Tak Sadar Ditipu Anak SMA Yang Sedang di Penjara, Profesor di Jambi Ini Kehilangan Uang Rp 183 Juta

Seorang guru besar di Universitas Jambi menjadi korban penipuan anak SMA yang mengaku sebagai Kapolsek Muko-muko.

Editor: adi kurniawan
ISTIMEWA
Ilustrasi penipuan via telepon 

SRIPOKU.COM -- Seorang guru besar di Universitas Jambi  menjadi korban penipuan anak SMA yang mengaku sebagai Kapolsek Muko-muko.

Melalui telepon, kapolsek gadungan ini mengiming-imingi korbannya Prof. Dr. Ir. Nurhayati, lelang kendaraan jenis Toyota Innova Tahun 2018. 

Selasa (23/6/2020) kemarin ia hadir di ruang sidang Pengadilan Negeri Jambi sebagai saksi korban. Atas kejadian itu ia mengalami kerugian hingga 183 juta rupiah. 

Ironisnya dalam kejadian itu, pelaku yang memperdayainya adalah seorang terpidana berinisial SR yang masih berstatus siswa SMA

Terdakwa sendiri masih menjalani masa hukuman di Lapas Kelas IIB Siborong-borong, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara.

 

3 Cara Melihat Tanda-Tanda Anak Kecanduan Gadget, Hati-Hati Bisa Berdampak Pada Kejiwaan

Satu Pelaku Pencuri Kotak Amal Masjid Agung Almuhtadin Muaradua OKU Selatan Ditangkap Polisi

Warga Prabumulih Ini Kaget Uang Pecahan Rp 100 Ribu Diambil dari Bank Nominalnya Terpotong

Aksi tersebut dilakoni terdakwa bersama rekannya berinisial AD yang juga berstatus sebagai terpidana. Perbuatan itu dilakukan kedua terdakwa dari hotel prodeo Siborong-borong. 

Sebagai mana dikutip dalam dakwaan yang disusun jaksa penuntut Kejati Jambi, terdakwa I SR (Surya Ramadhan) bersama terdakwa II AD (Arifin Damanik) merupakan warga binaan Lapas Siborong-Borong yang berbeda blok bersekongkol untuk mendapatkan uang. 

Pada hari Sabtu (26/1/2019) pukul 10.45 wib, SR menghubungi korban dengan menyamar sebagai Kapolsek Muko-Muko, Kabupaten Bungo. 

Terdakwa menawarkan agar Prof Nurhayati mengikuti lelang tertutup mobil Toyota Kijang Innova. 

Terdakwa mengiming-imingi korban dengan potongan diskon 10 persen dan satu unit motor scoopy bila membayar secara tunai. Korban kemudian meminta nomor rekening. 

Dalam aksinya terdakwa menggunakan nomor rekening bank Mandiri Abdul Majid Sitorus dan rekening BNI milik saksi Aditya Pratama. 

Pada 26 Januari 2019, korban mentransfer senilai 57 juta yang dikirim sebanyak tiga kali yakni setoran pertama 20 juta, kedua 20 juta dan ketiga 17 juta. 

Setelah menerima transferan, terdakwa kembali memperdayai korban dengan lewat telpon agar kembali mengirim uang sehingga total jumlah mencapai 100 juta. 

 

"Kalau bisa ditransfer 100 juta sekalian biar enak pengurusan surat suratnya toh besok juga mau sekalian pelunasan," bunyi ucapan terdakwa sebagai mana dalam dakwan jaksa yang dipublis di SIPP PN Jambi. 

Korban pun kembali melakukan transfer sebanyak 43 juta pada pukul 11.26 wib dan 20 juta, pukul 11.27 wib ditransfer lagi sebesar 20 juta dan sekitar pukul 11.28. Korban lagi-lagi mengirim tiga juta rupiah ke rekening yang sama. 

Dan pada pukul 14.00 wib korban menelpon terdakwa SR untuk menanyakan nomor rekening lain. Terdakwa pun memberikan nomor rekening Bank Mandiri atas nama Abdul Majid Sitorus. 

Dan kembali mentransfer sejumlah uang  yakni 30 juta pada pukul 14.35 wib, 20 juta pada pukul 14.36 wib, dan 10 juta pada pukul 14.36 wib. 

Setelah semua uang diteransfer, terdakwa menghubungi AD dan memberikan uang senilai enam juta atas bantuannya tersebut. 

Minggu (27/1/2019) terdakwa kembali menanyakan soal pengiriman sisa uang yang masih belum ditransfer korban. 

Setelah semua uang dengan nilai total 187 juta ditransfer korban, terdakwa memberitahukan korban bahwa mobil tersebut akan segera dikirim pada pukul 10.00 wib. 

Namun mobil yang ditunggu-tunggu tak kunjung datang. Menyadari telah ditipu, prof Nurhayati melaporkan apa yang baru dialaminya ke Mapolda Jambi. 

Ia pun baru menyadari jika yang telah menipunya itu adalah terpidana yang kini menjalani masa hukumannya di Lapas Siborong- Borong. 

 

Pada persidangan Selasa (23/6/2020) kemarin majelis hakim pun sempat terheran dengan aksi terdakwa yang ternyata masih pelajar itu bisa memperdayai korban. 

"Kalian ini masih SMA, pakai ilmu apa bisa menipu profesor? Kalian paham tidak?" tanya Ketua Majelis Hakim Yandri Roni kepada terdakwa yang mengikuti sidang secara daring. 

Persidangan kedua terdakwa akan kembali digelar pada pekan depan. Dengan agenda keterangan saksi.

Sumber: Tribun Jambi
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved