Negara Ini Menjalankan Puasa dalam Waktu Singkat, Tapi Ternyata Ini Tantangan yang Harus Dihadapi!
Meski terlihat singkat, ternyata ada juga faktor godaan ketika menjalankan puasa di negara yang minoritas muslim.
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
SRIPOKU.COM - Jika ada durasi berpuasa dalam jangka waktu yang lama, maka tentu saja ada juga yang mengerjakan ibadah puasa dengan waktu singkat.
Hal ini dikarenaka tidak semua negara di dunia mengalami durasi waktu puasa yang ‘normal’ seperti wilayah di belahan bumi lainnya.
Beberapa mengalami waktu yang panjang seperti Italia (16 jam), Islandia (20 jam 6 menit), dan Greenland (20 jam delapan menit).
Di Indonesia sendiri, masyarakat muslim di dalamnya rata-rata menempuh waktu puasa selama 13 jam.
Tak hanya berdurasi panjang, beberapa negara juga memiliki durasi puasa yang lebih pendek dari Indonesia, yakni Chili (sekitar 9 jam) Argentina (11 jam 46 menit), dan Australia (11 jam 50 menit).
Meski terlihat singkat, ternyata ada juga faktor godaan ketika menjalankan puasa di sana. Berikut ini kelebihan dan kekurangan ketika berpuasa dalam waktu singkat.

• Durasi Puasa Hampir 22 Jam, Sahur Hanya 2 Jam! Inilah Negara dengan Waktu Puasa Paling Lama di Dunia
Berbuka tanpa harus menunggu lama
Hal pertama yang jelas jadi sisi kelebihan berpuasa di negara berdurasi singkat yakni kita tak perlu menunggu lama untuk berbuka.
Misalnya seperti di Chili yang cuma 9 jam, anggaplah kita sahur jam 3 pagi, maka jam 12 siang sudah boleh buka.
Tapi sebenarnya hal seperti ini sebenarnya tak serta merta bisa membuat iri hati.
Semuanya sudah diukur oleh Allah. Barangkali di negara-negara durasi singkat lebih banyak godaannya, apalagi jika negara-negara tersebut mayoritas penduduknya bukan umat Islam.
Waktu lebih panjang hingga hari puasa berikutnya
Hal menyenangkan lainnya dari negara dengan durasi puasa singkat adalah waktu yang lebih panjang sampai menjelang sahur.
Berbeda dengan kita yang seolah waktu dari buka sampai sahur seolah terasa singkat.
Lantaran waktu jeda puasa yang panjang, maka mereka yang ada di negara-negara seperti Chili dan Argentina, bisa lebih memanfaatkan waktunya.

• Inilah Menu Sehat untuk Santap Sahur dan Berbuka Puasa Selama Ramadan: Tumis Kangkung hingga Nugget
Tantangan berpuasa di negeri yang mayoritas non-muslim
Umumnya negara-negara dengan durasi puasa singkat mayoritas penduduknya adalah non muslim.
Nah, sisi ini bisa dibilang tidak enaknya. Bisa dibayangkan jika puasa tapi sekeliling kita orang-orang makan dengan bebasnya.
Tentu tidak mudah berpuasa dengan situasi semacam ini. Belum lagi anggapan aneh dari orang sekitar.
Berbeda dengan Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim.
Ketika bulan puasa datang maka semua akan menyesuaikan.
Adanya kebijakan pemerintah lokal mempengaruhi puasa
Karena rata-rata negara yang memiliki durasi berpuasa lebih singkat mayoritas merupakan non-muslim, terkadang kebijakan pemerintahnya bisa saja berbenturan dengan umat Islam yang tengah berpuasa.
Salah satu contohnya adalah Tiongkok, yang tetap memerintahkan restoran untuk tetap buka meski ada umat Islam setempat yang tengah berpuasa.
Tapi biasanya negara-negara yang sudah mengakui eksistensi muslim di dalamnya akan memberikan ruang, sehingga penduduk Islam di sana bisa melakukan ibadah dengan nyaman.
Semua sudah ada takarannya masing-masing, mau berpuasa di negara berdurasi singkat atau pun panjang.
Poin penting dari kegiatan puasa ini memang adalah bagaimana kita menahan semua hal yang bisa membatalkan. Termasuk hal-hal non teknis puasa, seperti lingkungan dan kondisi geografis.
Apa pun itu, semoga puasa kita lancar sampai hari penghujung nanti ya.