Berita Palembang

Pancing Awan Hujan, BPPT Semai 40 Ton Garam di Langit Sumsel

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menebar sebanyak 40 ton garam ke langit Sumsel.

Penulis: Odi Aria Saputra | Editor: Yandi Triansyah
SRIPOKU.COM / Odi Aria
Langit kota Palembang tampak masih mendung pasca hujan dengan intensitas cukup deras menerpa Palembang, Kamis (13/8/2020). 

Laporan wartawan Sripoku.com, Odi Aria

SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menebar sebanyak 40 ton garam ke langit Sumsel.

Langkah itu dilakukan sebagai upaya memancing munculnya potensi awan hujan selama 20 hari ke depan, Kamis (13/8/2020).

Koordinator Lapangan Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) wilayah Sumsel dan Jambi, Dwipa Wirawan menjelaskan potensi hujan rencananya mengandalkan analisis Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Namun, khusus di Sumsel dilakukan penyemaian 40 ton garam untuk memancing timbulnya awan hujan.

Ramalan Bintang Cinta Kamis 13 Agustus 2020: Libra akan Menerima Lebih Banyak Pesan dari Biasanya

 

Muba Babel United Beri Apresiasi Pembagian Grup Kompetisi Lanjutan Liga 2 2020 dengan Sistem Diundi

"Masa udara saat ini masih cukup basah di wilayah tenggara dan selatan. Untuk Sumsel kita lakukan penyemaian garam," katanya.

Ia mengatakan, 40 ton garam didatangkan khusus dari wilayah Indramayu dan Cirebon, Jawa Barat.
Garam-garam ini tak berbeda dengan garam biasa untuk makan, hanya saja ada campuran khusus yang bisa membuat garam tersebut bisa disemai.

BPPT dibantu oleh Skuadron TNI AU dari Halim Perdana Kusuma menggunakan pesawat CN 295 dengan kapasitas angkut 2,4 ton garam.
Pesawat dapat terbang selama tiga jam di udara untuk proses penyemaian garam.

"Kita tambahkan bahan adiktif untuk menahan agar garam tidak menggumpal.

Penggilingannya juga lebih halus dua sampai tiga kali," jelas Dwipa.

Bikin Ajudan Kalang Kabut Setiap Lakukan Misi ‘Rahasia’, Penyamaran Presiden Soeharto Ini Fenomenal!

 

Bikin Ajudan Kalang Kabut Setiap Lakukan Misi ‘Rahasia’, Penyamaran Presiden Soeharto Ini Fenomenal!

Menurutnya, proses TMC dilakukan untuk memancing air yang ada di atmosfer agar dapat turun.

Namun proses penyemaian tidak selalu berhasil, ada kalanya awan yang sudah disemai belum tentu menghasilkan hujan.

"Cukup sulit untuk membedakan antara awan hujan murni dan buatan.
Perbedaannya bisa terlihat apabila awan itu semua terkuras menjadi air dan tiba-tiba hilang uap air di atas," ungkapnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved