Kartini Milenial Award 2020

Masa Kecil Kelam tidak Membuat Natalia Trauma, Kulit Kayu Mengubahnya Jadi Wanita Menginspirasi

Memiliki kekurangan bukan berarti menghalangi seseorang untuk sukses dalam berkarir, contohnya Natalia.

Penulis: Nadia Elrani | Editor: Refly Permana
tribunsumsel.com/berto
Natalya, salah satu finalis Kartini Milenial Award 2020. 

SRIPOKU.COM, PALEMBANG - Memiliki kekurangan bukan berarti menghalangi seseorang untuk sukses dalam berkarir, contohnya Natalia.

Natalia (36) sudah terganggu pendengarannya sejak kecil.

Akibat kondisinya ini, dirinya sering dibully sejak sekolah.

Bahkan bullyan itu berlanjut hingga dirinya masuk kuliah.

Perundungan yang dialaminya sejak kecil sudah tentu membuat hidupnya terasa berat.

Bikin KTP tak Kunjung Selesai, Warga Palembang Ngaku Rogoh Kocek Hingga Rp 200 Ribu

"Dulu saya ingin berhenti sekolah saja. Namun orangtua saya selalu bilang untuk menyelesaikan," ujarnya saat interview penjurian Kartini Milenial Award 2020 atau KMA 2020, Rabu (26/02/2020).

Meski memiliki pengalaman yang pahit, Natalia tak ingin menyerah dan ingin membuktikan jika dirinya juga bisa seperti orang lain.

Dengan mengikuti ajang KMA 2020 ini, Natalia berharap perempuan Indonesia bisa lebih maju, kreatif, inovatif dan mengubah pandangan mereka bisa maju.

"Perempuan yang memiliki kekurangan juga bisa!" ujarnya.

Sebagai sosok perempuan yang memiliki semangat tinggi, Natalia melihat Kartini sebagai sosok yang kuat, inspiratif, jiwanya selalu berorientasi maju.

Wanita menurutnya harus memiliki potensi dan serba bisa.

Bikin KTP tak Kunjung Selesai, Warga Palembang Ngaku Rogoh Kocek Hingga Rp 200 Ribu

Natalia atau yang akrab disapa Nana adalah perempuan berusia 35 tahun yang memiliki usaha kerajinan tangan, Rifera.

Awalnya, Nana tertarik melihat berbagai tas cantik dari kulit kayu yang dijual di salah satu pameran saat dia berlibur ke luar kota beberapa tahun lalu.

Akhirnya, dengan berbekal keyakinan pada 2018 Nana, sapaan akrabnya, memberanikan diri memproduksi tas kulit kayu dengan jenama Rifera dengan pengombinasian kain khas Palembang, kain jumputan dan songket.

Sebelumnya perempuan lajang ini telah menggeluti bisnis kerajinan sejak 11 tahun lalu atau tepatnya pada tahun 2009.

Pramugari Maskapai Penerbangan Asal Malaysia Ini Sudah Satu Tahun Tanamkan Gerakan Anti Plastik

"Ternyata memang di Palembang saat itu masih langka tas kulit kayu. Bersyukur sekali tas ini digemari kalangan konsumen lokal. Pernah juga ada wisatawan dari Vietnam yang memborong tas kulit kayu ini," jelas Natalia, Rabu (5/2/2020).

Berbagai jenis produk tas kulit kayunya ini dibanderol dengan harga mulai Rp250 ribu hingga Rp1 juta tergantung model tas dan tingkat kerumitan pembuatannya.

Dalam sekali produksi Nana yang dibantu lima orang karyawannya dapat menghasilkan 20-30 buah tas yang terdiri dari tas tangan, ransel, waist bag, dan model tas lainnya.

Adapun tempat produksi tas-tas cantiknya ini beralamat di Perumahan Griya Maju Jl Sako Baru, Kota Palembang.

"Untuk potong pola ada dua karyawan perempuan dan untuk penjahitan ada tiga orang karyawan laki-laki," kata Nana.

Untuk pemasaran, selain mengikuti beragam pameran produk dia juga memanfaatkan promosi dan penjualan lewat Facebook dan Instagram.

6 Artis Ini Menikah dengan Bosnya Sendiri, ada yang Sempat Jadi Kontroversi, No 2 Jadi Istri Menteri

Dua kanal penjualan ini ditujukan agar produknya tidak hanya terjual dengan baik di kawasan lokal namun juga bisa dilirik oleh konsumen lain di luar Sumsel.

Nana menambahkan, jika terkendala bahan baku kulit kayu yang harus dipasok dari Jawa dia pun memproduksi produk tas lain agar usahanya tetap berjalan.

Selain itu, dia juga membuat produk tas kerajinan lainnya, bros, kotak tisu dan boneka flanel.

Jika sedang ramai pembeli, dalam sebulan Nana bisa mengantongi omzet yang lumayan besar yaitu mencapai belasan juta.

Meski demikian, Nana mengakui menekuni usaha tidak hanya menggantungkan pada penjualan saja namun harus mendapatkan hati di kalangan pelanggan setia.

"Jadi, pengusaha harus pintar-pintar berkreasi. Saya juga terus berinovasi.

Kalau ada model tas lain yang sedang menjadi tren dan di Palembang belum ada saya memproduksinya," ujarnya.

Sumber: Sriwijaya Post
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved