Perjuangan Guru SD Bertaruh Nyawa Terobos Banjir, Demi Bisa Mengajar

“Namanya suami ya begitu, mana tega melihat istrinya kesusahan. Biasanya dia (Gunawan) nyuruh libur dulu, kalau hujan deras, karena sudah pasti banjir

Editor: Yandi Triansyah
KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA
Yuliana, guru SDN 3 Bandar Agung, Lampung Utara nekat menerjang banjir setinggi dada untuk pergi mengajar. (Foto: tugiadr/facebook)(KOMPAS.com/TRI PURNA JAYA) 

SRIPOKU.COM, LAMPUNG -- Meski banjir pagi itu, setinggi dada orang dewasa, tak mneyurutkan niat 

Yuliana, guru SD 3 Bandar Agung, Muara Sungkai, Kabupaten Lampung Utara, pergi mengajar.

Ia bertaruh nyawa, dengan menerobos genangan air untuk bisa sampai ke sekolah.

Tak mengapa, meski harus basah basahan, yang terpnting baginya bisa mengajar.

Hari masih teramat pagi. Matahari belum muncul, Yuliana sudah bersiap pergi.

Pakaian dinas harian warna cokelat dan sepatu pantofel.

Dia merapikan tepian jilbab berwarna merah muda yang dikenakannya.

Tas jinjing warna hitam disampirkan di bahu. Baru hendak melangkah, Yuliana mendengar panggilan suaminya, Gunawan dari dalam rumah.

“Sudahlah, Bu, izin aja, libur ngajar dulu hari ini. Pasti banjir lagi, semalam (hujan) deras,” kata Gunawan. Seperti dikutip dari Kompas.com, Jumat (24/1/2020).

Cuaca pagi itu, Rabu (22/1/2020) di Kampung Bandar Agung, Kecamatan Muara Sungkai gerimis rintik-rintik.

Malam sebelumnya, hujan deras mengguyur kampung di Kabupaten Lampung Utara itu.

“Namanya suami ya begitu, mana tega melihat istrinya kesusahan. Biasanya dia (Gunawan) nyuruh libur dulu, kalau hujan deras, karena sudah pasti banjir di jalan arah ke sekolah,” kata Yuliana saat ditelepon, Kamis (24/1/2020) siang.

Harimau Ditangkap di Muaraenim, Kondisinya Kritis & tak Mau Makan, tapi Lihat Manusia Mengaum

Bukan sekali dua kali Yuliana harus menerobos banjir untuk pergi ke sekolah tempatnya mengajar sejak 1992 itu.

Pilihan untuk jalan kaki dan menerjang banjir itu dia anggap jauh lebih aman daripada harus menggunakan sepeda motor melewati jalan umum.

Melalui jalan kabupaten itu, kata Yuliana, justru lebih lama, karena harus memutar dan kendaraan berjalan merayap.

“Jalannya itu, bukan rusak, tapi hancur, lubang dimana-mana. Kalau hujan pasti licin. Bahaya,” kata Yuliana.

Tak ada pilihan, dengan pertimbangan keselamatan, Yuliana pun nekat menerjang banjir sejauh 3 kilometer menuju perbatasan kampung dimana SD 3 Bandar Agung berlokasi.

“Saya bawa baju ganti,” kata Yuliana.

Yuliana mengakui, tidak mudah berjalan di lokasi banjir, terlebih kontur tanah adalah perkebunan dan agak berlumpur.

Yuliana pun pernah beberapa kali terjatuh sampai seluruh isi tasnya basah. “Mau bagaimana lagi, namanya tugas, Mas. Ya, dijalanin aja,” kata Yuliana.

Meski kondisi seperti itu, Yuliana tidak menginginkan bantuan perahu karet.

Dia mau pemerintah daerah menimbun dan memperbaiki jalan umum yang hancur itu.

“Harusnya ditimbun, agar lebih tinggi dari pinggiran. Daerah sini kebun dan rawa. Juga dekat Sungai Sungkai, kalau musim hujan begini pasti banjir. Lalu dibuatkan talud dan drainase juga,” kata Yuliana.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved