KISAH Perjuangan Seorang Penjual Kue Pancong yang Mendorong Gerobak di Jalan yang Sepi Sunyi, SEDIH!
Perjuangan haru penjual kue ini mendorong gerobak dagangannya ditengah jalanan sepi dan saat itu tengah gerimis
Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Sebelumnya pun kakek tersebut dengan setia menemani sang istri yang menderita liver.
"Saya kaget pas dia bilang dari Semarang naik sepeda, nungguin istrinya sakit," ungkap Gilang.
• Kisah Haru Calon Prajurit TNI AL Ini Menangis saat Dinyatakan Lolos, Ternyata Ini Penyebabnya!
Menurut Gilang, sang kakek kemudian mengungkapkan bahwa istrinya yang dirawat di rumah sakit baru saja meninggal dunia pada Senin dini hari.
Istrinya lalu dimakamkan di Semarang oleh pihak rumah sakit.
Gilang lantas menanyakan mengapa istri kakek tersebut tidak dimakamkan di daerah tempat tinggalnya.
"Saya saja ke Semarang naik sepeda, Mas, karena gak punya biaya, apalagi bawa pulang jenazah istriku, biayanya lebih mahal," kata Gilang, menirukan kalimat sang kakek.
Gilang menceritakan, sebelumnya, kakek tersebut memang hanya tinggal berdua dengan istrinya karena mereka tidak memiliki anak.
Bahkan, menurut cerita si kakek, ia pun tidak memiliki sanak saudara di sekitarnya.
"Tambah sedih pas dia bilang gak punya anak sama saudara.
Saya gak nyangka ada orang yang dikasih ujian berat banget," tutur Gilang.
• Kisah Pemuda Merawat dan Menggendong Ibunya yang Lumpuh, Jadi Anak Yatim Sejak Dirinya Kelas 2 SD
Merasa prihatin melihat keadaan kakek tersebut, Gilang kemudian memberikan sebagian rejekinya untuk si kakek.
Kakek itu pun sangat berterima kasih pada Gilang.
"Pas (kakek) pamit, tanpa pikir panjang, aku kasih semua yang ada di dompet.
Aku cuma bisa bantu itu soalnya," kata Gilang.
"Mungkin semua orang yang ada di posisi saya melakukan apa yang saya lakukan ke Mbah itu," tambahnya.
Melalui Twitternya, Gilang juga menyampaikan rasa ibanya saat melihat sosok kakek tersebut.
"Saya iba dengan beliau, meski banyak musibah, dia tak sampai terang-terangan meminta uang kepada orang, apalagi sampai mengemis, tapi malah membagi doanya buat orang lain," ungkap Gilang di Twitter.
"Mungkin nanti ada yg berpikiran 'ah mungkin dia modus', 'ah dia pura-pura kasihan', 'ah riya', pemberian disebarin. Tidak ada sedekah yang tidak terbalaskan dan tidak ada pemberian yang tidak tergantikan," tambahnya.
• Kisah Anak Pemulung yang Tepat Waktu untuk Sholat Berjamaah, Rapi dan Wangi sebelum Masuk ke Masjid!
Gilang pun memberi pesan melalui pengalaman pribadi yang dibagikannya tersebut agar setiap orang dapat lebih bersyukur
Terlebih, bagi mereka yang masih memiliki sanak saudara di sekelilingnya.
"Bersyukurlah kita yang masih punya sanak saudara, mereka adalah orang yang pertama kita mintain tolong, orang yang datang di saat kita kena musibah," kata Gilang.
"Mungkin ada sebagian orang yang tidak akur sesama saudaranya, tapi yakinlah saudara tidak akan tega bila saudaranya dapat musibah," lanjutnya.
Kisah yang Gilang bagikan ini kemudian viral di media sosial.
Hingga Jumat malam, unggahannya telah dibagikan lebih dari 16 ribu kali dan disukai lebih dari 28 ribu orang.
Kisah pilu ini juga menyita perhatian banyak orang dan tak sedikit yang ikut merasakan kepedihan yang dialami si kakek.
@zhrarvie
66km ngontel, dalam keadaan patah hati dan kesal sama diri sendiri (emoji)
@humarara21
Ya ampun mbaaah, ini aku yang kemaren balik bawa motor aja lewat pantura capeknya setengah mati. Apalagi ini lewat purwodadi, sambil patah hati pulak (emoji)
@onetaraaa
belum lagi jatipohon kan jalannya nanjak tinggi ya mbak,otomatis pasti dituntun sepedanya.
wah udah gak kebayang betapa capeknya fisik si mbah ditambah lagi rasa patah hati (emoji)
Yuk follow Instagram Sriwijaya Post