DESA Ini Sama Sekali tidak ada Jalan Raya, Suasananya Bak Negeri Dongeng di Dunia Nyata!
Giethoorn, Desa yang mendapatkan julukan Venice of Netherlands dan berada di Kotamadya Steenwijkerland, Provinsi Overjissel, Belanda.
Penulis: Nadyia Tahzani | Editor: Welly Hadinata
Nama Desa Giethoorn diambil dari Bahasa Belanda dan berasal dari kata Geitenhoorn atau dalam Bahasa Inggris Goat Horn yang berarti tanduk kambing.
Pada saat awal ditemukan, desa ini dipenuhi oleh tanduk kambing.
Diduga banyak kambing yang dihanyut oleh banjir bandang yang terjadi. Desa Giethoorn ini mulai dibangun pada tahun 1230 dan menjadi desa yang asri.
Rumah yang dibangun pun telah berdiri sejak kurang lebih 100 tahun yang lalu.
Desa Giethoorn mulai mendapat pengakuan dunia tahun 1958 saat menjadi latar film Fanfaer yang dibuat sutradara Belanda, Bert Haanstra.
Awalnya kawasan ini hanya digunakan khusus untuk para pejalan kaki, hingga mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
Dihuni kurang dari 3000 orang, mereka tinggal di kawasan privat di mana transportasi yang tersedia adalah perahu dan kayak

Venice of The Netherland
Desa Giethoorn juga disebut sebagai The Little Venice karena memiliki rumah yang dibangun diatas air.
Sehingga untuk menikmati keindahan desa ini, Teman Traveler harus menggunakan perahu, atau bersepeda dan jalan kaki.
Hal tersebut dikarenakan desa ini tidak memiliki jalan raya untuk mobil, hanya jembatan kecil yang berjumlah kurang lebih 176 jembatan.
Oleh karena itu, penduduk setempat setidaknya memiliki 2-3 perahu di rumah masing-masing. Inilah yang menyebabkan desa ini sangat tenang.
Selain itu, perahu yang beroperasi pun menggunakan motor listrik sehingga tidak menimbulkan polusi maupun suara.
Jika Teman Traveler mengunjungi desa ini menggunakan mobil, maka kendaraan Teman Traveler harus diparkir di luar desa.

• VIRAL Nasi Anjing Nasi Bungkus Stempel Logo Anjing yang Dibagikan ke Warga, Begini Klarifikasinya!
Beragam Atraksi Wisata
Teman Traveler di sini bisa menikmati segarnya udara tanpa polusi sambil mengelilingi desa menggunakan perahu.
Ketika mengelilingi desa, Teman Traveler juga akan ditemani dengan kicauan burung dan suara bebek milik penduduk setempat. Setelah lelah berkeliling desa, Teman Traveler bisa menikmati pemandangan yang asri sambil makan siang atau nongkrong di restauran dan kafe sekitar desa.