3 Dosen Unsri Terima Penghargaan, Buat Alat Deteksi Awal Covid-19 Berbasis Hybrid Sensor Suhu
Pembuatnya adalah tiga Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya, yaitu Bhakti Yudho Suprapto, ST.MT, Prof. Ir. Zainuddin Nawawi, PhD.,
Penulis: maya citra rosa | Editor: Welly Hadinata
Laporan wartawan Sripoku.com, Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Dalam wabah Pandemi Virus Corona atau Covid-19 ini tidak lantas berhenti untuk berinovasi.
Salah satunya ide pembuatan Alat Deteksi Awal Covid-19 berbasis Hybrid Sensor Suhu, Database, dan Kamera menggunakan Face Recognition.
Pembuatnya adalah tiga Dosen Jurusan Teknik Elektro Universitas Sriwijaya, yaitu Bhakti Yudho Suprapto, ST.MT, Prof. Ir. Zainuddin Nawawi, PhD., dan Dr.Eng. Suci Dwijayant, ST. MS.
Ide pembuatan Alat Deteksi Awal Covid-19 ini menjadi salah satu penerima Penghargaan Ideathon Tahun 2020 oleh Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) Indonesia.
Berawal dari informasi mengenai Ideathon dan diskusi kecil tentang ciri-ciri dan deteksi orang yang positif Covid-19.
Bhakti dan tim melihat kondisi saat ini, terus bertambahnya pasien positif Covid-19 di Indonesia, dan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk menjaga diri dari Covid-19 yang berbahaya.
Selain itu, perlu adanya deteksi awal yang berupa suhu tubuh di fasilitas umum yang tidak memerlukan petugas atau antrian panjang ketika akan masuk ke dalam suatu ruangan.
Ide tersebut juga muncul agar data warga biasa, orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pemantauan (PDP) terhubung dengan database kependudukan yang memanfaatkan e-KTP.
"Kan dulu saat membuat e-KTP kita difoto, dan ada database nya, maka dari itu kita manfaatkan hal ini, agar membantu pemerintah memantau para ODP/PDP nantinya," ujarnya saat diwawancarai via whatsapp, Selasa (12/05/2020).
Menurutnya sistem yang timnya buat tidak rumit, hanya menggabungkan teknologi yang terdiri dari kamera atau thermal camera, PC atau komputer dan database kependudukan.
Cara kerjanya yaitu, kamera akan diletakkan pada depan pintu masuk, dan posisinya mengarah kepada wajah dari orang yang akan masuk ke mall, kantor dan lain sebagainya.
Kemudian kamera tersebut akan mendeteksi suhu tubuh dari orang tersebut.
Jika suhunya dibawah 38 derajat celsius, maka tidak terjadi proses selanjutnya dan orang tersebut dapat langsung masuk ke dalam ruangan.
Namun bila suhunya diatas 38 derajat celsius, maka akan langsung dibandingkan dengan database yang ada setelah sebelumnya, dilakukan training terhadap database yang ada dengan menggunakan algoritma computational intelligent.
Data base tersebut berupa data wajah dan nama, alamat serta nomor handphone, yang dibandingkan adalah wajah pembacaan kamera dengan gambar wajah yang ada di database atau dikenal dengan face recognation atau pengenalan wajah.
"Jarak alat tersebut bekerja sudah diuji beberapa meter dari penelitian sebelumnya, alatnya yang kelihatan hanya berupa kamera yang terhubung ke PC atau komputer," ujarnya.
Bhakti dan timnya mendaftarkan ide pembuatan alat tersebut ke ajang Ideathon, bersama lebih dari 5000 pendaftar lainnya dari seluruh Indonesia.
Namun hanya beberapa ide saja yang terpilih, sehingga akan langsung diimplementasikan dan biaya pembuatannya akan ditanggung oleh pemerintah.
Pembuatan alat tersebut juga tergolong tidak mahal, hanya membutuhkan peralatan yang total anggarannya sekita 30 Juta Rupiah.
"Kami sudah mengajukan dana untuk pembelian peralatan saja, yang peralatannya cukup murah," ujarnya.
Bhakti berharap agar alat ini nantinya dapat digunakan secara masif di fasilitas atau sarana umum, guna mencegah penyebaran Covid-19 di Indonesia.