Berita Palembang
Kisah Pria Lumpuh di Palembang Bersama Anak & Istrinya Bertahan Hidup dari Belas Kasihan Orang
Tidak pernah terbayang di benak Zakaryah (78) akan menikmati masa tua yang menyedihkan.
Penulis: maya citra rosa | Editor: Yandi Triansyah
Laporan wartawan Sripoku.com Maya Citra Rosa
SRIPOKU.COM, PALEMBANG -- Tidak pernah terbayang di benak Zakaryah (78) akan menikmati masa tua yang menyedihkan.
Dua tahun terakhir kondisnya tak lagi bisa berjalan, jangankan untuk mencari nafkah, untuk sekedar berdiri saja dirinya tak mampu.
Padahal di dalam rumah ada istri dan anaknya yang butuh penghidupan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Saya sudah dua tahun terakhir tak bisa lagi kerja, karena kaki saya tak bisa lagi berjalan," kata Zakaryah, Sabtu (2/5/2020), saat ditemui di rumahnya di Karya Baru Kecamatan Alang Alang Lebar Palembang.

Saat lagi muda, pria kelahiran Muba ini bekerja sebagai tukang bangunan.
Namun sejak usianya senja, dirinya beralih profesi menjadi pemulung dan sesekali petugas pengambil sampah.
"Sejak saya tua ini, kerja saya cuma mengambil sampah dan pemulung," kata dia.
Namun sejak dua tahun ini dirinya tak bisa berbuat apa-apa untuk menghidupi anak dan istrinya.
Kondisi Zakaryah dan keluarga diperparah dengan keadaan sang istri Maryam (65) juga ikut terbaring.
Sejak beberapa bulan ia mengeluhkan sering sakit. Kakinya tak mampu lama berdiri.
Namun baik Zakaryah dan Maryam pasangan suami istri ini belum tau pasti apa sebab sakitnya, karena memang tak pernah periksa ke dokter atau di rumah sakit.
• Pasien Dinyatakan Sembuh Dari Covid-19 Di Sumsel Meningkat Drastis, Hari Ini Ada 6 Total 29 Pasien
• Perkembangan Kasus Covid-19 di Sumsel Berada Pada Fase Naik, JUmlah PDP Terus Meningkat
"Kami hanya mengandalkan bantuan dari orang, karena kami tak bisa kerja," kata dia.
Dengan kondisi lagi sakit, keduanya harus merawat sang anak bernama Rohana, yang mengalami ganguan mental.
Meski usia Rohana sudah dewasa, tapi sang anak tak bisa diharapkan, karena sejak lama kondisi dalam keadaan sakit.
Meski dalam kondisi lagi sakit, dengan usia tak lagi muda, memaksa pasutri ini harus melanjutkan kehidupan mereka.
"Sejak saya sakit, tak ada lagi pemasukan, untuk menyambung hidup cuma mengandalkan makanan atau uang yang dikasih warga," kata dia.
Sedihnya lagi, keluarga kecil ini harus tinggal di rumah berukuran 5x2 meter.
Ruangan yang kecil itu digunakan untuk tempat tidur dan sekaligus untuk memasak.
Sedangkan kamar mandi berada di luar rumah bagian belakang, dalam kondisi terbuka.
Pasokan air, mereka mengandalkan air sumur bewarna kecoklatan.
Saat malam mereka harus rela bergelapan. Sebab di rumah yang ia tumpangi tersebut tidak ada listrik.
Sehingga hanya mengandalkan penerangan dari lilin dan lampu emergency.
"Listrik tidak ada, air sumur, kalau lagi malam kami penerangan cuma mengandalkan lampu emergency, kalau lagi habis batre kami numpang ngecas sama warga sekitar," kata dia.
Beruntung keberadaa mereka cepat diketahui oleh relawan Sinergi Sriwijaya Palembang.
Pertemuan mereka tak sengaja, saat membagikan sembako di Jalan Sulaiman Amin, mereka diberi tahu warga bahwa ada keluarga yang lebih berhak menerima bantuan.
Karena relawan ini penasaran, akhirnya mereka menuju rumah yang ditumpangi pak Zakaryah sekeluarga.
Ternyata benar, ketika ditemui, kondisi ketiga sedang dalam keadaan sakit dan dalam kondisi kekurangan.
Relawan Sinergi Sriwijaya Aidil Fitri mengatakan, pihaknya sudah menyalurkan kebutuhan untuk Zakaryah sekeluarga selama dua pekan ke depan.
"Alhamdulillah kita bisa bertemu dengan pak Zakarya, dan kami bisa menyalurkan dana infaq sedekah dari umat kepada pak Zakaryah," kata dia.
Pihaknya berjanji, bukan kali ini saja pihaknya akan menyalurkan bantuan.
Pihaknya akan memantau terus menerus kondisi Zakaryah sekeluarga.
"Kami juga berharap dengan adanya bantuan ini, bisa menginspirasikan warga lainnya untuk membantu pak Zakaryah," kata dia. (*)