Perjuangan Aiptu Palaweri Dirikan Tempat Bimbel di Tanah Kuburan Buat Anak Tak Mampu di Majalengka
“Mereka itu berbeda-beda sekolah. Jadi selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya.”
SRIPOKU.COM-Buka tempat Belajar bimbel di kuburan, hal itulah yang dilakukan seorang anggota polisi Aiptu Paleweri.
Keputusan Aiptu Paleweri anggota Polsek Majalengka Makassar ini, karena merasa terpanggil melihat pelajar di tempatnya bertugas itu tak bisa mengikuti Proses Belajar Mengajar secara daring.
Hal inilah yang membuatnya kemudian memutuskan untuk mendirikan tempat Bimbel di kuburan.
Cerita dimulai ketika Pandemi Covid-19 melanda dan membuat semua aktivitas terganggu terutama Proses Belajar Mengajar.
Mau tak mau, para pelajar harus mengikuti kegiatan Proses Belajar Mengajar secara daring.
Hal ini pun bukannya tak ada kendala.
Sebab tidak semua anak dan orang tua mampu membayar paket internet untuk mereka belajar dari rumah.
Persoalan lainnya, tidak semua pelajar memiliki Ponsel pintar yang akan diandalkan untuk mengikuti kegiatan atau Proses Belajar Mengajar secara daring tersebut.
Fakta Tak Semua Anak Punya Ponsel dan Mampu Bayar Paket Internet
Selama pandemi Covid-19, sekolah ditutup dan anak-anak diminta belajar online dari rumah.
Namun, tidak semua anak-anak dapat mengikuti sekolah online karena mereka tak mempunyai ponsel pintar dan mampu mengisi kuota internet.
Kendala itu juga dialami anak-anak dari keluarga kurang mampu di Kota Makassar.
Misalnya yang dialami anak-anak yang bermukim di pinggir tempat pemakaman umum (TPU) Dadi, Makassar.
Kondisi anak-anak itu menggugah hati seorang anggota Polsekta Mamajang, Aiptu Paleweri yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas.
Paleweri kemudian menginisasi penyediaan fasilitas internet di kompleks TPU Dadi hingga mendirikan tempat belajar bersama.
Paleweri juga tidak segan mengeluarkan dana pribadi membangun tempat tersebut. misalnya untuk tenda, kursi, meja, serta fasilitas intenet.
“Saya lihat banyak anak-anak dari keluarga tidak mampu, tidak bisa sekolah online. Orangtua mereka kesulitan membeli kuota internet sehingga saya memasukkan jaringan internet.”
“Setelah ada internet, banyak anak-anak dari tingkat SD, SMP, dan SMA terpaksa duduk di atas kuburan sambil belajar.”
“ Jadi saya bersama warga sekitar kemudian mendirikan tenda dan membuat kursi serta meja,” ujar Paleweri saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (4/7/2020).
Awalnya Hanya 26 Anak
Anak-anak yang mengikuti pendidikan berasal dari Kampung Tumpang, Kelurahan Maricaya Selatan.
Jumlahnya untuk murid SD 26 orang, 24 orang siswa SMP, 7 orang siswa SMA, dan 4 orang anak putus sekolah.
“Mereka itu berbeda-beda sekolah. Jadi selain bisa menikmati WiFi gratis, mereka juga ada yang bimbing dari senior-seniornya.”
“Jadi murid SD diajar kakak-kakaknya yang sudah SMP dan SMA. Jadi mereka saling belajar dan mengajar. Saya dan beberapa masyarakat mengawasi dan ikut juga memberi pelajaran,” ucap Paleweri.
Seiring berjalannya waktu, ada banyak anak-anak dari Kelurahan Mamajang Luar yang ikut belajar. Sehingga total anak-anak yang belajar di TPU Dadi mencapai 80-an orang.
“Jadi waktu belajar online mereka ada, sama seperti jam sekolah mulai dari pagi sampai sore. Jadi ada anak yang masuk shift pagi dan ada yang shift sekolah sore. Habis magrib, belajar mengaji dilanjutkan. Ada tokoh-tokoh masyarakat dan tokoh agama di sekitar yang membantu mengajar,” jelasnya.
Tidak Risih Meski Dekat Kuburan
Paleweri mengungkapkan, anak-anak tersebut tidak risih atau pun takut dengan situasi belajar di sekitar kuburan. Mereka sudah terbiasa dengan situasi itu.
Anak-anak tersebut bahkan siang dan malam lewat di TPU tersebut.
Hal ini karena jalan menuju rumah mereka harus melewati kuburan.
Saling Peduli dan Pinjamkan Ponsel
Lokasi pendidikan yang dia bangun juga membuat anak-anak saling peduli.
Misalnya ada anak yang tidak mempunyai ponsel pintar, anak yang memiliki akan meminjamkan.
Paleweri tetap berupaya untuk membeli ponsel pintar agar bisa digunakan bersama. Jika sekolah online berakhir, dia akan tetap melanjutkan tempat belajar bersama itu.
“Saya sebagai anggota institusi Polri, wajib membantu masyarakat. Apalagi dengan membantu orang lain, nilai pahalanya yang sangat besar,” tuturnya.
Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan, Ternyata Diinisasi Polisi, Ini Ceritanya
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Puluhan Anak Miskin Belajar di Kuburan, Ternyata Diinisasi Polisi, Ini Ceritanya",
Penulis : Kontributor Makassar, Hendra Cipto
Editor : David Oliver Purba