Terdampak Covid-19, Kelompok Yakuza Alami Krisis Hebat, Terpaksa Jual Masker Sampai Nekat Begini

Kelompok ini terkenal mendunia sebagai kelompok penjahat yang kerap melakukan tindakan ilegal.

Editor: Fadhila Rahma
jp.sputniknews.com
Ilustrasi - Pengawalan Ketat Bos Yakuza Saat Bebas dari Penjara, Bak Presiden Sampai Sewa 1 Gerbong Kereta VIP 

SRIPOKU.COM - Bukan rahasia lagi jika di Jepang ada sebuah sindikat kriminal yang namanya cukup terkenal di dunia bawah, mereka adalah Yakuza.

Kelompok ini terkenal mendunia sebagai kelompok penjahat yang kerap melakukan tindakan ilegal.

Namun, semenjak wabah Covid-19 melanda seluruh dunia, kelompok Yakuza ternyata mengalami dampak hebat pada sistem bisnisnya.

Menurut Daily Star pada Jumat (15/5/2020), kelompok kejahatan paling terkenal di Jepang ini, mengalami krisis ekonomi karena penghasilannya terjun bebas.

KAPOLDA Sumsel Irjen Pol Prof Eko Indra Heri ke Gandus Palembang, Bagikan Langsung Sembako ke Warga

IDI Palembang Ungkap Tenaga Medis di Poli dan IGD Kerap Pakai APD tak Sesuai Standar

Melemah, Nilai Tukar Rupiah Jumat 15 Mei 2020 di 5 Bank

Proses Evakuasi Keluarga Positif Corona di Kabupaten Ogan Ilir Mencekam,Tim Medis Diancam Pakai Arit

Sindikat Yakuza melakukan kejahatan terorganisir menghasilkan uang melalui "shinogi" istilah Jepang, yang diterjemahkan sebagai "keramaian."

Mereka melakukan tindakan ilegal, seperti pengedaran narkoba, pelacuran, pemerasan, dan premanisme.

Banyak anggora Yakuza telah berusia lanjut, mereka ditempatkan ke dalam kategori berisiko, bila tertular dengan Covid-19.

Hal itu menyebabkan banyak dari mereka yang terpaksa tinggal di dalam rumah, dan meringkuk ketakutan karena bisa tertular Covid-19.

Jake Adelstein, reporter investigasi yang berbasis di Tokyo, telah meliput Yakuza selama kurang lebih 25 tahun.

Mengatakan kepada Sky News, bahwa kini kelompok Yakuza hanya bisa bergantung pada anggotanya yang lebih muda untuk mencari uang.

Namun, dengan bisnisnya yang macet, membuat mereka harus memutar otak untuk menghasilkan uang dengan cara berbeda.

"Ini berarti mereka tidak bisa mengumpulkan uang jatah preman dari klub malam, bar, atau tempat dengan reputasi buruk yang membutuhkan perlindungan mereka," katanya.

"Salah satu hal yang kini terpaksa mereka lakukan adalah menjual masker, dengan harga tinggi sebagi bisnis kecil mereka," katanya.

"Tapi itu tidak terlalu menguntungkan untuk sekelas geng," jelasnya.

Dia menambahkan, bahwa banyak sebagian anggota Yakuza ternyata juga takut dengan virus corona.

Ini menunjukkan betapa rapuhnya mereka sebagai manusia, terlepas bahwa mereka juga adalah seorang penjahat dan kriminal kelas atas.

Dengan keterlibatan Yakuza dalam tindak kekerasan, juga membuat mereka ditolak rumah sakit, sehingga mereka sulit mendapatkan perawatan.

Meski demikian, dari sekian banyak profesi di kelompok Yakuza ternyata ada satu profesi yang cukup diuntungungkan dalam kondisi ini.

Menurut Tomohiko Suzuki, seorang pakar Yakuza, mengatakan pada Sky News, kelompok yang paling diuntungkan adalah pengedar narkoba.

"Masyarakat telah tinggal dirumah, akibatnya harga ganja dan stimulan meningkat tajam dua kali lipat semenjak terjadinya wabah virus corona," katanya.

"Obat dipesan melalui telepon, kemudian diantarkan mengunakan mobil ke alamat pemesan," imbuhnya.

Lalu bisnis lain seperti rumah prostitusi, juga masih berjalan, namun tidak ada pelanggan yang datang.

Sementara itu, selama masa pandemi ini kelompok seperti Yakuza dan mafia Italia dan Amerika, dilaporkan melakukan banyak kegiatan kemanusiaan, dalam upaya meningkatkan citra publiknya.

Yakuza pernah menawarkan diri untuk mengirim kelompoknya, untuk membersihkan kapal pesiar Diamond Princess yang berlabuh di Yokohama pada Februari.

Namun, pemerintah negara telah menolak tawaran tersebut.

Sumber: Grid.ID
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved