Berita Palembang
Seminggu Tim MRI ACT Berjibaku di Lokasi Banjir Bandang OKU Timur untuk Menyalurkan Bantuan Sembako
Banjir bandang yang melanda Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) minggu lalu, mengakibatkan ratusan warga terisolir.
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Banjir bandang yang melanda Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) minggu lalu, mengakibatkan ratusan warga terisolir dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Sudah seminggu banjir bandang melanda wilayah tersebut, mengakibatkan ratusan keluarga terisolir dan tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasa.
Tepatnya di dua titik wilayah yang terdampak paling parah yaitu Desa Dorma, dan Desa Arisanjaya.
Tim emergency response dari Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sumsel berhasil mendistribusikan bantuan Paket Sembako sebanyak 500 paket untuk para penyintas banjir di desa Dorma dengan menggunakan perahu kayu.
Akses jalan menuju rumah warga disana, memang masih terendam banjir dan hanya dapat dilewati menggunakan perahu atau berjalan kaki.
• Polres Musirawas Datangi Warga Suku Anak Dalam dan Bagikan Bantuan Sembako
• Dana Refocusing untuk Penanganan Covid-19 di Muaraenim Belum Bisa Digunakan, Ini Penyebabnya
• Covid-19 di Musi Rawas Bertambah Tujuh Kasus, 5 dari Kecamatan Megang Sakti, 2 di Antaranya Bayi
Tim Program ACT Sumsel, Aris Lazuardi mengatakan bahwa hingga kini hampir seluruh warga di desa Dorma masih terisolir dikarenakan banjir yang cukup parah di desa tersebut.
Menurutnya kondisi banjir di desa Dorma saat ini masih cukup parah, untuk menuju ke lokasi pun tim harus menggunakan perahu kayu agar dapat menyasar hingga ke rumah warga hingga ke pelosok.
"Alhamdulillah telah kami salurkan 500 paket sembako untuk para warga disini," ujarnya.
Sudah seminggu tim MRI ACT Sumsel berjibaku di lokasi banjir untuk membantu para warga yang terdampak.
Mulai dari membuka pelayanan kesehatan, berjibauk melakukan giat pembersihan fasilitas umum, hingga operasi makan gratis.
Mayoritas warga di desa Dorma yang berprofesi sebagai petani kini terpaksa merugi dan kehilangan mata pencaharian, karena lahan pertanian yang terendam banjir.
Selain itu, desa yang menjadi salah satu titik terparah banjir ini belum memiliki akses listrik untuk penerangan, para warga hanya mengandalkan lampu neon dan genset. (Rilis/MayaCR)