Virus Corona
Tips Hindari Stres Saat #DiRumahAja di Tengah Virus Corona, Lakukan Ini Agar Mental Tak Terganggu!
Tips Hindari Stres Saat #DiRumahAja di Tengah Virus Corona, Lakukan Ini Agar Mental Tak Terganggu!
Penulis: Tria Agustina | Editor: Sudarwan
Tips Hindari Stres Saat #DiRumahAja di Tengah Virus Corona, Lakukan Ini Agar Mental Tak Terganggu!
SRIPOKU.COM - Wabah virus corona atau corona virus disease (covid-19) yang menjangkiti banyak manusia di sejumlah negara masih menjadi permasalahan serius terutama bagi Indonesia.
Hal ini lantaran korban yang semakin banyak bahkan ada yang meninggal dunia akibat virus corona atau corona virus disease (covid-19) ini membuat negara yang terjangkiti menjadi darurat.
Ditambah lagi dengan keterbatasan alat medis yang sangat dibutuhkan untuk membantu penyembuhan para pasien virus corona atau corona virus disease (covid-19).
Maka dari itu, untuk menekan laju penyebaran bahkan memutus rantai penyebaran virus corona ini, pemerintah menghimbau kepada rakyat untuk menerapkan karantina mandiri di rumah, menjaga kebersihan dan kesehatan.
Sehingga muncullah gerakan dengan tagar #DiRumahAja di media sosial.
Berbagai aktivitas mulai dari bekerja, belajar hingga beribadah dianjurkan untuk dilakukan di rumah.
Terkait hal ini, demi mencegah meluasnya virus corona yang telah menjadi pandemi karena memakan banyak korban jiwa.
Pandemi ini juga membuat masyarakat yang tinggal di rumah ikut cemas dan khawatir, sehingga menguji mental dan menyebabkan stres.
Namun, tak perlu cemas, tetap tenang dan jangan panik, berikut beberapa cara agar selama pandemi ini masih mewabah dan mengharuskan kita mengisolasi diri di rumah, lakukan hal berikut ini untuk menghindari stress.
• Ini Ternyata Terjadi di Pemakaman Saat Jenazah Virus Corona Dikuburkan, Kekhawatiran Penggali Kubur
Sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal medis The Lancet mencatat, dampak psikologis dari karantina bisa sangat besar, seperti kecemasan, kemarahan, depresi, hingga gangguan tidur.
Itu bisa menjadi masalah tidak hanya bagi orang-orang dengan masalah kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya, tetapi juga orang-orang dengan kesehatan psikologis yang tampaknya baik.
Berikut cara melindungi kesehatan mental di saat pandemi Covid-19 dikutip dari laman kompas.com.
Batasi berita dan filter informasi
Mendapatkan informasi merupakan hal yang penting, tapi membatasi asupan berita di saat pandemi tak kalah pentingnya untuk mengurangi perasaan panik dan cemas.
Caranya, batasi jumlah waktu untuk membaca atau menonton hal-hal yang tidak membuat Anda merasa lebih baik.
Tak lupa, cari waktu-waktu tertentu untuk memeriksa berita yang penting dan betul-betul dibutuhkan.
Menyaring informasi yang belum terkonfirmasi di media sosial atau aplikasi perpesanan juga menjadi salah satu alternatif terbaik.
Sebaiknya, Anda mencari fakta tentang Covid-19 serta memahami risiko aktual untuk diri sendiri dan orang-orang yang Anda sayangi.
Hal itu seperti yang direkomendasikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar lebih banyak mencari fakta dibandingkan rumor atau disinformasi.
Istirahat dari media sosial
Saat menjalani masa penguncian dan social distancing, media sosial banyak dipenuhi oleh orang-orang yang mengisi waktu mereka untuk menghilangkan kejenuhan.
Namun, tak adanya sensor di media sosial justru bisa menjadi bumerang bagi seseorang.
"Sebulan yang lalu saya mengklik tagar dan melihat semua sampah konspirasi yang tak terverifikasi. Itu membuat saya sangat cemas dan sangat putus asa," kata Alison, seorang pria dari Manchester, dilansir dari BBC.
