Kisah Pilu Janda Asal Kalimantan, Jadi Pengantin Pesanan China, Bapak Mertua Mulai Kurang Ajar

"Bulan Desember bapaknya mulai kurang ajar. Saya menerima pelecehan seksual. Saya kasih bukti ke suami, tapi dia tidak percaya. Saya dipukul kayu."

Editor: Yandi Triansyah
BBC News
Merry, salah seorang korban pengantin pesanan China, membeberkan kisahnya.(BBC News) 

"Saya pikir kalau saya tidak ambil peluang itu, seumur hidup saya akan terus di rumah suami," ucapnya.

Di pabrik itu, Merry ditugasi menyusun gelas ke dalam kardus. Walau keluar rumah, ibu mertua Merry tetap menunggui dan mengawasinya di pabrik. Meski begitu, Merry berkata itu adalah peluang terbesarnya untuk kabur dan pulang ke Indonesia.

"Saya berdoa terus dalam hati. 'Kalau memang ini peluang saya kabur, Tuhan tolong saya.' Saya menunggu kesempatan terus."
"Hari ketujuh kerja di sana, sekitar jam 12 siang, saya lihat ada pintu untuk naik ke tembok, saya panjat walaupun tidak tahu apa di balik dinding itu. Ternyata kandang babi, saat saya lompat mereka teriak, saya berlari sejauh mungkin." "Saya cari taksi.

Saya bilang ke sopir mau ke KBRI, tapi dia tidak mengerti bahasa saya. Saya cuma bilang, 'Beijing, Beijing!'" Dan itu bukanlah akhir dari pelarian Merry.

Uang di kantongnya tak cukup mengantarnya ke Beijing. Sopir taksi membawa Merry ke kantor kepolisian.

Di sana, kata Merry, ia tak mendapatkan jaminan mendapat pertolongan untuk pulang ke Indonesia. Ia mengaku diinapkan kepolisian setempat di sebuah kamar sewaan selama sepekan.

Tak ada bekal makanan atau minuman, seminggu itu Merry bertahan dengan cara meneguk air keran. Selama penantiannya itu, Merry bertemu perempuan pengantin pesanan asal Indonesia.

Lia, nama perempuan itu, menyarankan Merry menuliskan kondisi dan rencananya untuk pulang ke Indonesia ke Facebook.

Dan dari unggahan itulah, Serikat Buruh Migran Indonesia mengenal Merry dan akhirnya membantu kepulangannya.

Merry hingga kini belum dapat melupakan rentetan peristiwa di China yang ia sebut mengerikan.

Saat saya menemuinya di Landak, Merry hanya berdiam diri di rumah orang tuanya. Ia mengaku sesekali ke ladang membantu ayahnya mencari sayuran di pinggir hutan.

Merry belum berpikir untuk kembali bekerja. Perundungan tetangga membuatnya kecil diri.

Cercaan juga didapatkan anaknya yang sekarang duduk di bangku kelas empat SD.

"Tetangga saya bilang 'anak saya anak pelacur, mamamu lonte'. Anak saya yang paling kecil kalau pulang sekolah biasanya nangis karena malu," ujar Merry.

"Dia mengeluh, 'Ma kalau kita ada uang, kita pindah ya dari sini. Aku tidak tahan'. Saya bilang, 'Biarlah orang mau ngomongin kita apa, kita terima saja.'"

"Berat sekali mendengar orang mencibir kita, mau mencari kerjaan pun malu. Sekarang saya cuma bertopang pada bapak. Saya cuma bisa cari rebung dan sayur di hutan," tuturnya.

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved