Aktivis Walhi Tewas Misterius, Tempurung Kepalanya Pecah Pasca Ditemukan di Jembatan Flyover

Aktivis Walhi Tewas Misterius, Tempurung Kepalanya Pecah Pasca Ditemukan di Jembatan flyover

Editor: Hendra Kusuma
Istimewa
Aktivis Walhi Tewas Misterius, Tempurung Kepalanya Pecah Pasca Ditemukan di Jembatan Flyover 

Polrestabes Medan sudah menurunkan tim untuk menyelidiki kasus kematian Golfrid Siregar. Menurut Kasat Reskrim Polrestabes Medan, Kompol Eko Hartanto, segera menemui keluarga korban. "Tujuan pertemuan itu, agar dilakukan autopsi untuk mengetahui penyebab kematian Golfrid Siregar,” katanya.

Eko Hartanto mengatakan, Minggu malam, kepolisian sudah berkoordinasi dengan Polsek Delitua. Karena, awal dibuatkan laporan kecelakaan lalu lintas yang disebut-sebut sebagai penyebab kematian Golfrid ada di Polsek tersebut.

"Tim kita turunkan ke Tiga Dolok semalam, lembur terus ini. Untuk mengkomunikasikan dengan keluarga agar bisa autopsi. Karena sangat wajib sekali hukumnya kalau seperti ini untuk autopsi,” katanya.

Manager Advokasi dan Kampanye Walhi Sumatera Utara, Roito Lumbangaol menyatakan, Golfrid menghilang sejak hari Rabu sekitar pukul 17.00. "Sejak saat itu, korban tidak bisa dikontak oleh istri korban,” katanya.

Ditemukan Tak Sadarkan Diri

Kemudian, hari Kamis dinihari sekitar pukul 01.00, Golfrid Siregar ditemukan tidak sadarkan diri di flyover Jl Jamin Ginting, Medan. Korban ditemukan pengayuh becak yang melintas di sana. Kemudian korban dibawa ke RS Mitra Sejati, kemudian diarahkan untuk ditangani ke RSUP Haji Adam Malik.

“Dia (Golfrid) mengalami luka serius di kepala yang menyebabkan tempurung kepala hancur dan mengharuskan korban menjalani operasi pada Jumat. Namun setelah sekitar tiga hari mendapatkan penanganan, akhirnya korban menghembuskan nafas terakhir,” katanya.

Menurut kepolisian, Golfrid adalah korban tabrak lari. Namun Walhi Sumatera Utara menemukan kejanggalan. Luka di kepala korban diduga karena hantaman benda tumpul, sementara bagian tubuh lain tidak mengalami luka ataupun lecet layaknya korban kecelakaan lalu lintas.

Barang-barang milik korban seperti tas, laptop, dompet, dan cincinnya raib. Namun, sepeda motor tidak diambil dan hanya mengalami kerusakan kecil saja. Berdasarkan fakta itu, ada indikasi korban tidak mengalami kecelakaan lalu lintas.

Koordinator Aliansi Masyarakat Sipil Anti Penyiksaan (SIKAP) Quadi Azam mengatakan, korban selaku tim kuasa hukum harus dilindungi negara dalam aktivitasnya. Golfrid masuk katagori rentan mengalami kekerasan atau intimidasi dari kerja-kerjanya selama ini. Ada dugaan kuat kekerasan yang dialaminya adalah upaya untuk menghilangkan jejak kebenaran dalam mendampingi kasus yang ditanganinya.

Sementara Wina Khairina dari Articula mengatakan, kejadian yang dialami korban jadi pukulan bagi upaya penegakan hak asasi manusia di Sumatera Utara.

Ada indikasi, aktivitas politik korban yang mendorong penegakan HAM dan keadilan lingkungan, menyebabkan korban kehilangan nyawa.

"Hari ini Golfrid yang menjadi korban, bukan tidak mungkin esok kita yang menjadi korban kekerasan. Polisi mesti mengusut tuntas kasus ini,” ujar Wina, seraya mengatakan bahwa sebelum meninggal, Golfrid menangani kasus di salah satu proyek PLTA (Pembangkit Listerik tenaga Air) di Sumatera Utara. (Tribun Netwrok/ayu/pra/kps/wly)

Sumber: Sriwijaya Post
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved