Ternyata Kain Merah dari Warung Soto, Inilah Sejarah Bendera Merah Putih yang Dijahit Ibu Fatmawati
Setiap tanggal 17 Agustus di seluruh nusantara pasti berkibar jutaan Sang Merah Putih dalam berbagai ukuran dan keadaan.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Hari Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) yang jatuh pada tanggal 17 Agustus mendatang ditandai dengan upacara dan pengibaran bendera merah putih.
Setiap tanggal 17 Agustus di seluruh nusantara pasti berkibar jutaan Sang Merah Putih dalam berbagai ukuran dan keadaan.
Dari sejarah, orang pun tahu kalau Sang Saka Merah Putih yang berkibar untuk pertama kalinya 75 tahun lalu itu dijahit sendiri oleh Ibu Negara pertama RI Ny. Fatmawati.
Tapi siapa sangka, kain merah bendera pusaka tersebut, ternyata bekas kain tenda sebuah warung kaki lima.
• Jangan Sampai Keliru Cara Pengibaran, Pemasangan, Ukuran, Fungsi, dan Larangan Bendera Merah Putih

• Inilah 15 Fakta Unik Tentang Bendera Merah Putih, Sang Saksi Bisu Perjuangan Pahlawan Indonesia
Dilansir dari TribunJambi.com, Seorang pelaku sejarah, Brigjen TNI (Purn) Lukas Kustaryo menuturkan bagaimana lika-likunya saat ia berupaya mencari kain merah untuk bendera pusaka.
Konon, ide ini pun muncul secara tiba-tiba.
Kala itu dari kancah romusha di Bayah, Banten Selatan, Shodanco Lukas diberi tugas secara inkognito membawa surat pribadi Tan Malaka untuk Bung Karno di Jakarta.
Sesampainya di Jl. Pegangsaan Timur no. 56, Kustaryo melihat Ny. Fatmawati menjahit bendera merah putih.
Saat itu bulan Agustus 1945, para tokoh pergerakan memang sudah terlihat sibuk mempersiapkan proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
• Intip 15 Fakta Unik Tentang Bendera Merah Putih, Sang Saksi Bisu Perjuangan Pahlawan Indonesia
• Aurellia Qurrota Ain, Paskibraka Calon Pembawa Baki Bendera 17 Agustus Meninggal Mendadak
• Video: 50 Personel Dikerahkan Bentangkan Bendera Merah Putih Raksasa di Permukaan Danau Ranau OKUS
Apalagi di kediaman Bung Karno terlihat kesibukan yang tidak seperti biasanya.
"Tapi saya lihat benderanya terlalu kecil, kira-kira hanya berukuran panjang setengah meter. Dalam hati saya berkata, kayaknya nggak pantas. Untuk proklamasi kok benderanya tak begitu bagus," begitu ujar Kustaryo seperti dilansir dari Majalah Intisari.
Karena tidak tega melihat bendera kecil itulah, atas inisiatif sendiri laskar Peta Pacitan ini beniat mencari kain yang lebih besar untuk bendera.
"Kalau tak salah Bu Fat sudah mempunyai kain seprai putih yang cukup panjang," tambahnya.
Tanpa tahu harus menuju ke mana untuk mencari kain merah, pemuda kelahiran Madiun, 20 Oktober 1920, ini lantas berjalan menyusuri rel KA dari Pegangsaan sampai Pasar Manggarai.
Di pinggir pasar ia melihat sebuah warung soto bertenda kain merah.
Nah, kebetulan pikirnya. "Saya tak lagi mikir jenis kainnya bermutu atau tidak. Meski saya lihat sudah tidak begitu bagus bahkan sudah robek, pokoknya kain tersebut masih bisa dipakai," kenangnya.
Maklum, di zaman Jepang mutu kain yang dikonsumsi rakyat amat jelek.
• Jelang HUT RI ke-74, Penjual Bendera Musiman Mulai Ramai di kota Palembang
• Lirik Lagu Wajib Nasional Beserta Chord Bendera Merah Putih Ciptaan Ibu Soed Lengkap dengan Video
• Lirik Lagu dan Not Angka Bendera Kita Ciptaan R. Dirman Sasmokoadi Lengkap dengan Video Lirik
Terdorong rasa kebangsaan yang meluap-luap untuk segera mendapatkan kain bakal bendera itu, Kustaryo segera mendatangi si pemilik warung tenda.
Satu-satunya yang dipikirkan, bagaimana caranya mendapatkan barang tersebut.
"Saya beli kain ini dengan harga Rp500,00, terdiri atas lima lembar ratusan uang zaman Jepang dari kocek saya sendiri. Melihat uang segitu banyak, si tukang warung hanya terbengong-bengong saja. Transaksi waktu itu tidak berlangsung lama."
Setelah itu buru-buru ia membawa kain merah tersebut ke rumah Ibu Fat. Begitu diserahkan, Kustaryo langsung pergi lagi.
Bahkan ketika bendera itu dikibarkan pada saat proklamasi, ia pun tidak tahu.
"Setelah itu saya lalu pergi dari Jakarta, kembali bergabung dengan rekan-rekan pejuang lain. Maklum waktu itu tentara Jepang yang bersenjata masih banyak berkeliaran. Belum lagi pasukan Inggris," kenangnya.
Selang beberapa tahun kemudian, suatu hari Kustaryo ketemu Ibu Fat lagi di Yogyakarta.
Iseng-iseng ia bertanya apakah bendera pusaka yang dikibarkan pada saat proklamasi tersebut, adalah bendera yang kain merahnya pemberian dia dulu.
"Bu Fat menjawab, benar! Kain merah yang saya jahit itulah pemberian Saudara. Saudara memang sungguh berjasa. Terima kasih ... saya sampai lupa," begitu jawaban Ibu Fat seperti yang ditirukan Kustaryo.
Versi lain riwayat bendera pusaka ini, menurut Kustaryo memang belum pernah diketahui umum.
Apalagi beberapa saksi mata yang melihat Lukas memberikan kain tersebut kepada Ny. Fatmawati, semuanya sudah tiada.
"Selain Bu Fat, yang sempat melihat adalah BungKarno dan supir pribadi mereka. Kalau tidak salah namanya Pak Sarip."
• Lirik, Kunci Gitar & Not Angka Lagu Garuda Pancasila, Lagu Nasional Indonesia Ciptaan Sudharnoto
Yuk follow Instagram Sriwijaya Post
Serta sukai fanspage Sriwijaya Post
Jangan lupa juga subscribe YouTube Channel SripokuTV