Berita Palembang
GEPENG di Palembang Bertambah, Modusnya Jadi Manusia Silver, Badut dan Jualan Tisu, Dinsos Kewalahan
Kepala Dinas Sosial Kota Palembang, Heri Aprian mengungkapkan bila akhir-akhir ini jumlah gelandangan dan pengemis (Gepeng) kian bertambah.
Penulis: Rahmaliyah | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Rahmaliyah
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Kepala Dinas Sosial Kota Palembang, Heri Aprian mengungkapkan bila akhir-akhir ini jumlah gelandangan dan pengemis (Gepeng) kian bertambah.
Tak sampai disitu, modus yang dijalankan pun semakin beraneka ragam. Mulai seperti badut, manusia silver, jualan tisu, bersih-bersih mobil dan masih banyak lagi
"Ya bisa dibilang kewalahan kita urusi ini. Mereka itu sudah sering kita tertibkan, kita bina tapi satu dua hari setelah itu mereka jalan lagi," ujarnya, Selasa (28/7/2020).
Pihaknya, mengakui menyelesaikan persoalan ini tak bisa hanya peran serta dari pemerintah namun juga butuh dukungan masyarakat untuk tidak memberikan uang kepada Gelandangan ataupun pengemis.
"Bayangkan saja kalau masih ada yang kasih mereka, sehari penghasilan yang mereka dapat Rp 100 ribu ya makin betah lah mereka dijalan," ujarnya.
Padahal, dalam Peraturan Daerah (Perda) sudah mengatur terkait larangan untuk memberi uang atau bantuan pada pengemis/gelandangan. Bila ingin membantu atau bersedekah silakan disalurkan ke lembaga resmi seperti panti asuhan dll.
"Inipun ada sanksinya, kurungan badan tiga bulan atau denda maksimal Rp 50 juta pada pemberi dan masuk tindak pidana ringan," tuturnya.
Peningkatan jumlah pengemis atau peminta ini, kata Heri, karena banyak juga eksodus dari luar kota sampai ke luar daerah/sumatera.
"Palembang ini magnet bagi warga pendatang seperti ini ada yang dari daerah sekitar kita ini, seperti Banyuasin, OI, dan lainnya. Ada juga yang dari luar provinsi," tutupnya.