Untuk itu, beberapa cara yang bisa dilakukan adalah membisukan kata-kata tertentu di media sosial Twitter yang memicu kecemasan, berhenti mengikuti akun provokatif, atau bahkan menonaktifkan akun.
Selain itu, membisukan grup WhatsApp serta menyembunyikan pos dan umpan di media sosial juga bisa dilakukan jika hal itu dirasa terlalu berlebihan.
Tetap Terhubung dan Menyibukkan Diri
Masa karantina yang mencegah seseorang untuk melakukan pertemuan dengan keluarga atau kolega mungkin akan membuat seseorang merasa bosan.
Agar tetap terhubung dengan orang lain, Anda bisa melakukan panggilan video bersama melalui sejumlah aplikasi.
"Setujui waktu check-in secara teratur dan usahakan agar tetap terhubung dengan orang-orang di sekitar Anda," kata Juru Bicara Badan Amal Kesehatan Mental Mind Rose Weatherley.
Selain itu, menjaga agar tetap sibuk juga penting bagi orang dewasa dan anak-anak di rumah.
Weatheley menyarankan agar melakukan keseimbangan antara rutinisas dan memastikan setiap hari memiliki variasi baru.
• Inilah Perbedaan Batuk Biasa dengan Gejala Virus Corona, Pahami Gejala Terinfeksi dari Hari ke Hari
KAPAN Pandemi Corona Segera Berakhir dan Kembali Normal, Berikut Penjelasan Para Ahli di Dunia!
Sejumlah negara mulai menutup perbatasannya. Tempat-tempat yang biasanya ramai, kini menjelma menjadi kota hantu karena berbagai kebijakan karantina wilayah hingga penutupan sekolah dan pembatasan kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Situasi ini merupakan respons terhadap wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tapi, kapankah semua ini berakhir dan kapankah kita bisa kembali ke kehidupan normal?
Perdana Menteri Boris Johnson menyatakan bahwa ia yakin Inggris akan menangani virus corona dalam 12 minggu ke depan dan negara tersebut dapat mengakhiri wabah ini segera.
Tapi kalau pun angka kasus mulai menurun dalam tiga bulan ke depan, kita masih jauh dari akhir masalah.
Butuh waktu lama hingga badai benar-benar berlalu - mungkin butuh tahunan.
Strategi karantina wilayah dan berbagai pembatasan sudah jelas tidak dapat diterapkan terus-menerus karena konsekuensi ekonomi dan sosialnya akan terlalu besar dan mengganggu.
Apa yang dibutuhkan semua negara yang kini tengah bertarung menghadapi wabah adalah "strategi keluar" - sebuah cara untuk menghentikan berbagai kebijakan pembatasan dan mengembalikan kehidupan normal.
Tapi virus corona tidak akan menghilang dalam waktu dekat.
Jika pembuat kebijakan membatalkan berbagai karantina wilayah, jumlah kasus bisa melonjak tajam.
"Kita punya masalah besar dengan apa strategi keluar yang baik dan bagaimana mengakhiri semua ini," kata Mark Woolhouse, profesor epidemiologi penyakit menular di University of Edinburgh.
"Tidak hanya Inggris, tidak ada satupun negara yang punya strategi keluar."
Pandemi ini merupakan tantangan ilmiah dan sosial yang sangat serius.
- vaksinasi
- cukup orang yang mengembangkan kekebalan tubuh dari infeksi
- atau mengubah perilaku masyarakat secara tetap
Masing-masing pendekatan ini dapat mengurangi kemampuan virus untuk menyebar.
Vaksin - setidaknya 12 - 18 bulan lagi
Vaksin dapat memberikan ketahanan tubuh terhadap seseorang sehingga mereka tidak akan sakit jika terpapar.
Berikan vaksin ke banyak orang, atau setidaknya 60% dari populasi, dan virus tidak akan menimbulkan wabah - konsep yang dikenal sebagai herd immunity atau imunitas kelompok.
