Cerita Dokter Selamatkan Bocah dari Gigitan Ular Keramek Mematikan, Darah tidak Bisa Mengumpal

Bisa pada ular ini, mengandung toksin yang dapat menyebabkan darah tidak bisa menggumpal lalu membuat kerusakan pada otot, sitoplasma serta kegagalan

Editor: Yandi Triansyah
dok Tri Maharani
Dokter Tri Maharani (kiri) dan Martinus, seorang remaja berusia 12 tahun asal Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang selamat dari gigitan ular berbisa. (dok Tri Maharani) 

Cerita Dokter Selamatkan Bocah dari Gigitan Ular Keramek Mematikan, Darah tidak Bisa Mengumpal

SRIPOKU.COM -- Dokter Tri Maharani Ahli Toxinologi RS Daha Husada Kediri, Jawa Timur, mengaku terharu sekaligus senang, menyelamatkan Martinus, seorang remaja berusia 12 tahun asal Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), dari gigitan ular bandotan puspo atau disebut ular keramek di NTT.

Bisa pada ular ini, mengandung toksin yang dapat menyebabkan darah tidak bisa menggumpal lalu membuat kerusakan pada otot, sitoplasma serta kegagalan fungsi ginjal mendadak.

"Kasus berat korban Daboia Ruseli Siamensis ini berhasil selamat dan sebagai kasus pertama di Indonesia yang berhasil kami data," ungkap Tri ketika dihubungi Kompas.com melalui sembungan telepon, Jumat (24/1/2020). Seperti dikutip dari Kompas.com.

Menurut ahli toksikologi ini, jenis ular sangat berbisa yang menyerang Martinus diidentifikasi sebagai Daboia ruselli siamensis.

Ular Bandotan puspo ini memiliki bisa yang sangat kuat sehingga kerap disebut sangat berbisa.

"Daboia ruselli siamensis adalah ular golongan Viperia ruselli," sambung Maharani.

Menurut dia, berdasarkan riset dari dr Tan Malaysia, toksin ular ini memiliki bersifat antara lain hemotoxin, myotoxin, cytotoxin, dan neurotoxin.

Jenis ular ini, lanjut dia, memang langka karena di Indonesia hanya ada di beberapa daerah saja dengan kondisi kering dan ditumbuhi ilalang.

"Ular ini hanya ada di Pulau Jawa, itu pun di Gresik dan Surabaya, Jawa Timur, dan tahun 2019 sempat ada satu pasien di Tulungagung, dan dua tahun lalu di Semarang, tetapi tidak terkonfirmasi karena dua-duanya meninggal dunia," tutur Tri.

Digigit saat menggembalakan ternak Wakil Bupati Lembata Thomas Ola Langoday berterima kasih kepada Dokter Maharani yang telah membantu warganya.

"Dokter ini ahli racun ular berbisa. Kami beri apresiasi karena saat berkunjung ke Lembata bertepatan dengan kasus ini dan beliau membawa juga obat anti racun ular berbisa," ujar Thomas, saat dikonfirmasi via telepon seluler, Jumat (24/1/2020) pagi.

Terhadap kejadian itu, lanjut Thomas, Pemda Lembata akan meminta bantuan Pemerintah Pusat untuk ikut membantu pengadaan obat anti racun ular berbisa ini.

"Anak yang kena gigitan ular sampai saat ini masih menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Lewoleba, Lembata," ujarnya.

Thomas menyebutkan, remaja malang itu digigit ular sangat berbisa pada kakinya saat sedang menggembalakan ternak sapi, Selasa (14/1/2020) lalu.

"Gigitan ular yang di Lembata kami sebut dengan nama ular Keramek itu, menyebabkan anak ini mengalami pendarahan dari hidung dan mulut, hingga nyaris meninggal," ujar Thomas. Beruntung, lanjut Thomas, remaja itu akhirnya bisa selamat.

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved