Ini yang Terjadi pada Bumi jika Manusia Punah
Pada masa mendatang, bukannya tak mungkin manusia akan meninggalkan Bumi dan menduduki planet lain untuk menyelamatkan diri dari perubahan iklim
Hal itu kemudian mendorong lebih banyak satwa liar untuk pindah dan menetap di suatu tempat. Transisi ini juga akan memicu peningkatan keanekaragaman hayati dalam skala global.
Para peneliti yang sebelumnya memodelkan keanekaragaman megafauna, seperti singa, gajah, harimau, badak, dan beruang di Bumi telah mengungkapkan bahwa dulu dunia sangat kaya akan spesies ini.
Namun hal itu berubah ketika manusia mulai invasi ke berbagai wilayah Bumi, berburu dan menyerang habitat mereka.
Dan jangan lupa juga subscribe, like dan share channel Instagram Sriwijayapost di bawah ini:
“Di Australia, terjadi peningkatan kepunahan hampir 60.000 tahun yang lalu. Di Amerika Utara dan Selatan, peningkatan terlihat sekitar 15.000 tahun lalu. Sementara itu di Madagaskar dan Kepulauan Karibia, peningkatan drastis terlihat beberapa ribu tahun lalu,” tutur Soren Faurby, dosen makroekologi dan makroevolusi dari Universitas Gothenberg di Swedia.
Tanpa manusia yang menyebar ke berbagai penjuru Bumi, seluruh planet bisa dipenuhi oleh beragam spesies layaknya Taman Nasional Serengeti di Afrika Timur.
Penelitian juga mengungkapkan, jika tidak ada dampak kehidupan manusia, Amerika Serikat bagian tengah dan sebagian Amerika Selatan akan menjadi tempat yang paling kaya akan megafauna di Bumi.
Hewan seperti gajah akan menjadi pemandangan umum di Kepulauan Mediterania. Bahkan, akan ada badak di sebagian besar Eropa bagian utara.
“Pada dasarnya, jika tidak ada dampak manusia, seluruh dunia akan menjadi satu hutan belantara yang besar,” tutur Jens-Christian Svenning, profesor makroekologi dan biogeografi di Aarhus University, Denmark.

Dampak perubahan iklim
Meski satu Bumi menjadi hutan belantara yang besar, ada satu dampak yang tak bisa dihilangkan akibat aktivitas manusia: perubahan iklim.
Misal, ketika ada ledakan dari pabrik nuklir atau gas bumi, karbondioksida dalam jumlah melimpah akan menguap ke atmosfer. Meski karbondioksida akan diserap oleh samudera dan lautan, namun ada batasan agar lautan tersebut tidak menjadi terlalu asam.
Apabila jumlah karbondioksida terlalu besar, maka tanpa ada manusia pun, biota lautan akan terancam.
Saat ini saja, tingkat karbondioksida pada atmosfer Bumi sudah membutuhkan ribuan tahun untuk dihilangkan sepenuhnya. Cairnya lapisan es di kutub akan melepas lebih banyak lagi gas rumah kaca.
Namun para peneliti mengambil contoh periode Jurrasic, di mana jumlah karbondioksida di atmosfer lima kali lebih banyak dari saat ini. Tingkat keasaman laut meningkat drastis, namun tetap akan ada spesies yang bertahan.
Akan tetap ada spesies yang terus berevolusi dan menjadi bagian dari Bumi.