Orang pertama telah diberikan vaksin yang tengah diuji coba di Amerika Serikat minggu ini setelah peneliti mendapatkan izin untuk melewatkan tahapan uji pada binatang.
Penelitian untuk menemukan vaksin dilakukan secara cepat, tapi tidak ada garansi jika upaya ini berhasil dan akan dibutuhkan imunisasi secara global.
Perkiraan terbaik memprediksi vaksin akan tersedia dalam 12 sampai 18 bulan jika semua berjalan lancar. Ini merupakan waktu yang lama jika membayangkan harus ada karantina wilayah sepanjang waktu tersebut.
"Menunggu vaksin tidak seharusnya dianggap bagian dari strategi, itu bukan strategi," kata Prof Woolhouse kepada BBC.
Imunitas alami - setidaknya dua tahun lagi
Salah satu strategi jangka pendek Inggris adalah untuk menekan angka kasus untuk menghindari lonjakan pasien yang membebani rumah sakit - saat sebuah negara kekurangan kasur perawatan intensif, angka kematian akan melonjak.
Setelah kasus berhasil ditekan, sebuah negara akan punya sedikit keleluasaan untuk mengurangi pembatasan untuk sementara waktu - hingga ada kenaikan kasus dan pembatasan kembali dibutuhkan.
Kapan ini dapat terjadi, masih menjadi pertanyaan. Kepala penasihat sains, Sir Patrick Vallance, mengatakan "menentukan tenggat waktu adalah hal yang tidak mungkin dilakukan."
Melakukan hal ini dapat, secara tidak sengaja, menciptakan imunitas kelompok karena semakin banyak orang terinfeksi.
Tapi pendekatan ini butuh waktu tahunan, menurut Prof Neil Ferguson dari Imperial College London: "Kita berbicara tentang menekan penularan pada level di mana, jika memungkinkan, hanya sedikit dari populasi yang terinfeksi."
"Jadi, pada akhirnya kita akan melanjutkan ini untuk dua tahun atau lebih mendatang, mungkin pada saat itu sudah cukup orang terinfeksi untuk menciptakan perlindungan kelompok."
Tapi ada pertanyaan seputar sampai kapan imunitas ini akan bekerja. Varian virus corona lainnya, yang menimbulkan gejala demam biasa, menciptakan respons imun yang lemah dan manusia dapat terkena virus yang sama berkali-kali sepanjang hidupnya.
Alternatif - tidak ada akhir
"Opsi ketiga adalah perubahan secara permanen perilaku masyarakat yang membantu kita untuk menekan penularan," kata Prof Woolhouse.
Opsi ini menuntut pemerintah untuk tetap memberlakukan beberapa kebijakan yang sudah diterapkan. Atau meningkatkan tes cepat dan isolasi pasien untuk berusaha menekan wabah.
"Kita sudah melakukan deteksi dini dan pelacakan kontak tapi metode itu tidak efektif," Prof Woolhouse menambahkan.
Mengembangkan obat-obatan yang dapat menangkal infeksi Covid-19 dapat membantu strategi lain juga.
Obat-obatan ini dapat digunakan sesegera mungkin setelah seseorang menunjukkan gejala dalam proses yang disebut "pengendalian penularan".
Atau merawat pasien di rumah sakit untuk membuat penyakitnya tidak terlalu mematikan dan mengurangi tekanan terhadap ruang gawat darurat. Ini dapat memungkinkan banyak negara untuk menangani kasus sebelum kembali memberlakukan karantina wilayah.
Meningkatkan jumlah ranjang di unit gawat darurat akan menimbulkan efek yang sama dengan peningkatan kapasitas penanganan wabah yang lebih besar.
Saya bertanya pada kepala penasihat medis Inggris, Prof Chris Whitty, apakah jalan keluar yang ia miliki.
Ia berkata: "Untuk jangka panjang, yang jelas vaksin adalah salah satu jalan keluar dari semua ini dan kita semua berharap ini akan terjadi secepatnya."
Dan jika "di tingkat global, sains dapat menawarkan solusi".