Pertimbangkan Ini Jika Ingin Raih Untung Di Tengah Wabah Virus Corona

Investasi di tengah ketidakpastian global tentu sangat berisiko. Hal ini umumnya terjadi di pasar modal yang rentan dengan sentimen.

Editor: Bejoroy
Net
investasi. 

SRIPOKU.COM , JAKARTA - Investasi di tengah ketidakpastian global tentu sangat berisiko. Hal ini umumnya terjadi di pasar modal yang rentan dengan sentimen.

Ada banyak investor yang cenderung memindahkan asetnya dari aset berisiko ke aset aman.

Untuk mengantisipasi kondisi yang tidak diinginkan, ada beberapa cara yang bisa dilakukan investor agar investasinya tetap cuan.

Ingin Investasi Reksadana? Pahami Dulu Risiko yang Ditanggung

Inilah 3 Zodiak Cowok Selalu Ada Waktu untuk Pacar: Cancer Sabar, Berempati, Penyayang, Romantis

Budi Hikmat, Director for Investment Strategy PT Bahana TCW Investment Management mengatakan, berdasarkan pengalaman melintasi berbagai krisis, kondisi saat ini nampak berbeda bila dibanding menjelang krisis 2008.

Saat itu, sikap terbaik adalah menahan ketamakan (controlling the greed) karena valuasi saham sudah terlalu tinggi dan jauh melebihi acuan normatif pertumbuhan GDP nominal.

Jangan lupa subscribe, like dan share channel Youtube Sripokutv di bawah ini:

"Saat ini, kita perlu mengelola rasa takut (managing fear). Masih ada asset investasi yang menarik terutama SBN yang justru menjadi prasyarat peluang cuan saham,” kata Budi, Rabu (4/3/2020)

Budi juga mengatakan, ketepatan membaca angka dan analisa oleh investor sangat penting untuk menentukan sikap terutama mengantisipasi peluang cuan ketika terjadi krisis.

"Kendati valuasi dianggap sudah murah, investor tetap perlu berhati-hati terhadap adanya potensi koreksi harga saham, sehingga sikap menunggu menjadi lebih tepat,” ujarnya.

Sementara itu, Victoria Christa selaku Brand Communications Manager perusahaan investasi PT Takjub Teknologi Indonesia (Ajaib) mengatakan, ada dua hal yang bisa dilakukan oleh investor untuk menyelamatkan asetnya, antara lain switching ke reksa dana pendapatan tetap (RDPT), reksa dana pasar uang (RDPU) dan investasi emas.

"Bagi mereka yang tidak siap dengan perubahan nilai drastis di reksa dana saham, kami menyarankan untuk mengalihkan dana investasi ke dua instrumen ini. Apalagi mengingat bahwa obligasi sedang naik daun," kata Victoria kepada Kompas.com.

Ia mencontohkan, dalam penawaran lelang SUN yang mencapai titik tertinggi yakni Rp 127 triliun pada Februari ini, dibanding rekor sebelumnya di Januari Rp 96,9 triliun.

Top Up Reksa Dana Saham
Selanjutnya, investor bisa menggunakan metode value-averaging. Ketika pasar saham jatuh, nasabah dianjurkan untuk melakukan top-up pada reksa dana saham (RDS) mereka.

Kelompok muda usia semisal pelajar dan mahasiswa mendapat kesempatan mengenal risiko berinvestasi. Salah satunya melalui reksa dana.
Ilustrasi. (Primus)

Fungsinya agar portofolio RDS mengalami keseimbangan. Karena mereka yang top-up sebelum pasar jatuh, bisa dikatakan membeli RDS dengan harga lebih mahal.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved