi KAMI.

Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Darat itu mengungkapkan alasanya.

"Yang terakhir aja saya sembunyi. Biar muncul-muncul, tahu-tahu deklarasi saya enggak datang," ungkit Gatot.

"Daripada saya sensi," jelasnya.

Gatot mengakui ia tidak banyak mengajak sesama perwira TNI.

Pasalnya ia menduga akan ada risiko ketidaksetujuan dari banyak pihak, terutama terhadap perwira yang masih aktif.

"Saya tidak mengajak teman-teman saya yang dari purnawirawan TNI. Tidak banyak, hanya sebagian saja," kata Gatot.

"Resistensinya akan tinggi, dia punya tentara dan sebagainya," tambah mantan Pangkostrad itu.

Gatot menjelaskan, alasannya memutuskan bergabung dengan KAMI adalah karena merasa sudah bagian dari sumpahnya sebagai abdi negara.

"Saya punya menantu tentara juga, tapi saya bilang, 'Ini adalah harga mati karena sumpah saya'," kata Gatot.

"'Kamu bisa seperti ini karena kamu anak tentara. Saya bisa seperti ini juga karena saya anak tentara'. Sumpah itu yang harus saya pertanggungjawabkan dunia akhirat," jelasnya.

Tidak hanya itu, di awal segmen Gatot membenarkan dirinya jarang muncul di hadapan publik setelah tidak lagi menjabat sebagai Panglima TNI.

"Banyak orang bertanya, kenapa dari 2017 saya diam-diam, tiba-tiba saya muncul," ungkitnya.

"Itu adalah hasil perenungan saya bahwa saya telah diberikan kenikmatan yang luar biasa, alhamdulillah, sebagai seseorang yang berkarya di TNI saya sampai puncak, saya panglima TNI," jelas Gatot.

Artikel ini telah tayang di tribunkaltim.co dengan judul Gatot Nurmantyo Mengaku Tolak Tawaran jadi Menhan dari Jokowi, Enggan Disebut Dukung Prabowo

Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved