Virus Corona

Aturan 'Longgar' Pemerintah Bisa Buat Gelombang Kedua Corona, Kata Ahli Usai Ramadhan Ini Terjadi

Untuk itu, kita juga harus bersiap pada gelombang kedua pandemi virus corona, jika sistem melemah.

Editor: Fadhila Rahma
kompas.com
corona 

SRIPOKU.COM - Ahli menyebut bahwa saat ini wabah virus corona di Indonesia belum mencapai puncak.

Untuk itu,  kita juga harus bersiap pada gelombang kedua pandemi virus corona, jika sistem melemah.

Hal ini disampaikan oleh Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof. Akmal Taher.

 

"Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun," kata Akmal dalam diskusi daring bertajuk Hari Kesehatan Dunia 2020: Aksi Nyata Masyarakat Sipil di Masa Pandemi, 9 April 2020.

Potensi terjadinya gelombang kedua pandemi di Indonesia ini bisa terjadi, kata dia, jika sistem yang saat ini sudah dibuat oleh pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.

Saat pandemi sudah mencapai puncaknya, sebaiknya pemerintah dan masyarakat tetap bekerjasama dan terus berkoordinasi untuk terus melakukan berbagai sistem strategis hingga transmisi Covid-19 ini benar-benar berakhir.

Pangeran Brunei Viral di Indonesia, Kekasih Abdul Mateen Jadi Sorotan, Ini Sosoknya!

Harus Siap Dimusuhi Prajurit, Anggota TNI Ini Beri Pesan Pilu, Kini Pensiun Dini, Ini Alasannya

KABAR DUKA Penyanyi Jebolan X Factor Indonesia Meninggal Dunia, Sempat Unggah Potret Terakhir Ini!

Jika tidak, maka bisa terjadi hal yang dialami China. Di mana transmisi ternyata masih terjadi saat masyarakat sudah merasa aman saat wilayahnya sudah melewati puncak pandemi.

Lantas, jika ada satu wilayah yang ditemukan lagi kasus infeksi, akan di lockdown wilayah tersebut.

Akmal berkata, saat jumlah kasus terjadi penurunan setelah mencapai puncaknya nanti. Bukan berarti di masyarakat tidak ada sama sekali transmisi atau penularan terjadi tanpa diketahui.

"Kalau sistem tetap jalan itu bisa teratasi. Tapi kalau sistem kita longgar. Wah, itu masih mungkin terjadi (gelombang kedua pandemi virus corona di Indonesia)," ujar dia.

Puncak pandemi di Indinesia menurut para ahli

Mengutip laman sehatq.com, berukut prediksi para ahli tentang puncak pandemi virus corona:

1. Prediksi ITB

Ahli dari Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (P2MS ITB) juga memprediksi bahwa pandemi corona akan berakhir pada akhir Mei atau awal Juni 2020. Dilansir dari Kompas, ITB memperkirakan bahwa jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya pada minggu kedua atau ketiga April 2020.

Prediksi ini berubah dari prakiraan P2MS ITB sebelumnya, yang memperkirakan bahwa pandemi akan selesai pada April 2020. Masih dari Kompas, prediksi ini berubah karena angka kasus Covid-19 yang terus bertambah dan berefek pada perhitungan parameter model yang digunakan. Perubahan tersebut juga memengaruhi perubahan proyeksi, baik dari sisi jumlah total kasus (akumulasi) dan puncak kasus.

2. Prediksi UGM

Ahli statistika dan alumni Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) memprediksi, pandemi Covid-19 akan berhenti pada 29 Mei 2020 di Indonesia, yang artinya berlangsung setelah Ramadan dan Idul Fitri atau Lebaran. Model yang dibuat dalam prediksi ini dinamai model probabilistik yang didasarkan pada data nyata, atau disebut dengan probabilistic data-driven model (PPDM).

3. Prediksi Guru besar UI

Hasbullah Thabrany, yang merupakan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, memprediksi bahwa kasus corona di Indonesia bisa selesai pada Mei 2020.

Dikutip dari Tempo, kemungkinan ini bisa terjadi apabila masyarakat bisa disiplin, seperti menjaga jarak dan tidak ada kontak tatap muka.

4. Prediksi BIN

Pada 13 Maret 2020 silam, Badan Intelijen Nasional (BIN) memprediksi bahwa kasus Covid-19 di Indonesia akan memuncak sekitar 60-80 hari sejak pengumuman kasus positif 2 Maret silam.

Berdasarkan hari tersebut, diperkirakan puncak dari kasus Covid-19 yakni tanggal 2 hingga 22 Mei 2020.

5. Prediksi Ahli UNS

Menurut Ilmuwan Matematika Universitas Sebelas, Sutanto Sastraredja, puncak Covid-19 di Indonesia bisa terjadi terjadi pada pertengahan Mei 2020.

Dilansir dari Kompas, prediksi ini didasarkan pada model SIQR. Sutanto juga menggarisbawahi bahwa wabah bisa berakhir bergantung pada kebijakan pemerintah.

PSBB bukan lockdown

Dijelaskan Akmal bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah ditetapkan oleh pemerintah bukanlah karantina wilayah atau berbeda dengan sistem lockdown yang diterapkan oleh negara China.

"Menurut saya kita lihat PSBB ini, lihat implementasinya. Kalau bagus kita support. Kalau tidak bisa dievaluasi," ujar dia.

Namun, disarankan oleh Akmal, seharusnya PSBB ini seharusnya tidak hanya ditetapkan atau diterapkan kepada daerah atau wilayah yang sudah banyak jumlah kasusnya saja.

Melainkan, seharusnya PSBB ini juga baik diterangi pada wilayah atau daerah yang saat ini masih relatif sedikit jumlah kasusnya.

Hal ini dimaksudkan untuk mencegah dan mengurangi potensi terjadinya transmisi atau penularan lokal.

"Bagusnya justru (wilayah) baru sedikit jumlah kasusnya itulah harus dikerjakan (PSBB) itu," tutur dia.

Jika di wilayah yang relatif masih sedikit juga sistem pencegahannya longgar, maka bisa berpotensi menjadi seperti Jakarta berikutnya.

Prinsip pencegahan sebenarnya adalah mencegah lokal transmision atau penularan virus SARS-CoV-2 yang terjadi antar masyarakat setempat, dan itu sudah harus dilakukan oleh banyak wilayah bukan hanya Jakarta.

"Kita mencegah terjadinya lokal transmision (virus corona), karena kalau sudah ada lokal transmision bisa jadi seperti Jakarta," jelas Akmal.

 

Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Indonesia Belum Sampai Puncak Pandemi Corona, Ahli Ingatkan Gelombang Kedua".

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved