GURU yang Banting Stir Jadi Tentara, Pangkat Kopral hingga Jenderal Bintang 5, Ini Kisah AH Nasution

Namun karena menjadi guru tidak cocok, saat itulah Abdul Haris Nasution banting stir dan kemudian menjadi seorang tentara.

Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
wikipedia
Jenderal Besar TNI Abdul Harris Nasution 

SRIPOKU.COM - Jenderal Besar TNI (Purn.) Dr. Abdul Haris (AH) Nasution adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang merupakan salah satu tokoh TNI AD yang menjadi sasaran dalam peristiwa Gerakan 30 September.

Diketahui sebelum menjadi Jenderal Besar TNI, AH Nasution adalah seorang guru.

Namun karena menjadi guru tidak cocok, saat itulah AH Nasution banting stir dan kemudian menjadi seorang tentara.

Sesepuh di OKI Ini Kenang Betapa Kejinya Tentara Belanda Masa Penjajahan, Salah Dikit Main Tembak

Video Asal-Usul Nama Desa Tunggul Bute Lahat, Berawal dari Misteri Butanya Mata Tentara Belanda

Abdul Harris Nasution
Abdul Harris Nasution (instagram)

Meski begitu prestasi Abdul Haris Nasution di militer terbilang sangat cemerlang.

Melalui catatan sejarah dari Museum TNI, sejak tahun 1945 sampai tahun 1948 Abdul Haris Nasution menyandang pangkat kolonel.

Bahkan Nasution juga menjabat sebagai Kepala Staf Komandemen TKR I/Jawa Barat.

Sebagai Kepala Staf Komandemen, pria kelahiran 1918 itu ditugasi untuk menyusun organisasi dan administrasi.

Kariernya di militer begitu mulus sampai pada tahun 1948, Abdul Haris Nasution diangkat sebagai Wakil Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI).

Setelah diangkat sebagai APRI, pangkat Abdul Haris Nasution pun dinaikkan menjadi jenderal mayor.

Tidak hanya itu, Abdul Haris Nasution juga menjabat sebagai Panglima Divisi III/TKR Priangan, yang kemudian menjadi Divisi I/Siliwangi.

Karena adanya Reorganisasi dan Rasionalisasi (Rera) pada tahun 1948, pangkat Nasution diturunkan setingkat lebih rendah.

Abdul Haris Nasution kembali berpangkat kolonel dan mengemban jabatan Kepala Staf Operasi Markas Besar Tentara (MBT).

Pada tahun 1949, Indonesia masih dihadapkan dengan perang. Namun semua itu berakhir tepat pada tanggal 10 Desember 1949.

Di hari itu pula, Abdul Haris Nasution diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).

Pengangkatannya sesuai dengan surat Penetapan Kementerian Pertahanan No. 126/MP/1949 tanggal 10 Desember 1949 dengan pangkat kolonel.

Lalu ada peristiwa di mana ia dibebaskan dari jabatan tertinggi dalam satuan TNI AD.

Pada tanggal 17 Oktober 1952, terjadi peristiwa demonstrasi masa yang menuntut pembubaran parlemen (DPR). Kejadian ini memuncak karena adanya perbedaan pendapat antara AD dengan DPR.

Selama masa nonaktif, pria kelahiran Tapanuli Selatan ini aktif menulis buku dan mendirikan partai politik.

Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI) berisikan anggota yang sebagian adalah perwira yang dinonaktifkan pada peristiwa 17 Oktober 1952.

Hanya berselang tiga tahun setelah ia diturunkan dari jabatannya, Nasution kembali menjadi KSAD pada 7 November 1955.

Pangkatnya yang juga diturunkan, dinaikkan kembali menjadi Mayor Jenderal.

Saat menjabat sebagai KSAD, pada bulan Juli 1957, negara diumumkan dalam keadaan bahaya melalui Undang-undang Keadaan Bahaya (UUKB).

Sehingga Nasution diangkat sebagai Ketua Gabungan Kepala-kepala Staf Angkatan Perang (GKS).

Abdul Harris Nasution
Abdul Harris Nasution (wikipedia)

Rhoma Irama & Dewi Perssik Akhirnya Dipertemukan & Tatap Muka, Sikap Raja Dangdut Dinilai Begini

Tidak hanya menjabat sebagai KSAD dan GKS saja, ia juga menjabat Penguasa Perang Pusat (Peperpu). Peperpu sendiri membawahi Penguasa Perang Daerah (Peperda).

Selain itu Nasution juga diangkat sebagai anggota ex-officio Dewan Nasional dan anggota Panitia Tujuh dalam rangka penyelesaian kemelut di daerah.

Setelah TNI AD mengalami reorganisasi pada tahun 1958, pemilik nama lengkap Abdul Haris Nasution diangkat menjadi Menteri Keamanan Nasional dengan pangkat letnan jenderal.

Jabatan ini diembannya hingga Indonesia kembali ke UUD 1945 dan lahirnya Demokrasi Terpimpin.

Hanya empat tahun berselang setelah Demokrasi Terpimpin lahir pada 1962, putera kedua dari pasangan H. Abdul Halim Nasution dan ibu Zahara Lubis lagi-lagi diangkat sebagai menteri.

Kala itu Nasution diangkat sebagai Menteri Koordinator Pertahanan Keamanan dengan pangkat jenderal penuh. Itu berarti Nasution memiliki empat bintang di pundaknya.

Lalu pada awal Orde Baru, ia terpilih sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS).

Dan akhirnya Pak Nas menjadi salah satu dari tiga tokoh militer Indonesia yang menyandang 5 bintang emas di pundaknya sebagai Jenderal Besar Tentara Nasional Indonesia

Melansir wikipedia, Nasution dilahirkan di Desa Hutapungkut, Kotanopan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara,[4] dari keluarga Batak Muslim.

Ia adalah anak kedua dan juga merupakan putra tertua dalam keluarganya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang menjual tekstil, karet dan kopi, dan merupakan anggota dari organisasi Sarekat Islam.

Ayahnya, yang sangat religius, ingin anaknya untuk belajar di sekolah agama, sementara ibunya ingin dia belajar kedokteran di Batavia.

Namun, setelah lulus dari sekolah pada tahun 1932, Nasution menerima beasiswa untuk belajar mengajar di Bukit Tinggi.

Pada tahun 1935 Nasution pindah ke Bandung untuk melanjutkan studi, di sana ia tinggal selama tiga tahun.

Abdul Harris Nasution
Abdul Harris Nasution (instagram)

Kisah Dibalik Nama Desa Tunggul Bute Lahat, Berawal dari Misteri Butanya Mata Tentara Belanda

Keinginannya untuk menjadi guru secara bertahap memudar saat minatnya dalam politik tumbuh.

Dia diam-diam membeli buku yang ditulis oleh Soekarno dan membacanya dengan teman-temannya.

Setelah lulus pada tahun 1937, Nasution kembali ke Sumatra dan mengajar di Bengkulu, ia tinggal di dekat rumah pengasingan Soekarno.

Dia kadang-kadang berbicara dengan Soekarno, dan mendengarnya berpidato.

Setahun kemudian Nasution pindah ke Tanjung Raja, dekat Palembang, di mana ia melanjutkan mengajar, tetapi ia menjadi lebih dan lebih tertarik pada politik dan militer.

Pada tahun 1940, Jerman Nazi menduduki Belanda dan pemerintah kolonial Belanda membentuk korps perwira cadangan yang menerima orang Indonesia.

Nasution kemudian bergabung, karena ini adalah satu-satunya cara untuk mendapatkan pelatihan militer.

Seiring dengan beberapa orang Indonesia lainnya, ia dikirim ke Akademi Militer Bandung untuk pelatihan.

Pada bulan September 1940 ia dipromosikan menjadi kopral, tiga bulan kemudian menjadi sersan.

Dia kemudian menjadi seorang perwira di Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL).

Pada tahun 1942 Jepang menyerbu dan menduduki Indonesia.

Pada saat itu, Nasution di Surabaya, ia ditempatkan di sana untuk mempertahankan pelabuhan.

Nasution kemudian menemukan jalan kembali ke Bandung dan bersembunyi, karena ia takut ditangkap oleh Jepang.

Namun, ia kemudian membantu milisi PETA yang dibentuk oleh penjajah Jepang dengan membawa pesan, tetapi tidak benar-benar menjadi anggota.

Abdul Harris Nasution
Abdul Harris Nasution (wikipedia)

100 Pembelot Wanita Alami Perlakuan Ini dari Tentara dan Polisi saat Gagal Kabur dari Korea Utara!

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved