Instagram Mulai Sembunyikan Jumlah 'Like', Indonesia Jadi Negara Ujicoba dan Ini Alasan Dibaliknya!

Instagram Mulai Sembunyikan Jumlah 'Like' di Indonesia, Ini Alasan Dibaliknya serta Tanggapan Ahli

Penulis: Tria Agustina | Editor: Welly Hadinata
Tribunnews.com
Instagram Mulai Sembunyikan Jumlah 'Like' di Indonesia, Ini Alasan Dibaliknya serta Tanggapan Ahli 

Pengguna pun akan lebih fokus pada konten yang diunggah, tidak sekadar adu banyak likes.

"Tujuannya adalah untuk mengurangi tingkat kecemasan dan mengurangi komparasi sosial," jelas Adam, dihimpum KompasTekno dari Tech Crunch, Senin (15/11/2019).

Mahasiswi Musi Rawas Terkapar Ditembak, Karena Disangka Maling yang Bongkar Rolling Door

Ilustrasi - Instagram Error. (LINE Today)
Ilustrasi - Instagram. (LINE Today) (https://www.google.co.id/)

Pasha Ungu Terperangah Lihat Jenderal Polisi Ini, Kapolri Jenderal Pol Idham Azis Mendadak Bongkar

Instagram Sembunyikan Like untuk Kesehatan Mental

Dilansir dari Kompas.com, Jumat (15/11/2019); CEO Instagram Adam Mosseri menyebut langkah ini diambil perusahaannya untuk mengurangi tingkat kecemasan dan komparasi sosial, serta melindungi kesehatan mental penggunanya.

Namun, benarkah menyembunyikan like bisa mengurangi tingkat kecemasan dan komparasi sosial, bahkan meningkatkan kesehatan mental penggunanya?

Anak Indigo Ungkap Ada Benda Pusaka di Bawah Rumah Rp 50 Miliar Ashanty & Anang Sedalam 40 Meter

Media Sosial dan Kesehatan Mental Dilansir dari Medscape, Kamis (14/11/2019); sebuah survei pada tahun 2017 terhadap 790 remaja Amerika Serikat melaporkan bahwa media sosial bisa memiliki dampak positif dan negatif.

78 persen melaporkan bahwa media sosial membuat mereka lebih dekat dengan temannya, 49 persen mendapat lebih banyak informasi dari media sosial dan 42 persen membantu menghubungkan mereka dengan keluarga.

Namun, 15 persen melaporkan merasa tertekan untuk selalu menunjukkan versi terbaik dirinya di medsos, 10 persen merasa kelebihan informasi dan 9 persen merasa cemas kalau ketinggalan informasi (FOMO).

LRT Turut Layani Atlet Bowling World Cup 2019 Menuju Jakabaring Pebowling Dunia Terhindar dari Macet

Ilustrasi aplikasi Instagram
Ilustrasi aplikasi Instagram (REUTERS/Charles Platiau)

Survei juga menunjukkan bahwa 58 persen pernah berhenti dari setidaknya satu jenis media sosial.

Sue Varma, MD, seorang psikiatris dan clinical assistant professor di NYU Langone Medical Center in New York City, berkata bahwa bagi orang dewasa, media sosial bisa menjadi tantangan.

Apalagi bagi remaja yang otaknya dan citera dirinya masih berkembang.

"Remaja tidak seharusnya mengkhawatirkan nilai dirinya, di dunia nyata maupun di dunia siber.

Biarkan media sosial menjadi tempat berekspresi, berkreasi dan berkoneksi, bukan berkompetisi," ujarnya.

8 Tanaman Beracun Paling Mematikan di Dunia, Tumbuh di Indonesia, Berikut Ini Cara Mengetahuinya!

Dia mengakui bahwa kompetisi dan perbandingan sosial sudah ada sejak dulu dan akan selalu ada, tetapi internet dan media sosial telah membuat fenomena ini semakin luas.

Fitur likes, ujarnya mencontohkan, sengaja didesain untuk membuat otak selalu membutuhkannya dan menjadi pecandu media sosial.

Eza Gionino Pantang Mundur Meski di Penjara Lagi, Murka Nyawa Anaknya Diancam Penjual Ikan Arwana!

Tanggapan Ahli 

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved