VIRAL - Kronologi Wasit Jadi Korban Amukan Pemain Hingga Diinjak-injak, Pada Laga Silaturahmi
Insiden keributan di sebuah pertandingan sepak bola membuat seorang wasit menjadi bulan-bulanan amuk pemain, hingga diinjak-injak.
SRIPOKU.COM -- Lagi viral kekerasan kepada wasit kembali terjadi, kali ini wasit yang memimpin pertandingan silaturahmi di Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, jadi korban amukan pemain hingga diinjak-injak.
Insiden keributan di sebuah pertandingan sepak bola membuat seorang wasit menjadi bulan-bulanan amuk pemain.
Pertandingan yang berlangsung pada, Minggu, (12/6/2020) itu mempertemukan klub Champas FC dan Yutaka FC.
Laga kala itu dipimpin oleh wasit bernama Wahyudin (29), dia saat dikonfirmasi mengaku, sempat dinjak-injak oleh pemain yang kesal karena keputusannya.
Dia menjelaskan, Champs FC dan Yutaka FC merupakan dua klub sepak bola lokal, pertandingan di Stadion Patriot kemarin merupakan ajang silaturahmi.
• Dapat Ide Dari Teman, Seorang Mahasiswa Jadi Mucikari Prostitusi Online Bermoduskan Terapis Pijat
• Gara-gara Covid-19, Sudrajat Ayah Vanessa tak Bisa ke Jakarta Lihat Cucu
• Kaki Kanan Nyaris Putus, Detik-detik Seorang Pria di Banyuasin Berhasil Selamat dari Serangan Buaya
Tim yang pada saat itu merasa dirugikan ialah Champas FC, keputusan Wahyudin menilai penyerang dari klub tersebut terjebak offside.
Dari situ, para pemain Champas FC merasa keputusan wasit keliru, mereka protes dan langsung terjadi insiden penyerangan.
"Jadi pokoknya pas dia enggak terima kejadian itu pemainnya hampirin saya dari belakang, nendang saya, terus saya terjatuh terlentang, pas saya jatuh itu langsung dibales muka saya dan wajah saya diinjek," terangnya.
Usai mendapatkan penganiayaan, Wahyudin sempat pingsan, pandangannya langsung gelap akibat hantaman sepatu bola yang mendarat diwajahnya.
"Pakai sepatu pool itu kondisinya lagi main diinjek pakai kaki, abis itu udah gelap saya enggak sadar, nggak tau ada lagi yang nendang saya siapa-siapa lagi, pokoknya saya ingatnya pelaku yang pertama," paparnya.
Adapun pada pertandingan itu, aturan umum permainan sepak bola tetap dijalankan. Namun, karena pertandingan sebatas ajang silaturahmi, wasit yang bertugas saat itu hanya satu orang.
Pertandingan tidak menggunakan asisten wasit yakni, dua orang hakim garis yang memutuskan apakah seorang pemain dalam posisi offside atau onside.
"Kita kan pakai wasit satu (tanpa hakim garis), kita pakai asisten wasit aja suka salah kan (keputusan), terjadi juga di liga-liga (profesional)," ucapnya.
"Sementara itu kan ajang silatutahmi, bukan adu gengsi, bukan turnamen, bukan tarkam (antar kampung), ini sekedar sepak bola aja seharusnya mereka mengerti saya, menghargai saya," tegas dia.
=============================