6 Fakta IDI Ungkap 1000 Kematian Pasien Corona, Banyak Berstatus PDP Diketahui Seusai Meninggal
Angka tersebut berbeda dengan yang terakhir disampaikan oleh juru bicara pemerintah terkait Covid-19 Achmad Yurianto yakni 535 orang.
SRIPOKU.COM-Ikatan Dokter Indonesia atau IDI mengungkap 1000 angka kematian pasien Covid-19.
Fakta ini menjadi data baru bagi kasus Corona di Indonesia.
Selain fakta kematian IDI juga mengungkapkan 6 fakta soal penanganan pasien Virus Corona yang terkesan lamban.
Persoalan tingginya angkat kematian yang mencapai 1.000 pasien Corona, disebab beberapa hal di mana termasuk pasien ODP dan PDP.
Fakta bahwa hasil tes terkesan lamban sehingga pasien PDP diketahui positif Corona setelah meninggal juga menjadi persoalan lain yang harus disikapi.
Berikut ini 6 Fakta IDI Ungkap 1000 Kematian Pasien Corona, yang diungkapkan oleh Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih:
1. Termasuk Pasien PDP Tetapi Sudah Meninggal
Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih menyebutkan jumlah kematian terkait virus corona di Indonesia mencapai 1.000 orang.
Angka tersebut berbeda dengan yang terakhir disampaikan oleh juru bicara pemerintah terkait Covid-19 Achmad Yurianto yakni 535 orang.
Daeng menjelaskan, jumlah 1.000 tersebut merupakan gabungan antara data korban meninggal dari pasien yang sudah dinyatakan positif Covid-19 dan korban meninggal yang statusnya masih pasien dalam pengawasan (PDP).
Saat dikonfirmasi, Daeng M Faqih menjelaskan bahwa data tersebut ia dapat berdasarkan laporan langsung rumah sakit kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
"Iya benar, kalau ditambahkan jumlah kematian yang positif Covid-19 dan PDP, itu akan lebih dari 1.000," kata Daeng saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/4/2020).
2.Kematian PDP Cukup Banyak
"Nah itu yang belum disampaikan oleh pemerintah. Kematian dengan status PDP ini banyak, kan tidak mungkin PDP yang meninggal lalu kita katakan itu pasti bukan Covid-19, kan enggak mungkin," lanjut Daeng.
Daeng menjelaskan, PDP yang meninggal kemudian oleh pihak rumah sakit dilaporkan juga sebagai kematian perawatan Covid-19.
Sebab status PDP saat berada di rumah sakit juga dirawat menggunakan prosedur Covid-19 dan saat meninggal dunia juga dimakakan dengan protokol pemakaman Covid-19.
"Angka PDP ini besar dan tidak bisa dihilangkan begitu saja," kata Daeng.
3.ODP dan PDP Cukup Tinggi
Pihaknya juga menyebut, angka ODP dan PDP di Indonesia cukup tinggi.
Dikutip dari web Kementerian Kesehatan RI angka ODP di Indonesia sebanyak 176.344 orang, sedangkan Jumlah PDP 12.979 orang.
4.Lamanya Hasil Tes Jadi Persoalan
Sementara jumlah tes yang dilakukan saat ini masih sedikit. Selain itu, Daeng juga menyoroti waktu yang diperlukan untuk mengetahui hasil tes juga memerlukan waktu beberapa hari.
Menurut Daeng, pemeriksaan virus corona di Indonesia masih sangat lambat.
5.PDP Baru Diketahui Status Setelah Meninggal
Sehingga sejumlah PDP statusnya baru diketahui hasilnya setelah pasien tersebut meninggal, atau bahkan ada yang tidak sempat diperiksa lalu meninggal.
"Masih lama dan kurang cepat. Volume per hari nya masih relatif kurang. Perlu percepatan testing, perlu lebih banyak, lebih luas dan massal supaya deteksi kasus bisa lebih cepat dan penanganan lebih cepat," ujar Daeng.
Ia menegaskan, apabila test Covid-19 dilakukan dengan cepat, maka kematian PDP dapat diketahui penyebabnya.
Kecepatan dan perluasan tes Banyaknya kasus PDP yang meninggal dan belum diketahui hasil tesnya,
Daeng menilai hal tersebut bisa menjadi masalah yang besar.
Hal itu yang menutnya perlu mendapatkan jawaban dan dicarikan akar permasalahannya.
"Agar tidak menjadi fenomena gunung es," kata Daeng.
6. Potensi Kasus Bisa Meningkat
Tak hanya soal angka kematian, Daeng juga menyebut bahwa kasus positif corona di Indonesia masih berpotensi akan meningkat lebih besar lagi.
Dia bahkan menyebut, bahwa data yang diupdate setiap harinya oleh pemerintah bisa jadi adalah data satu atau dua minggu yang lalu.
Sebab antara waktu pengetesan, proses dan pengumuman hasilnya bisa memakan waktu satu minggu.
Sehingga konteks pernyataanya terkait jumlah pasien meninggal terkait corona yang mencapai 1.000 itu juga berkaitan dengan jumlah tes yang sedikit dan waktunya yang lama.
Karena itu pihaknya mendorong agar tes virus corona di Indonesia dipercepat dan diperluas.
Daeng mengungkapkan, dengan tes yang dipercepat dan diperluas maka penemuan kasus akan semakin cepat dan tepat. Selain untuk menghindari fenomena gunung es yang ia sebut tadi.
"Yang ditemukan sekian, tetapi sebenarnya yang aslinya lebih besar dari itu," kata Daeng.
"Saya sebenarnya menekankan pesan dari Presiden Jokowi untuk mempercepat tes itu tadi karena angka positif atau kematian akan lebih besar bila itu dilakukan," pungkas dia.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "IDI Sebut Angka Kematian Terkait Corona di Indonesia Lebih dari 1.000 Kasus", https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/19/112918065/idi-sebut-angka-kematian-terkait-corona-di-indonesia-lebih-dari-1000-kasus?page=all.